Warta

Disinyalir Kuat, Spionase Ilegal CIA terhadap Nuklir Iran

Sel, 11 Desember 2007 | 01:18 WIB

Washington, NU Online
Intervensi Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) terhadap kebijakan dalam negeri Iran terbukti berlebihan. Dengan dalih menetralisasi pengembangan senjata nuklir Iran, CIA ternyata telah menyusup ilegal dan menjalankan misi rahasia di wilayah Iran sejak 2005.

Misi rahasia dengan kode "Pengeringan Otak" itu bertujuan menyusupi lembaga pengembangan nuklir Iran dan merekrut para ahli nuklir serta pejabat militer Iran untuk membelot dan mengkhianati pemerintahnya. Fakta tersebut dirilis LA Times kemarin (10/12).<>

Mengutip narasumber yang dirahasiakan, media itu membeberkan bahwa misi rahasia tersebut dijalankan atas perintah Gedung Putih sejak 2005. Dengan memengaruhi para ahli nuklir dan pejabat militer Iran, AS berharap bisa menjegal pengayaan uranium Iran.

Sebuah laporan intelijen menyebutkan, misi yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu ternyata tidak sepenuhnya gagal. AS justru berhasil mendapatkan tujuh pembelot yang kemudian segera "diamankan" dan difasilitasi AS untuk meninggalkan Iran. Namun, tak didapatkan informasi yang memadai dan data cukup signifikan dari perekrutan pembelot tersebut.

Tidak ada data detail identitas pembelot itu. Namun, prediksi menguat bahwa salah seorang pembelot tersebut adalah tokoh penting Iran, yaitu Wakil Menteri Pertahanan Iran Ali Reza Asgari. Sebab, dalam sebuah kunjungan kenegaraan ke Turki Februari 2007, Asgari tiba-tiba saja menghilang dan tak pernah kembali lagi ke Iran.

Sumber yang disebutkan sebagai salah seorang agen CIA itu beralasan bahwa penyusupan ilegal dan spionase AS tersebut dilakukan untuk menyikapi ancaman nuklir Iran. Misi itu, lanjut dia, turut menghasilkan fakta yang terangkum dalam laporan NIE tentang penghentian program nuklir Iran yang dirilis minggu lalu.

Seperti diberitakan, Menlu Iran Manouchehr Mottaki menuding laporan intelijen AS tersebut penuh kebohongan. Dia membantah Iran pernah memiliki program senjata nuklir, yang dalam laporan itu disebut sudah ditutup pada 2003.

Menurut Mottaki, laporan tersebut membuktikan bahwa AS terus memata-matai Iran. Untuk itu, Iran mendesak AS menjelaskan tindakan spionase ilegal tersebut secara resmi. Iran juga telah mengirimkan surat resmi kepada supervisi hubungan diplomatik AS-Iran, Swiss.

Gedung Putih memang tidak main-main dengan upaya melawan kebijakan nuklir Iran. Namun, terkuaknya upaya spionase ilegal itu justru akan membuat dunia internasional memandang miring kebijakan AS.

"Sebelumnya, saya tidak membayangkan bahwa akhirnya intelijen menyimpulkan Iran ternyata tidak menjalankan lagi program senjata nuklirnya sejak 2003," jelasnya.

Pasca lengsernya Presiden Clinton, Gedung Putih memang telah merekrut lebih dari 100 staf ahli dari berbagai bidang untuk membentuk tim khusus krisis nuklir Iran. Mereka bertugas untuk menganalisis dan mengamati pengembangan nuklir Iran. Namun di era Bush, jumlah itu justru dikurangi hingga menyisakan beberapa belas orang saja. Selebihnya, Bush lebih mengandalkan upaya spionase ke dalam wilayah Iran dan merekrut pembelot dari Iran.

Di sisi lain, Badan Informasi Intelijen Inggris meragukan laporan CIA dan NIE tentang program nuklir Iran. Situs berita Inggris Telegraph co.uk. melansir, Badan Intelijen Inggris menilai bahwa CIA telah ditipu mentah-mentah oleh Iran dan meminta agar mereka segera membuktikan keabsahan informasi intelijen AS itu.

Intelijen Inggris menuding, laporan NIE itu mencerminkan bahwa CIA dan badan intelijen AS lain terlalu berhati-hati dan khawatir bahwa laporan mereka akan kembali memicu Bush untuk mengobarkan perang terhadap Iran. Menurut mereka, pemerintah Inggris lebih menyetujui rencana Israel untuk membombardir situs pengembangan nuklir Iran daripada harus menunggu di bawah ancaman. (afp/jp/lat/dar)