Nasional

PBNU Soroti Bentrok PWI-LS dan FPI: Negara Harus Turun Tangan Jadi Penengah

NU Online  ·  Kamis, 24 Juli 2025 | 22:39 WIB

PBNU Soroti Bentrok PWI-LS dan FPI: Negara Harus Turun Tangan Jadi Penengah

Wakil Rais 'Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online
Wakil Rais 'Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir menyoroti bentrok yang melibatkan ormas Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) dan Front Persatuan Islam (FPI). Kiai Afif mendorong agar pemerintah harus menjadi penengah dalam konflik horizantal yang terjadi di Petarukan, Pemalang pada Rabu (23/7/2025) malam.


Menurutnya, yang punya kewajiban menjadi penengah adalah yang punya kekuasaan, terutama kekuasaan struktural pemerintah atau kekuasaan kultural seperti para ulama dan sebagainya.

 

"Tapi tanggung jawab paling besar tetap di tangan negara; harus turun tangan itu," ungkapnya setelah mengutip dalil Al-Quran surah Al-Hujurat ayat 9, saat dihubungi NU Online pada Kamis (24/7/2025).


Ia menjelaskan bahwa konflik semacam ini berseberangan dengan ajaran Nabi Muhammmad. Sebab, dalam soal mencintai atau membenci Nabi Muhammad menganjurkan sewajarnya, bukan berlebihan. 


"Jadi ashabiyyah thabi'iyyah namanya itu terlalu cinta kepada dirinya, dan terlalu benci kepada kelompok yang lain. Akhirnya (bentrok) seperti itu, padahal Nabi enggak seperti itu," terangnya. "Ini kan keterlaluan, (karena) menganggap kelompoknya suci, (sementara) kelompok yang lain najis akhirnya bentrok seperti itu," sambung Kiai Afif.


Selanjutnya, pakar Ilmu Ushul Fikih itu menilai bahwa sikap semacam itu sangat memalukan. Alasannya, perlakuan dua pihak yang notabene perkumpulan Muslim telah mencederai agama Islam itu sendiri. 


Ia pun menegaskan, cara sederhana untuk bermanfaat kepada agama bagi setiap pemeluknya ialah dengan tidak berperilaku yang merugikan agama. 


Oleh karena itu, Kiai Afif mengajak masyarakat agar selalu menggunakan akal sehatnya dalam beramal. Sebab, dengan memberdayakan fungsi itu seseorang dapat mengetahui mana kawan dan lawan yang sesungguhnya seperti Israel.


"Pertanyaan saya, apakah mereka itu bodoh, sehingga tidak tahu siapa yang saudara dan siapa yang musuh sesungguhnya, atau pura-pura bodoh atau menjadi buta tuli sehingga tidak tahu dan tidak bisa membedakan antara yang benar dan salah. Itu misi dari tulisan saya," tandasnya.