Jakarta, NU Online
Saat ini masih banyak orang Islam yang memiliki ruang pandangan yang sempit. Mereka selalu mendikotomikan Islam dan non Islam dan selalu menganggap mereka sebagai musuh yang harus dihindari. Demikianlah pandangan yang diungkapkan oleh Farish A. Noor dari Institusional Movement for a Just World Malaysia dalam diskusi di Wahid Institute (13/08).
Berdasarkan pengalamannya bergaul dengan berbagai kalangan di negaranya ia menilai diperlukan waktu yang lama untuk menumbuhkan kesadaran bahwa adanya dialog antar berbagai kalangan dan agama sangat penting.
<>“Banyak aktifis Islam Malaysia yang baru menyadari bahwa yang membela mereka ketika dipenjara adalah para aktifis HAM sekuler dan pembelaan dari kalangan muslim sendiri baru tumbuh belakangan ini. Setelah kejadian-kejadian seperti ini, cakrawala mereka baru terbuka” ungkapnya.
Dialog-dialog tersebut penting bukan hanya antara Islam dan Kristen, tetapi juga antar kalangan Islam sendiri. Bahkan kadang-kadang dialog antar Islam sendiri sangat sulit dilakukan. “Kalangan Islam sekuler lebih suka dialog dengan orang Kristen daripada dengan sesama Islam,” tambahnya.
Aktifis dalam Institute for Oriental Studies, Berlin tersebut berpendapat perlunya dikembangkan kerjasama untuk mengatasi masalah globalisasi yang saat ini melanda dunia. Dengan adanya dialog tersebut, maka akan menghasilkan perbaikan bagi dunia dengan demikian, umat Islam juga diuntungkan.
Hadir dalam acara tersebut dari aktifis NU kultural seperti Rumadi, Abdul Muksit Ghozadi, Ahmad Suaedi, Yeni Zannuba Wahid, dan Adhie M. Massardi.(mkf)
Terpopuler
1
Kemenag Tetapkan Gelar Akademik Baru untuk Lulusan Ma’had Aly
2
LKKNU Jakarta Perkuat Kesehatan Mental Keluarga
3
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
4
3 Alasan Bulan Kedua Hijriah Dinamakan Safar
5
Anggapan Safar sebagai Bulan Sial Berseberangan dengan Pandangan Ulama
6
Kopri PB PMII Luncurkan Beasiswa Pendidikan Khusus Profesi Advokat untuk 2.000 Kader Perempuan
Terkini
Lihat Semua