Warta

AS Desak Sanksi bagi Nuklir Iran

Kam, 6 Desember 2007 | 04:24 WIB

Washington, NU Online
Upaya Dewan Keamanan (DK) PBB mengonkretkan sanksi bagi program pengembangan nuklir Iran, tampaknya, akan ditinjau ulang. Hal itu dipengaruhi laporan terbaru intelijen AS bahwa Iran sudah menghentikan program senjata nuklirnya sejak 2003. Kredibilitas AS dalam menjustifikasi isu keamanan dunia semakin menurun dan dipertanyakan.

"Kini AS akan kesulitan untuk bersikap, apalagi memimpin forum PBB guna memberikan sanksi jika ternyata Iran tidak mengembangkan senjata apa pun," kata Paul Pillar, mantan analis CIA yang tergabung dalam tim penulis laporan intelijen itu.<>

Laporan intelijen yang disampaikan Badan Estimasi Intelijen Nasional (NIE) itu langsung membuat AS kelabakan dan sibuk membalik opini yang telanjur beredar di dunia internasional. Untuk mengembalikan kredibilitasnya, Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice mengatakan bahwa laporan tersebut tidak menjamin Teheran lepas dari daftar ancaman bagi keamanan dunia. Dia berharap dunia internasional tidak berpaling dari rencana awal untuk memberikan sanksi bagi Iran.

"Kami masih melihat rezim Iran sebagai ancaman. Karena itu, warga dunia perlu tetap bersandar pada resolusi sanksi yang hampir matang tersebut," katanya. "Bagaimanapun, kalau Iran tetap memperkaya uranium, berarti mereka memiliki potensi untuk mengembangkan senjata nuklir," lanjutnya.

Rice mengaku telah bekerja ekstrakeras untuk berkomunikasi via telepon dengan sejumlah diplomat dunia, terutama dari Jerman, Inggris, Rusia, dan Tiongkok, terkait hal itu. Kabarnya, sejumlah negara tersebut mulai menarik dukungan terhadap upaya perumusan sanksi untuk Iran. Terkait dengan perbedaan opini antara Gedung Putih dan NIE yang sempat menjadi sorotan media massa itu, Rice dengan enteng mengatakan bahwa hal tersebut membuktikan sehatnya proses demokrasi di negaranya.

"Dunia perlu untuk mencerna dan menyaring kembali informasi tersebut. Bagaimanapun, kami sudah berusaha transparan dengan segala kebijakan dan langkah kami," katanya.

Diplomat Eropa menanggapi langkah AS itu dengan dingin. Tuduhan yang berkembang, sebenarnya AS sedang menunggu agar sanksi DK PBB terhadap Iran gagal diterapkan. Selanjutnya bisa ditebak, AS segera melancarkan agresi militer ke Iran dengan dalih menegakkan peraturan.

Duta Besar AS untuk PBB Zalmay Khalilzad mengatakan bahwa instruksi yang diterimanya dari Washington tidak berubah, yaitu menuntaskan pembahasan sanksi untuk Iran.

Sementara itu, Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad menyambut baik hasil investigasi NIE yang dilaporkan kepada pemerintah AS. Dia menyatakan, fakta yang sebenarnya tentang proyek nuklir Iran akhirnya terungkap. Pria nomor wahid di Iran tersebut dengan bangga mengatakan bahwa kemenangan Iran atas AS sudah tampak di depan mata.

"Hari ini kami mendeklarasikan kemenangan Iran atas kekuatan dunia dalam isu nuklir," tegasnya dalam pidato singkatnya di hadapan ribuan pendukungnya di Ilam, Rabu (5/12) kemarin. (ap/jp/dar)