Nasional

Fatayat NU Perkuat Kaderisasi dan Layanan bagi Perempuan dan Anak di Indonesia Timur

NU Online  ·  Selasa, 29 Juli 2025 | 11:00 WIB

Fatayat NU Perkuat Kaderisasi dan Layanan bagi Perempuan dan Anak di Indonesia Timur

Pelantikan PW Fatayat NU Nusa Tenggara Timur (NTT) masa khidmah 2024–2029, yang digelar di Aula Zam-Zam Asrama Haji Transit Kupang, Sabtu-Senin (27-29/7/2025). (Foto: Fatayat NU)

Kupang, NU Online

Pimpinan Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama (PP Fatayat NU) terus memperkuat kaderisasi dan pelayanan LKP3A (Lembaga Konseling, Perlindungan Perempuan dan Anak) di wilayah Indonesia Timur. Hal ini ditegaskan oleh Ketua Umum PP Fatayat NU Margaret Aliyatul Maimunah dalam acara pelantikan PW Fatayat NU Nusa Tenggara Timur (NTT) masa khidmah 2024–2029, yang digelar di Aula Zam-Zam Asrama Haji Transit Kupang, Sabtu-Senin (27-29/7/2025).


Margaret menyampaikan bahwa Fatayat NU bukan hanya organisasi keperempuanan biasa, tetapi juga ruang strategis untuk melahirkan pemimpin muda yang tangguh, progresif, dan berakar pada nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah. 


“Kami hadir di Kupang bukan hanya untuk melantik, tapi untuk menguatkan fondasi kaderisasi dan layanan nyata bagi perempuan dan anak. Dari NTT, kita ingin buktikan bahwa perempuan muda NU bisa menjadi garda depan perubahan,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Senin (29/7/25).


Menurutnya, Indonesia Timur, khususnya NTT, merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sosial dan budaya yang luar biasa, tetapi juga menghadapi tantangan serius dalam hal ketimpangan akses pendidikan, layanan kesehatan reproduksi, serta perlindungan terhadap perempuan dan anak. Karenanya, Fatayat NU mendorong setiap wilayah membangun pusat kaderisasi yang aktif dan pelayanan LKP3A yang adaptif terhadap kebutuhan lokal.


“Kita tidak bisa bicara pemberdayaan tanpa lebih dulu memastikan perempuan punya akses ke ruang aman, pendidikan yang adil, dan jaringan solidaritas. LKP3A harus menjadi ujung tombak advokasi berbasis nilai, bukan sekadar respons kasus,” tegas Hj. Margaret yang juga merupakan aktivis konseling keluarga dan perlindungan perempuan ini.


Ia menambahkan, kaderisasi Fatayat NU bukan hanya soal penguatan ideologi dan tradisi, tetapi juga keterampilan sosial, literasi digital, kepemimpinan komunitas, dan ketangguhan menghadapi tantangan zaman. “Kaderisasi itu bukan sekadar regenerasi struktur, tapi regenerasi nilai dan daya hidup organisasi. Kita harus ciptakan ekosistem kader yang saling rawat dan bertumbuh bersama,” ujarnya.


Fatayat NU, lanjutnya, terus mengembangkan kurikulum pelatihan kader yang kontekstual dan aplikatif, termasuk pelatihan konseling dasar, manajemen program komunitas, hingga advokasi berbasis gender. Semua ini ditujukan agar kader Fatayat di berbagai daerah, khususnya di kawasan 3T (terdepan, terluar, tertinggal), mampu menjadi pemimpin akar rumput yang mampu menjawab kebutuhan zaman.


“Kupang dan wilayah sekitarnya menjadi titik penting dalam peta strategi Fatayat. Di sini, kita ingin menginisiasi pelatihan kader berbasis komunitas lokal, dengan modul-modul yang bisa diterapkan di kampung, dusun, bahkan lintas agama dan budaya,” kata Margaret.


Ia juga mengapresiasi semangat kader Fatayat NU NTT yang berhasil menggelar pelantikan secara mandiri, kreatif, dan partisipatif. “NTT adalah contoh bahwa dengan semangat gotong royong, kader Fatayat bisa menggerakkan perubahan meskipun dengan sumber daya terbatas. Ini inspirasi untuk wilayah lain,” tuturnya.


Dalam pelantikan tersebut, Margaret melantik Hartati sebagai Ketua PW Fatayat NU NTT periode 2024–2029 bersama jajaran pengurus lainnya. Struktur kepengurusan kali ini memadukan kader senior dan kader muda dari berbagai latar belakang, serta mengusung enam bidang strategis: pendidikan-kaderisasi, dakwah, kesehatan-lingkungan, ekonomi, hukum-advokasi, dan sosial-budaya.


Acara pelantikan berlangsung meriah dan khidmat, diawali dengan khotmil Qur’an, istighosah, hadrah, serta tarian pembuka khas NTT oleh kader muda. Sejumlah tokoh turut hadir, antara lain Wakil Ketua PWNU NTT KH Ibrahim Arif, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena, serta para tokoh perempuan lintas organisasi.


Margaret menegaskan bahwa ke depan, PP Fatayat NU akan memperkuat sinergi antarwilayah, khususnya dalam program-program berbasis ketahanan keluarga, kesehatan mental, dan pemberdayaan ekonomi perempuan. “Kami ingin memastikan bahwa setiap kader di pelosok negeri merasa menjadi bagian dari gerakan besar Fatayat NU untuk Indonesia yang lebih adil dan manusiawi,” katanya.


Ia juga berharap agar PW Fatayat NU NTT menjadi pelopor dalam kolaborasi lintas agama dan budaya di Indonesia Timur. “NTT adalah tanah keberagaman. Fatayat NU harus hadir dengan wajah Islam yang ramah, inklusif, dan merangkul semua golongan,” pungkas Margaret.


“Dengan semangat “Organisasi Digdaya, Perempuan Berdaya”, Fatayat NU NTT dan PP Fatayat NU bersatu langkah memperluas peran strategis perempuan muda dalam membangun peradaban dari pinggiran. Dari Kupang, gema perubahan itu dimulai,” pungkasnya.