Pengertian Syair 'Muhammadun Sayyidul Kaunain was Tsaqalain'
NU Online · Sabtu, 14 Juli 2018 | 10:00 WIB
Banyak orang tua juga masih menyenandungkan kutipan larik ini di hadapan anak-anaknya yang masih di bawah 10 tahun. Kutipan ini juga menjadi pembuka forum keagamaan seperti majelis taklim.
Artinya, “Muhammad penghulu dua semesta, dua makhluk mulia, dan dua kelompok besar dari Arab dan ajam.”
Syekh Ibrahim Al-Baijuri memberikan arti kata larik ini secara harfiah. Dalam Hasyiyatul Baijuri ala Matnil Burdah, Syekh Ibrahim Al-Baijuri menyebut bangsa manusia dan jin sebagai kelompok ciptaan yang paling banyak memberatkan dunia baik karena populasi maupun karena dosa mereka.
Artinya, “Kata ‘Sayyidul kaunain’ adalah penduduk termulia di kaunain. ‘Kaunain’ sendiri adalah dunia dan akhirat. Kata ‘tsaqalain’ bermakna manusia dan jin. Kedua jenis makhluk itu disebut demikian karena keduanya membebani bumi atau bobot keduanya luar biasa karena dosa,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri ala Matnil Burdah, [Surabaya, Al-Hidayah: tanpa catatan tahun], halaman 22).
Syekh Khalid bin Abdullah Al-Azhari menyebut bangsa manusia dan jin sebagai makhluk paling mulia di atas muka bumi. Sementara Nabi Muhammad SAW sebagai penghulu dunia dan akhirat, kata Syekh Khalid, adalah makhluk yang agung dan mulia karena kalau bukan karena dirinya dunia ini takkan diciptakan oleh Allah.
Artinya, “Maksud kata ‘ketiadaan’ di sini adalah keberadaan yang lebih dahulu dibandingkan alam semesta. Kata ‘sayyid’ bermakna orang mulia dan agung. Kata ‘al-kaunain’ bermakna dunia dan akhirat. Kata ‘tsaqalain’ adalah bangsa manusia dan jin. Kata ‘tsaqal’ yang ditulis dengan fathah bermakna yang berharga dari suatu barang. Sedangkan yang paling berharga di atas muka bumi adalah bangsa manusia dan jin. Oleh karena itu, kedua jenis makhluk ini dinamai tsaqalain. Yang dimaksud oleh kata ‘al-fariqain’ di sini adalah bangsa Arab dan ajam. Kata ‘al-fariq’ secara harfiah bermakna jamaah yang berisi banyak orang. Kata ‘Arab’ adalah orang yang fasih melafalkan bahasa Arab. Sedangkan ajam adalah bangsa yang sebaliknya, tidak fasih melafalkan bahasa Arab,” (Lihat Syekh Khalid bin Abdullah Al-Azhari, Syarah Khalid Al-Azhari ala Matnil Burdah, [Surabaya, Al-Hidayah: tanpa catatan tahun], halaman 22).
Karena dunia ini takkan diciptakan kalau bukan karena dirinya, maka Rasulullah SAW diciptakan terlebih dahulu sebelum alam semesta. Ini menunjukkan kedudukannya yang mulia sebagai sayyid atau penghulu dunia dan akhirat sebagai disebutkan dalam Barzanji Natsar berikut ini:
Artinya, “Aku mengucap shalawat dan salam untuk cahaya yang disifatkan dahulu dan awal.”
Dalam larik Qashidatul Burdah berikut ini, Imam Al-Bushiri menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW yang menjadi “sebab” atau “asal” penciptaan dunia takkan mungkin berhajat kepada dunia karena beliau SAW sendiri adalah penghulu dunia:
محمدٌ سيدُ الكونينِ والثَّقَلَيْ ** ينِ والفريقينِ من عُربٍ ومن عجمِ
Artinya, “Bagaimana orang yang kalau bukan karena dirinya niscaya dunia ini takkan keluar dari ketiadaannya berkepentingan terhadap dunia/Muhammad penghulu dua semesta, dua makhluk mulia, dan dua kelompok besar dari Arab dan ajam.”
Allahumma shalli wa sallim 'ala Sayyidina Muhammad wa alihi wa shabihi ajma'in. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
2
Buka Workshop Jurnalistik Filantropi, Savic Ali Ajak Jurnalis Muda Teladani KH Mahfudz Siddiq
3
Lembaga Falakiyah PBNU Rilis Data Rukyatul Hilal Awal Dzulhijjah 1446 H
4
Khutbah Jumat: Relasi Atasan dan Bawahan di Dunia Kerja menurut Islam
5
Khutbah Jumat: Menanamkan Nilai Antikorupsi kepada Anak Sejak Dini
6
Ojol Minta DPR RI Tekan Menhub Revisi Dua Aturan soal Transportasi Online
Terkini
Lihat Semua