"Indonesia bagus," demikian kata-kata yang kian populer dan kerap meluncur dari mulut para pedagang di tanah suci, Saudi Arabia, ketimbang ungkapan "Visit Indonesia Years 2008" -- dari sebuah billboard yang dipasang di jalan bebas hambatan antara Jeddah - Madinah.
Surabaya, Bogor dan Puncak, tiga tempat tersebut belakangan ini sering disebut kalangan atas orang Arab Saudi ketimbang papan iklan yang nyempil dan sulit dikenali di ruas jalan strategis dan selalu dilintasi mobil para elite setempat. "Indonesia murah," begitu para pedagang negeri kaya minyak itu ketika menawari sejadah, pakaian wanita albaya, tasbih atau kopiah.<>
Bagi anggota jemaah haji Indonesia, yang sudah lebih dari sepekan di tanah suci, kata-kata tersebut sudah tak asing lagi. Bahkan tak jarang pedagang di Madinah, Jeddah dan Mekkah pandai berbahasa Indonesia ada menawari hajar jahanam, obat tradisional dari Mesir.
Di sebuah restoran mewah di Mekkah pun ada pelayan berkebangsaan Indonesia dipekerjakan sebagai kiat bagi pemiliknya guna memudahkan pelayanan. Maklum warga dari tanah air gemar belanja dan makan yang enak di tempat nyaman.
Terkait dengan papan iklan tahun kunjungan wisata, bagi anggota jemaah haji Indonesia akan merasa bangga pula mendengar ada papan iklan kunjungan ke Indonesia di ruas jalan bebas hambatan antara Jeddah dan Mekkah. "Bagus, dong. Indonesia makin dikenal," kata seorang calon haji, Marzuki, jemaah asal Jakarta, ketika diceritakan bahwa ada upaya dari kalangan pariwisata memperkenalkan keelokan dan keindahan Indonesia.
Indonesia, harus diakui, tak saja dikenal sebagai negara besar dengan ribuan pulaunya, pengirim jemaah haji terbesar di antara negara Organisasi Koneperensi Islam (OKI) juga pengirim tenaga kerja murah terbesar ke timur tengah.
Saking murahnya, hampir tiap tahun sekitar 200 ribu orang tenaga kerja Indonesia di negeri itu dipulangkan secara paksa ke tanah air dengan biaya pemerintah Arab Saudi. "Kebanyakan yang dipulangkan itu adalah mereka yang terkena razia di kolong jembatan," kata Konjen RI Gatot Abdullah Mansyur.
Kehadiran papan iklan promosi wisata seperti itu, maunya keindahan alam Indonesia dapat dikenal di negeri kaya minyak ini. Semua itu guna memancing warga setempat berkunjung ke lokasi wisata di tanah air. Pada kenyataannya, billboard itu lebih mengesankan Indonesia sebagai negeri terkebelakang di mata orang Arab, kata Juru penerang Konjen RI Jeddah, Dharma Kitri.
Pasalnya, billboard berukuran sekitar 2 X 1,5 meter, di letakkan di jalur kiri ruas jalan antara Jeddah - Mekkah. Di negeri ini, setir mobil ada di sebelah kiri. Jadi, praktis orang harus melihat ke arah seberang jalan, kata Abdullah, mukiman di Arab Saudi.
Pemilihan lokasinya tak tepat jika dipandang mata. Selain itu, untuk melihatnya pun sulit lantaran mobil di lokasi tersebut berkecepatan tinggi. Minimal 120 km/jam. Jadi, iklan yang menawarkan keelokan sawah dan logo kunjungan wisata sulit dapat dipandang.
Ketika mencari papan iklan kunjungan wisata itu, baru terpandang tatkala mobil berjalan dari arah Mekkah - Jeddah. Itu pun harus dilakukan dengan cara membalikan badan dengan pandangan samar-samar, karena lampunya amat redup.
Terkait dengan adanya papan iklan tersebut, Dull Abdullah, seorang yang banyak terlibat dalam biro perjalanan di tanah suci, mempertanyakan, pangsa yang di kejar ini siapa? Apakah orang Saudi, atau para jemaah haji dan umroh yang melewati jalan tersebut?
Jika papan iklan diletakan di situ, maka jelas tak efektif. Kecuali produk Indonesia yang sudah dikenal, dipercaya dan punya daya tarik lebih dari yang lain.
Menurut penelitian, promosi di Arab Saudi Arab Saudi, adalah dengan mengedepankan teori "words of mouth" (promosi dari mulut ke mulut).
Kalau dalam promosi ini dilakukan oleh travel agent, juga semua masyarakat Indonesia di sini, daripada meletakkan billboard di jalanan yang cuma untung-untungan, tentu lebih baik memperbaiki citra dengan membuat VCD promo dan brosur. Semua itu kemudian dibagikan kesemua travel agent di Saudi dengan isi segala keindahan, daya tarik, jaminan keamanan, travel guide yang jelas.
"Indonesia bagus," kenapa kata-kata yang sudah populer ini tak dijadikan "jembatan" untuk memperkenalkan Indonesia di kawasan Timur Tengah. "Saya berpendapat, hal itu bisa saja dijadikan sarana untuk menarik wisatawan," kata Dharma Kitri. (ant)
Terpopuler
1
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
2
Jumlah Santri Menurun: Alarm Pudarnya Pesona Pesantren?
3
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
4
Nusron Wahid Klarifikasi soal Isu Kepemilikan Tanah, Petani Desak Pemerintah Laksanakan Reforma Agraria
5
Badai Perlawanan Rakyat Pati
6
Sri Mulyani Sebut Bayar Pajak Sama Mulianya dengan Zakat dan Wakaf
Terkini
Lihat Semua