Warta

Indonesia Perlu Bangun Pusat Kajian Islamologi

NU Online  ·  Jumat, 26 Maret 2004 | 09:54 WIB

Jakarta, NU Online
Sebagai negara muslim terbesar di dunia, hingga saat ini tidak satu pun  universitas di Indonesia yang memiliki pusat kajian  Islamologi.  Universitas di Indonesia masih berkutat dengan masalah peningkatan kualitas sehingga tidak mengembangkan pusat-pusat studi.  Pusat studi mengenai Asian Studies dan Islamic Studies justru berada di University of Melbourne (Unimelb) dan University of Canberra Australia serta Universitas Leinden Belanda. 

Hal ini membuat cendikiawan muslim  Prof Dr Azyumardi Azra  gerah. Penerima perhargaan Guru Besar Kehormatan (Professorial Fellow) Unimelb Australia ini berharap dalam waktu dekat mulai ada proyek rintisan pusat kajian Islam di Indonesia. Azyumardi Azra sendiri menerima gelar  itu dari   Duta Besar Australia untuk Indonesia David Ritchie dan disaksikan Direktur Institute of Asian Unimelb Prof Merle Ricklefs. Acara berlangsung di Jakarta, kemarin.

<>

Keberadaab Kajian Islam di Universitas Melbourne (UM) sudah berlangsung lima tahun lalu. Kepada NU Online melalui surat elektroniknya, Ketua  Program Indonesia Universitas Melbourne Arif Budiman menyatakan bahwa, resminya program tersebut dimulai sejak tahun  1998, meskipun Bahasa Indonesia sudah diajarkan di Program ini sejak lebih
sejak  30 tahun yang lalu (dirintis oleh Pak Zainudin, yang kini masih tinggal di Melbourne). Sejak adanya Program Indonesia, bukan saja Bahasa Indonesia yang diajarkan, tapi juga masalah politik, budaya, dan sebagainya, termasuk gerakan2 sosial-politik Islam di
Indonesia.

Sementara itu,  di Univeritas Indonesia sejauh ini menurut keterangan yang berhasil dikumpulkan, baru terdapat Kajian Timur  Tengah dan Islam (PKTTI). Program ini sama sekali tidak mempelajari perkembangan Islam di Indonesia seperti pusat kajian Islam di Australia dan Belanda. Salah seorang pendiri PKTTI UI Dr Lutfi Zuhdi menerangkan, pihaknya juga berusaha membuka Islamogi untuk tingkat master, sebab untuk tingkat sarjana ada jurusan Asia Barat (Sastra Arab FS-UI) yang mengajarkan Islamologi.

"Kajian Islam di Indonesia memang belum  ada di UI, bahkan di IAIN atau UIN. Namun rintisan PKTTI UI  mengilhami kita semua untuk memikirkan gagasan itu,"jelasnya ketika  kepada NU Online, Jumat. Pakar-pakar Islamogi di Indonesia sudah banyak, namun sebagian besar justru lulusan luar negeri, sebab Indonesia tidak memiliki  programnya.(MA)