Warta

Hasyim Tak Setuju Gerakan Anti Militer

NU Online  ·  Kamis, 15 Juli 2004 | 18:27 WIB

Kediri, NU Online
Calon Wakil Presiden, Hasyim Muzadi tak setuju adanya gerakan anti militer menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) putaran kedua seperti yang digagas Pelaksana Harian Ketua Umum PBNU Masdar Farid Mas’udi. "Sejak lama saya tidak setuju dengan adanya gerakan anti militer. Yang kita tolak itu sebenarnya bukan militer, tetapi militerisme," kata Hasyim usai bertemu sejumlah pengasuh dan santri Ponpes Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Kamis malam.

Lebih lanjut Hasyim menyatakan bahwa militerisme itu sangat berbahaya bagi kelangsungan demokratisasi di Indonesia, apalagi saat ini masyarakat masih dibuai eforia reformasi setelah terbelenggu selama 32 tahun dibawah rezim militer Orde Baru. "Jadi tidak bisa disamakan antara orang militer dengan militerisme. Karena bisa saja orang sipil bertindak layaknya militer," ujarnya.

<>

Bahkan menurut Hasyim keberadaan militer di Indonesia harus dihormati dan dijunjung tinggi utamanya dalam menjalankan tugasnya mengamankan bangsa dan negara dari berbagai bentuk ancaman. Dikatakan bahwa gerakan anti militer bukanlah hal yang terbaik dilakukan hanya untuk menjegal rivalnya Capres Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono yang berlatar belakang militer. "Pokoknya dalam putaran kedua nanti kami ingin bekerja keras dan tidak ingin berkamapnye dengan cara-cara seperti ’black campaign’," tegas Cawapres yang mendampingi Capres PDIP Megawati Soekarnoputri itu.

Pada kesempatan Hasyim juga menyatakan rasa keprihatinannya atas insiden pembunuhan Caleg PDIP di Bondowoso, Rabu kemarin. Menurut dia perbuatan keji itu harus segera ditangani agar tidak merembet ke hal-hal lain yang justru nantinya akan mengancam keamanan, khususnya menjelang Pilpres putaran kedua nanti. Lebih lanjut Hasyim mengaku sangat berharap agar dirinya bisa bertemu faham dengan seniornya yang kini menjabat Ketua Dewan Syuro DPP PKB KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

"Sebenarnya kalau bertemu saja hampir setiap hari bisa karena Gus Dur berkantor di lantai satu sedang saya di lantai tiga. Hanya kali ini kami menunggu momentum bagaimana antara kami ada satu kepahaman untuk membangun negara ini," paparnya.  Sebenarnya bukan hal yang sulit untuk bertemu Gus Dur apalagi saat ini PKB telah mengeluarkan sikap membebaskan kader dan simpatisan partainya memilih capres dan cawapres pada putaran kedua nanti.

"Dan itu saya kira lebih bagus ya, daripada dulu PKB memecat kadernya sendiri yang dianggap mbalela," ujarnya. Sementara itu setibanya di Lirboyo dengan menumpang Nissan Elgrand warna putih nopol B 802 DR pukul 18.45 WIB Hasyim langsung disambut pengasuh KH Anwar Manshur. Beberapa saat kemudian giliran beberapa pengasuh Lirboyo  lainnya seperti KH Imam Yahya Mahrus, KH Zamzami Makhrus, KH Kafabihi Mahrus.

Setelah melakukan ramah tamah sejenak Hasyim yang saat itu datang dengan ditemani istrinya Hj Muthomimah dan KH Nur Iskandar SQ memberikan ceramah di depan ratusan santriwati Ponpes Hidayatul Mubtadiaat, Lirboyo, Kediri.  Dikatakan bahwa kedatangannya ke Lirboyo merupakan bagian dari silaturrahmi dan road show-nya ke beberapa ponpes di Pulau Jawa. Usai dari Lirboyo, Hasyim melanjutkan perjalanan silaturrakhminya ke Ponpes Al Falah, Ploso, Kediri untuk bertemu pengasuh KH Zainuddin Djazuli. (atr/cih)