Warta

Ciri Pendidikan Agama Pengaruhi Ideologi, NU Ajarkan Islam Moderat

NU Online  ·  Selasa, 3 November 2009 | 06:20 WIB

Jakarta, NU Online
Pendidikan sangat mempengaruhi sikap, perilaku dan wawasan generasi yang menjalaninya. Jika pendidikan agama yang diterima memiliki kecenderungan keras, maka ia akan memiliki kecenderungan menjadi pemeluk agama yang radikal.

Pesantren, sebagai lembaga pendidikan NU, mengajarkan Islam moderat. Tak heran, kader-kader yang tumbuh dan besar dari lingkungan NU juga menjadi orang yang moderat dan toleran terhadap kelompok lain.<>

Pernyataan ini disampaikan oleh Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi dalam Fifth Regional Interfaith Dialogue di Perth Australia 28-30 Oktober lalu sebagaimana disampaikan oleh Prof Dr Masykuri Abdillah yang juga turut dalam pertemuan tersebut. Hasyim dalam kesempatan tersebut menyampaikan materi “Faith and Education: Preventing the Radicalisation of Vulnerable Youth”.

“Pendidikan pada umumnya mempersiapakan generasi penerus dalam memahami persoalan di negara masing-masing, termasuk bagaimana mendorong perdamaian dan kerjasama,” katanya.

Dijelaskannya, Kiai Hasyim mendefinisikan moderasi yang dimiliki NU sebagai tidak liberal dan tidak fundamental, yang diajarkan dalam lingkungan pendidikan formal maupun non formal. “Ini juga terkait dengan posisi NU terhadap ideologi bangsa. NU tidak ingin menjadikan Indonesia sebagai negara Islam, demikian dikatakan Kiai Hasyim,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama ini, Masykuri yang mewakili International Conference of Islamic Scholars (ICIS) juga menyampaikan pemikirannya dengan tema “Conflict Resolution and Peace Builing: Combating Mis Information, Prejudice and Bigotry about Various Faith Groups”.

Dikatakannya, kerukunan antar umat beragama yang tumbuh di Indonesia bisa menjadi contoh bagi negara lain. Pemerintah dalam hal ini membantu memfasilitasi melalui Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang mana para tokoh agama berkumpul untuk membincangkan berbagai persoalan yang menyangkut hubungan antar umat beragama.

Sebenarnya, secara tradisional, dialog antar umat beragama ini sudah tumbuh dengan baik karena keyakinan akan pentingnya perdamaian ini telah mengakar sejak lama. Dalam hal ini, kantor PBNU telah menjadi tempat berkumpulnya para tokoh agama.

Peran Penting Media

Untuk menumbuhkan situasi yang damai, diperlukan sosialisasi terhadap ide-ide perdamaian dan upaya untuk menghindari konflik. Dalam hal ini, institusi pendidikan dan media massa memiliki peran penting.

“Posisi media sangat penting untuk mewujudkan atau mempengaruhi perdamaian dan konflik. Media dalam hal ini bisa menumbuhkan peace journalism, tetap mengacu pada pasar tetapi juga memiliki idealisme perdamaian,” tandasnya.

Media diharapkan tidak melaporkan fakta-fakta yang bisa menimbulkan konflik atau fakta tersebut diolah dengan tidak mengurangi substansinya agar malah tidak menimbulkan hal-hal yang kontraproduktif. “Media memiliki kebebasan, tetapi juga memiliki tanggung jawab dalam menumbuhkan perdamaian,” ujarnya.

Media baru seperti internet, seharusnya menjadi media komunikasi antar tokoh agama dan generasi muda untuk mewujudkan perdamaian. Berbagai kemudahan komunikasi dunia maya ini, termasuk yang sifatnya rekreatif seperti facebook bisa mendorong terwujudnya perdamaian jika dikelola dengan baik. (mkf)