Warta

Hasyim: Masyarakat Bengkulu Tak Gampang Percaya Isu Tsunami

NU Online  ·  Sabtu, 22 Desember 2007 | 03:52 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi berharap agar masyarakat Bengkulu tidak mudah percaya pada isu tsunami yang dilontarkan ahli gempa Profesor Jecolino Mabrug de Luz asal Brasil akan terjadi pada hari Minggu, 23 Desember besok dengan kekuatan 8.3 skala richter.

“Sejauh ini kejadian tsunami belum ada yang bisa memprediksi, hanya Allah yang tahu. Jadi jangan mudah percaya pada isu yang tidak jelas,” katanya dalam sebuah acara baru-baru ini.

<>

Meskipun demikian, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Al Hikam Malang ini berharap masyarakat bisa mengambil hikmahnya dengan tetap waspada dan menggelar simulasi yang memungkinkan mereka bisa menyelamatkan diri jika ada tsunami datang secara tiba-tiba.

Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Ketua PWNU Bengkulu Abdullah Munir yang dihubungi NU Online per telepon. “Kita sudah menginstruksikan ke seluruh cabang-cabang untuk mewaspadai terjadinya tsunami jika hal itu datang sewaktu-waktu,” katanya.

Tak lupa, kegiatan seperti tahlilan, istighotsah, nadiyahan dan aktifitas lainnya untuk mendekatkan diri kepada Allah juga diharapkan untuk ditingkatkan agar Bengkulu dan daerah lainnya tidak terkena bencana.

Dari laporan yang diterima, sudah dua hari ini, warga yang tinggal di tepi pantai yang membentang di pesisir selatan Bengkulu sudah mulai mengungsi untuk menyelamatkan diri. Namun warga yang tak percaya hanya meningkatkan kewaspadaannya.

Sejak terjadinya gempa beberapa waktu lalu, kini pemerintah Bengkulu yang memang lokasinya rawan gempa juga sudah mempersiapkan diri dengan menggelar simulasi dan persiapan tempat pengungsian, termasuk jalur evakuasi. Juga sudah disiapkan sirine yang akan memberi tahu warga untuk segera menyelamatkan diri jika terjadi bencana.

Pemerintah juga telah membagikan brosur kepada warga yang berisi penjelasan langkah-langkah yang harus diambil untuk menyelamatkan diri jika terjadi bencana agar mereka tidak panik.

Dalam brosur tersebut dijelaskan, jika terjadi gempa, jika tak sempat keluar rumah, warga diminta untuk berlindung di bawah tempat tidur, bawah meja, atau merapat di pintu dan melindungi kepala dengan bantal.

Selanjutnya, jika gempa sudah reda, warga harus segera menuju kelapangan terbuka dan menghindari pohon, tiang listrik atau telepon serta membawa barang yang dianggap perlu dan penting.

Juga disebutkan dalam brosur tersebut tanda-tanda akan terjadinya tsunami yang mana air laut di sepanjang pantai surut menuju ke tengah laut dengan suara gemuruh keras dari arah laut dan air berwarna keruh dengan bau busuk.

Sebagai daerah yang rawan terjadinya tsunami, Bengkulu belum memiliki alat Early Warning System (EWS) yang bisa mendeteksi tsunami dengan cepat. Yang dimiliki baru alat pemantau pergeseran lempengan atau "Global Positioning System-GPS", sebanyak empat unit yang terpasang di lapangan terbang Kabupaten Muko Muko, Pulau Enggano,  Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kaur. GPS tidak bisa digunakan untuk mendekteksi waktu terjadinya gempa, tetapi hanya digunakan untuk melihat pergeseran dari patahan. (mkf)