Etika harus menjiwai setiap kegiatan akademis yang dipastikan memiliki implikasi sosial yang besar.
Etika dalam arti kejujuran penting ditanamkan demi menjaga reputasi akademis itu sendiri. Sementara etika dalam arti kebajikan diperlukan agar ilmu pengetahuan dapat menciptakan kemaslahatan. Tanpa etika ilmu pengetahuan justru akan membahayakan kehidupan manusia.<>
Demikian dikatakan oleh Prof. Ridwan Lubis dalam seminar Presentasi Hasil Penelitian Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) se-Jawa yang diselenggarakan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) di Jakarta, Kamis (22/5) lalu. Hal ini penting diperhatikan terutama bagi kalangan ilmuwan agama, agar mereka selalu menjalin komunikasi dengan disilpin keilmuan yang lain.
Mantan Ketua Litbang Depag itu menyaranakan agar penanaman etika dimulai dari para guru yang ada di sekolah. ”Misalnya guru yang mengajarkan etika (akhlaq) dan teologi (tauhid) harus menjalin hubungan erat dengan guru fisika, biologi, sosial dan bahasa,” katanya.
Ilmu fisika dan biologi selain memiliki fungsi teknis pengembangan sains, tetapi juga bisa digunakan sebagai penguat keimanan para siswa. Terlebih lagi nantinya dalam riset terapan biologi dan teknologi tetap harus berpegang pada moral agama.
“Pengembangan ilmu pengetahuan tanpa didasari moral, jadinya ya seperti sekarang ini. Penelitian biologi digunakan untuk menciptakan virus sebagai senjata pemusnah missal,” kata Wakil ketua PBNU itu.
Demikian juga berbagai ilmu sosial dan politik yang digunakan untuk membuat teror dan mengadu domba masyarakat. Bila dilandasi moral semua itu tidak akan terjadi, sebaliknya penelitian digunakan untuk kemaslahatan umat manusia.
Untuk memulai agenda itu perlu dimulai dengan mengintegrasikan sistem keilmuan yang ada, sehingga tidak ada lagi dikotomi antara ilmu pengetahuan umum dengan ilmu agama. Dikataknnya, pembedaan disiplin boleh dilakukan, tetapi jangan dijadikan sebagai perbedaan status.
Hal penting dalam ilmu pengetahuan adalah niatnya, baik digunakan untuk ibadah atau digunakan untuk kejahatan. “Sikap yang multi disilpiner bisa dijadikan langkah untuk memulai pengintegrasikan dua bidang keilmuan yang terjadi selama ini,” katanya. (mdz)
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
3
Cerita Pasangan Gen Z Mantap Akhiri Lajang melalui Program Nikah Massal
4
Asap sebagai Tanda Kiamat dalam Hadits: Apakah Maksudnya Nuklir?
5
3 Pesan Penting bagi Pengamal Ratib Al-Haddad
6
Mimpi Lamaran, Menikah, dan Bercerai: Apa Artinya?
Terkini
Lihat Semua