Warta

Bila Tionghoa Sambut Ramadhan

NU Online  ·  Rabu, 26 September 2007 | 00:02 WIB

Batam, NU Online
Ramadhan bukan hanya milik warga berdarah Melayu dan muslim, di Pulau Belakang Padang, Kepulauan Riau, semua ras dan agama menyambut bulan puasa.

Warga Belakang Padang amat beragam, bagaimana tidak, dalam satu pulau kecil, terdapat Kampung Jawa yang mayoritas ditinggali suku Jawa, Kampung Tengah yang banyak di tempati oleh suku Padang, Kampung Tanjung banyak di tempati oleh suku Melayu dan Kampung Pasar yang banyak di huni Tionghoa.

<>

Hampir di semua kampung di Belakang Padang merayakan Ramadhan, tak ketinggalan di Kampung Pasar yang mayoritas dihuni Tionghoa.

Meskipun mereka tidak menjalankan puasa layaknya muslim, namun kegembiraan menunggu waktu berbuka puasa turut dirasakan. "Pasar menjadi ramai, orang-orang Batam banyak yang berkunjung," kata A Hong, pedagang kue basah di Belakang Padang, Batam, Minggu.

Ia mengatakan setiap Ramadhan selalu senang karena berkesempatan membuka dagangan baru dengan konsumen yang berlimpah. "Kalau hari biasa, yang membeli kue hanya orang Belakang Padang, tapi kalau Ramadhan, banyak orang luar pulau yang datang," katanya.

Pulau Belakang Padang berjarak 15 menit dari Pulau Batam menggunakan pompong, perahu yang menggunakan mesin berkekuatan 40 PK.

Senada dengan A Hong, warga Tionghoa lain, Tie mengaku senang membuat jajanan berbuka. Tie mengatakan pada Ramadhan, penjualan kue yang ia buat neik hingga dua kali lipat hari biasa.

Penganan yang ditawarkan masyarakat Tionghoa di Belakang padang beragam. Mulai dari roti jala yang dilengkapi dengan kua kari, kue tepung gomak yang lonjong berwarna hijau terbuat dari ketan, kacang hijau, gula merah, dan kelapa yang rasanya manis dan kenyal.

Sampai kue tepung bungkus terbuat dari kelapa, gula merah dan tepung beras yang kuenya dibungkus dengan daun pisang, seperti kue lepat naga sari.

Pengunjung dari Batam, Krakatau mengatakan lebih menyukai penganan yang dibuat Tionghoa. "Bumbunya lebih pas," katanya. Ia mengaku tidak ragu membeli penganan berbuka yang dibuat Tionghoa. "Insya Allah halal, karena yang dijual juga kue khas Melayu-China," tambahnya. (ant/bur)