Warta WAHABI RAMBAH DESA-DESA CIREBON

Ansor Bantu Warga Pengonsumsi Nasi Aking

NU Online  ·  Jumat, 16 Oktober 2009 | 04:45 WIB

Cirebon, NU Online
Banyaknya warga desa Dukuh, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon yang mengonsumsi nasi aking, mengundang keprihatinan Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Cirebon. Pada hari Jum’at (9/10), jajaran pengurus PC GP Ansor mengecek langsung kondisi warga dan memberikan bantuan 154 paket sembako bagi keluarga miskin (gakin) di Desa Dukuh.

Pemberian sembako secara simbolis diserahkan Ketua PC GP Ansor Kabupaten Cirebon, Nuruzzaman MSi kepada Kuwu Desa Dukuh, Nurudin didampingi tokoh masyarakat setempat Abdul Mutholib dan Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Kapetakan, Ahmad Junaidi SAg, bertempat di madrasah ibtidaiyah (MI) setempat.<>

Di hadapan pengurus GP Ansor, Kuwu Nurudin mengakui bahwa ada warganya yang mengonsumsi nasi aking. Namun, untuk saat ini jumlahnya masih sedikit dan tidak rutin tiap hari, tergantung penghasilan.

“Beberapa bulan ke depan akan lebih parah, terutama awal musim hujan hingga lebar tandur (pascatanam),” ungkap Kuwu Nurudin diamini Abdul Mutholib.

Sementara itu, Ketua PC GP Ansor Kabupaten Cirebon, Nuruzzaman MSi mengungkapkan, berdasarkan keterangan warga memang saat ini banyak yang makan nasi aking, ada yang sering dan ada yang selingan saat tidak punya uang. Dari pengakuan warga, kata dia, kemungkinan puncak paceklik akan terjadi pada bulan November dan Desember.

“Bulan-bulan itu dikenal sebagai masa paceklik, terutama lebar tandur. Saat itulah banyak warga yang makan nasi aking. Fenomena ini bisa dikatakan ‘bencana lokal’ yang terjadi hampir tiap tahun,” tandas dosen FISIP Unswagati itu.

Pria yang tinggal di kompleks Pontren Babakan, Ciwaringin itu menyayangkan pernyataan sepihak oleh camat yang mengatakan bahwa makan nasi aking adalah cemilan. Warga, kata dia, jika penghasilan mencukupi, pada dasarnya tidak mau makan nasi aking, yang berasal dari nasi basi yang dikeringkan.

“Kalau cemilan itu kan makanan tambahan atau selingan. Tapi warga menjadikannya sebagai makanan pokok. Karena memang tidak punya cukup uang untuk membeli beras,” ujar dia.

Nuruzzaman menyarankan pemerintah memberikan solusi yang tepat, bukan kebijakan temporal (sementara, red) seperti raskin, BLT, dan bantuan konsumtif lainnya, tapi menciptakan lahan-lahan pekerjaan bagi warga. Seperti diketahui, kata dia, lapangan pekerjaan di Kecamatan Kapetakan sangat minim, termasuk Desa Dukuh.

Untuk lahan pertanian, kata dia, hanya bisa sekali. Kalaupun ada yang dua kali, terutama lahan di wilayah barat, hasilnya tidak maksimal. Warga juga tidak bisa mendapatkan penghasilan dari potensi laut, karena tidak ada fasilitasnya. Apalagi fasilitas industri yang bisa menampung banyak tenaga kerja, sama sekali tidak ada.

Kepada partai politik dan pemerintah, ia berharap ikut meringankan beban warga Desa Dukuh berupa bantuan dalam bentuk apapun. “Rupanya karena bukan masa kampanye, jadi tidak ada partai politik yang peduli. Biasanya berlomba-lomba lebih cepat membantu saat musim kampanye,” kritik Nuruzzaman. (lil)