Jakarta, NU Online
Sebagai negara muslim terbesar di dunia, hingga saat ini tidak satu pun universitas di Indonesia yang memiliki pusat kajian Islamologi. Universitas di Indonesia masih berkutat dengan masalah peningkatan kualitas sehingga tidak mengembangkan pusat-pusat studi. Pusat studi mengenai Asian Studies dan Islamic Studies justru berada di University of Melbourne (Unimelb) dan University of Canberra Australia serta Universitas Leinden Belanda.
Hal ini membuat cendikiawan muslim Prof Dr Azyumardi Azra gerah. Penerima perhargaan Guru Besar Kehormatan (Professorial Fellow) Unimelb Australia ini berharap dalam waktu dekat mulai ada proyek rintisan pusat kajian Islam di Indonesia. Azyumardi Azra sendiri menerima gelar itu dari Duta Besar Australia untuk Indonesia David Ritchie dan disaksikan Direktur Institute of Asian Unimelb Prof Merle Ricklefs. Acara berlangsung di Jakarta, kemarin.
<>Keberadaab Kajian Islam di Universitas Melbourne (UM) sudah berlangsung lima tahun lalu. Kepada NU Online melalui surat elektroniknya, Ketua Program Indonesia Universitas Melbourne Arif Budiman menyatakan bahwa, resminya program tersebut dimulai sejak tahun 1998, meskipun Bahasa Indonesia sudah diajarkan di Program ini sejak lebih
sejak 30 tahun yang lalu (dirintis oleh Pak Zainudin, yang kini masih tinggal di Melbourne). Sejak adanya Program Indonesia, bukan saja Bahasa Indonesia yang diajarkan, tapi juga masalah politik, budaya, dan sebagainya, termasuk gerakan2 sosial-politik Islam di
Indonesia.
Sementara itu, di Univeritas Indonesia sejauh ini menurut keterangan yang berhasil dikumpulkan, baru terdapat Kajian Timur Tengah dan Islam (PKTTI). Program ini sama sekali tidak mempelajari perkembangan Islam di Indonesia seperti pusat kajian Islam di Australia dan Belanda. Salah seorang pendiri PKTTI UI Dr Lutfi Zuhdi menerangkan, pihaknya juga berusaha membuka Islamogi untuk tingkat master, sebab untuk tingkat sarjana ada jurusan Asia Barat (Sastra Arab FS-UI) yang mengajarkan Islamologi.
"Kajian Islam di Indonesia memang belum ada di UI, bahkan di IAIN atau UIN. Namun rintisan PKTTI UI mengilhami kita semua untuk memikirkan gagasan itu,"jelasnya ketika kepada NU Online, Jumat. Pakar-pakar Islamogi di Indonesia sudah banyak, namun sebagian besar justru lulusan luar negeri, sebab Indonesia tidak memiliki programnya.(MA)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
3
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
4
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
5
Khutbah Jumat: Sesuatu yang Berlebihan itu Tidak Baik, Termasuk Polusi Suara
6
Sejumlah SD Negeri Sepi Pendaftar, Ini Respons Mendikdasmen
Terkini
Lihat Semua