Tokoh

Kisah Al-Jahidz Al-Kinani, Sastrawan Kutu Buku Sampai Akhir Hayat

Sel, 12 Desember 2023 | 06:00 WIB

Kisah Al-Jahidz Al-Kinani, Sastrawan Kutu Buku Sampai Akhir Hayat

Foto ilustrasi. (NU Online/Freepik)

Al-Jahidz adalah salah satu ulama dan ilmuwan Muslim paling berpengaruh di dunia Islam. Nama panjangnya Abu Utsman ibn Bahr al-Kinani al-Basri. Ia lahir di Basra, Irak, pada tahun 163 H. Sejak masa kanak-kanak, Al-Jahidz sudah menunjukkan ketertarikannya pada ilmu pengetahuan. 


Tak heran, sebab Al-Jahidz adalah sosok yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia gemar belajar, membaca, dan menulis. Buku-buku bacaannya sangat banyak dan beragam, terbukti dari luasnya pengetahuan dan wawasannya. 


Al-Jahidz tumbuh pada masa ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam sedang berkembang pesat. Banyak ulama dan ilmuwan Muslim yang lahir dari kalangan rakyat biasa, termasuk Al-Jahidz. Ia belajar berbagai disiplin ilmu pengetahuan dari para tokoh-tokoh pada masanya, seperti bahasa, sastra, sejarah, politik, akhlak, bahkan biologi tumbuh-tumbuhan dan binatang.


Dalam Kitab Siyar A'lam an-Nubala, Jilid 11 halaman 527, karya Syamsuddin Az zahabi, disebutkan ketika meninggal dunia, Al-Jahidz sudah ratusan kitab dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Salah satu karya fenomenalnya yang masih menjadi rujukan adalah kitab Al-Bayan wa At-Tabyin. Kitab ini menyajikan tema-tema sastra Arab, seperti gaya bahasa, retorika, dan puisi. 


Selain itu, ada pula kitab Al-Hayawan sebanyak 7 jilid. Kitab ini menyajikan penjelasan mengenai lebih dari 350 spesies hewan. Buku ini menjadi rujukan dalam ilmu zoology, yaitu ilmu tentang kehidupan binatang. Dari karya yang kedua inilah, ia dikenal sebagai bapak zoology Arab.


Nasihat Al Jahidz tentang cinta

Al-Jahiz, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Siyar A'lam an-Nubala, Jilid 11 halaman 527 menyampaikan nasihat dalam salah satu karyanya tentang pentingnya cinta. Al-Jahiz mengatakan bahwa manfaat yang dirasakan oleh seseorang akan menimbulkan rasa senang dan bahagia. Hal ini akan membuat orang tersebut merasa dihargai dan dihormati. Rasa senang dan bahagia tersebut akan menimbulkan perasaan cinta dan kasih sayang terhadap orang atau hal yang memberikan manfaat tersebut.


Sebaliknya, kerugian yang dialami oleh seseorang akan menimbulkan rasa sedih dan kecewa. Hal ini akan membuat orang tersebut merasa tidak dihargai dan dihormati. Rasa sedih dan kecewa tersebut akan menimbulkan perasaan benci dan dendam terhadap orang atau hal yang menyebabkan kerugian tersebut. Ia berkata:

 
المنفعة توجب المحبة, والمضرة توجب البغضة ، والمضادة عداوة ، والأمانة طمأنينة ، وخلاف الهوى يوجب الاستثقال ، ومتابعته توجب الألفة . العدل يوجب اجتماع القلوب ، والجور يوجب الفرقة . حسن الخلق أنس ، والانقباض وحشة . التكبر مقت ، والتواضع مقة ، الجود يوجب الحمد ، والبخل يوجب الذم ، التواني يوجب الحسرة ، والحزم يوجب السرور ، والتغرير ندامة ، 


Artinya: "Manfaat menimbulkan cinta, kerugian menimbulkan kebencian, kontroversi menimbulkan permusuhan, amanah menimbulkan ketenangan, melawan hawa nafsu menimbulkan beban, mengikutinya menimbulkan keakraban. Keadilan menimbulkan persatuan hati, kezaliman menimbulkan perpecahan. Akhlak yang baik menimbulkan kegembiraan, dan penyusutan menimbulkan kegelisahan. Kesombongan menimbulkan kebencian, kerendahan hati menimbulkan kebencian, kemurahan hati menimbulkan pujian, dan kekikiran menimbulkan celaan. Kelambanan menimbulkan penyesalan, ketegasan menimbulkan kegembiraan, dan penipuan menimbulkan penyesalan. "


Sosok yang mencintai ilmu pengetahuan

Tak bisa dipungkiri, Al-Jahidz adalah sosok yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, yang telah menulis lebih dari 200 karya dalam lintas disiplin ilmu pengetahuan. Terkadang saking cintanya pada ilmu dan belajar, ia sering lupa diri. 


Dikisahkan sebuah kejadian aneh yang dialami oleh al-Jahiz, bahwa dia pernah lupa akan kuniyah [nama panggilan] sendiri selama tiga hari. Hal ini menunjukkan betapa al-Jahiz tenggelam dalam dunia pemikiran dan ilmu pengetahuan. Dia bahkan lupa akan hal-hal yang remeh, seperti kuniyahnya sendiri, yang julukannya Abu Utsman.


Di kisah yang lain, sebagaimana dikatakan oleh Syekh Muhammad Amin al-Shinqiti, seorang mufassir besar kontemporer bahwa karena kesibukan Al-Jahidz menuntut ilmu telah memisahkan dirinya dari memikirkan hal-hal yang remeh-temeh hingga membuatnya terpisah dari kehidupan masyarakat. 


Suatu waktu, Al-Jahidz, cerita Al-Shinqiti, ingin ikut pergi ke gurun bersama beberapa temannya. Mereka berencana untuk membuat makanan. Oleh rekan-rekannya ia dipersilahkan ikut bersama dalam petualangan ini. Sesampainya di gurun, mereka pun menugaskan kepadanya untuk mencari kayu bakar, tetapi Al-Jahidz menolak pekerjaan tersebut, sembari berkata, "Aku tidak pandai mencari kayu bakar. Apakah ada hal lain yang bisa aku lakukan?"


Meninggal ditimpa kitab

Terkait kematiannnya, para sejarawan berbeda pendapat. Pendapat yang masyhur mengatakan bahwa Al-Jahidz meninggal pada tahun 255 H di Baghdad, Iraq. Ia meninggal dunia karena tertimpa koleksi buku-bukunya yang menumpuk saat ia belajar. Hal ini wajar, karena Al-Jahidz memang dikenal sebagai seorang kutu buku yang rajin membaca. Buku-bukunya sangat banyak dan ditumpuk dalam satu tempat hingga menjulang tinggi.


Sementara itu, pendapat lain yang menyebutkan bahwa Al-Jahidz meninggal karena terkena penyakit lumpuh yang juga tidak dapat dibantah. Hal ini karena Al-Jahidz memang pernah menderita penyakit tersebut pada akhir hidupnya. Namun, pendapat ini kurang didukung oleh sumber-sumber sejarah.


Jadi, penyebab pasti kematian Al-Jahidz kendati ada perbedaan pendapat di tengah ulama. Namun, pendapat yang menyebutkan bahwa ia meninggal karena tertimpa koleksi buku-bukunya yang menumpuk saat ia belajar adalah pendapat yang lebih kuat. Pendapat ini didukung oleh beberapa sumber sejarah dan juga oleh fakta bahwa Al-Jahidz memang dikenal sebagai seorang kutu buku yang rajin membaca.


Zainuddin Lubis, Pegiat kajian keislaman, tinggal di Ciputat