Padang, NU Online
Lembaga Penanganan Bencana Nahdlatul Ulama atau Community Based-Disaster Risk Management (CBDRM NU) mempromosikan pendekatan penanggulangan bencana alam berbasis agama di Padang pada Pameran Nasional III Siaga Bencana di Taman Budaya Padang, Sabtu dan Ahad (8-9/12). Pameran yang dibuka Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi itu mendapat perhatian dari masyarakat Kota Padang dan Sumatera Barat.
Menurut Gamawan, bencana itu harus dipelajari, bukan ditakuti. Untuk meminimalisir ketakutan dari masyarakat, masyarakat harus mengetahui empat fungsi isu bencana alam ini. Pertama, sebagai masyarakat awam bencana harus dibekali dengan i<>lmu pengetahuan.
"Dengan adanya pengetahuan, maka isu apapun yang akan menimpa Sumbar, masyarakat tidak akan mudah terpengaruh. Bencana itu harus dipelajari, bukan ditakuti,” kata Gamawan seperti dilaporkan Kontributor NU Online di Padang Bagindo Armaidi Tanjung.
Menurut Eko Hariyanto Tim Tanggap Darurat CBDRM NU memamerkan dan memberikan informasi kepada publik berkaitan dengan bencana alam yang sering terjadi belakangan ini di Indonesia. CBDRM NU melihat bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, longsor, banjir, letusan gunung, angin kencang dan sebagainya itu merupakan gejala alam yang sudah sering terjadi pada masa lampau. Manusia tidak mungkin melawan atau menolak terjadinya bencana.
Menurut Eko Hariyanto CBDRMNU menggabungkan bencana dari segi ilmiah (ilmu pengetahuan) dengan pendekatan teologi (agama). Ketika bicara dari segi agama melihat bencana alam, maka akan mengalami stagnasi. Karena langsung dikatakan sudah takdir dari Allah yang menciptakan alam. Bencana tidak bisa ditolak atau dilawan. Sedangkan dari segi ilmiah bencana alam dapat dilihat dari tanda-tandanya. Bukan memastikan terjadinya bencana alam pada waktu tertentu.
”Dengan mengetahui tanda-tanda bencana alam tersebut, maka berarti dapat mengurangi resiko dan akibat dari bencana alam. Kita dituntut untuk belajar dari pengalaman bencana yang telah terjadi pada masa lalu,” kata Eko.
Eko mencontohkan, ketika tsunami terjadi ditandai gempa bumi, disusul dengan surutnya beberapa meter air laut ke tengah sehingga ikan menggelepar-gelepar. Tak kemudian dari kejauhan kelihatan titik hitam yang sudah tinggi. Ternyata air laut yang sudah naik puluhan meter dari tengah. Inilah tanda terjadinya tsunami. Jadi, tidak benar setiap terjadi gempa akan terjadi pula tsunami sebagaimana masih ada masyarakat yang menganggap seperti itu.
Karena kurangnya pengetahuan ilmiah terhadap bencana oleh masyarakat, akan berakibat fatal. Seperti di Bengkulu beberapa waktu lalu, terjadi gempa lalu dikatakan tsunami. Mereka lari kencang dengan kendaraan karena takut. Akibatnya terjadi tabrakan hingga tewas. Padahal kalau dia tahu gempa tersebut tidak berpotensi tsunami karena tidak ada tanda-tanda tsunami, pasti tidak terjadi kecelakaan hingga tewas. ”Di sinilah pentingnya informasi ilmiah terhadap bencana,” kata Eko Hariyanto.
Bagi CBDRMNU dengan penyebaran pamflet, poster, brosur melalui pameran kepada masyarakat diharapkan dapat mencegah dan mengurangi resiko bencana. Sehingga motto CBDRMNU adalah dari korban menjadi penyelamat.
Menurut Eko Hariyanto, gejala-gejala alam terhadap bencana tersebut sudah ada sejak lama. Dalam Al-Qur’an sendiri banyak ayat yang menyampaikan berkaitan dengan bencana gempa bumi, banjir dan angin ribut, angin topan.
Dalam Islam bencana yang dialami manusia dibedakan 3 kategori. Pertama, sebagai ujian (ibtila’). ”Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah :155). Atau, sebagai peringatan (tadzakirah), ”Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” (QS Yunus : 44).
Dan sebagai hukuman (’Uqubah), ”Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu kami timpakan atas orang-orang zalim itu dari langit, karena mereka berbuat fasik.” (QS Al-Baqarah : 59).
Eko Hariyanto mengakui, bencana alam yang sering melanda bumi belakangan ini karena diperparah oleh perbuatan manusia. Manusia yang tidak terkendali mengekspoitasi alam. Sehingga terganggunya keseimbangan alam. Untuk itu, pengetahuan masyarakat terhadap bencana harus terus ditingkatkan sehingga dapat mengurangi resiko bencana tersebut. (arm)
Terpopuler
1
PBNU Soroti Bentrok PWI-LS dan FPI: Negara Harus Turun Tangan Jadi Penengah
2
Khutbah Jumat: Jadilah Manusia yang Menebar Manfaat bagi Sesama
3
Khutbah Jumat Hari Anak: Didiklah Anak dengan Cinta dan Iman
4
Khutbah Jumat: Ketika Malu Hilang, Perbuatan Dosa Menjadi Biasa
5
Khutbah Jumat: Menjadi Muslim Produktif, Mengelola Waktu Sebagai Amanah
6
Khutbah Jumat: Jadilah Pelopor Terselenggaranya Kebaikan
Terkini
Lihat Semua