Pesantren Perlu Akomodir "Keinginan" Kelas Menengah
NU Online · Ahad, 8 September 2013 | 05:01 WIB
Jombang, NU Online
Anggapan bahwa pesantren adalah tempat yang kumuh, kotor dan kurang sehat masih melekat di sebagian masyarakat. Meskipun tak sedikit pula pesantren yang sarat fasilitas, bahkan memberi kemudahan para orang tua untuk memantau perkembangan anak secara online.
<>
Seperti Pondok Pesantren Darul Ulum (PPDU) Peterongan, Jombang, Jawa Timur yang tengah mengembangkan bangunan baru. Gedung At-Tien adalah asrama baru di komplek Pondok Pesantren Darul Ulum PPDU. Pemberian nama itu memang sebagai apresiasi kepada mendiang Ibu Negara Tien Soeharto.
Memang antara PPDU khususnya saat diasuh oleh KH Muhammad As’ad Umar dengan keluarga besar mantan Presiden Soeharto demikian dekat. “Saya hanya menyambung dan merekatkan tali silaturahim yang telah dilakukan oleh abi (sapaan kepada ayahandanya) dengan keluarga Bapak Soeharto,” kata Zahrul Azhar Asumta, pengasuh asrama Queen Al-Azhar kepada NU Online beberapa waktu berselang.
Asrama Khusus
Keberadaan asrama ini memang sengaja diperuntukkan kepada sejumlah santri dari orang tua berpunya. “Kami mewujudkan mimpi untuk meyakinkan kepada sebagian orang bahwa pesantren bisa diterima semua elemen masyarakat dan menjawab tantangan jaman,” tandas Ketua Pengurus Wilayah Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Jawa Timur ini.
Maksud diterima semua kalangan adalah bahwa hendaknya pesantren bisa memberikan layanan yang memadai bagi kebutuhan santri, khususnya mereka dari kalangan kelas ekonomi menengah dan atas. “Dengan demikian para orang berpunya ini dapat terlayanai dengan baik oleh pesantren,” terangnya.
Karena seperti diketahui, ada kesan yang demikian melekat dari pesantren sebagai tempat yang kumuh, kotor, tidak higienis dan seterusnya. “Anggapan ini jangan terus menerus melekat pada pesantren,” katanya. “Karenanya pesantren harus bisa menjawab klaim negatif ini dengan menyediakan asrama dan fasilitas yang lebih baik, sesuai dengan harapan banyak kalangan,” lanjutnya.
Karena itu di asrama ini, kesan sebagai pesantren kumuh itu dapat terbantahkan. Untuk setiap kamarnya hanya diisi empat anak. Setiap anak memiliki tempat tidur sendiri. Fasilitas untuk mandi dengan menggunakan shower. “Sehingga tidak ada air yang tergenang dan ini sangat baik untuk mencegah tersebarnya penyakit,” katanya.
Untuk bisa menjawab tantangan jaman, di asrama ini juga disediakan fasilitas internet secara gratis. “Orang tua dapat memantau perkembangan dan aktifitas anak-anaknya lewat kamera CCTV,” terang Gus Hans.
Untuk public area seperti ruang belajar serta mushalla, maka para orang tua dapat memantau aktifitas anak-anaknya. “Sehingga mereka tahu, ada di sudut mana anak-anaknya saat belajar serta melaukan kegiatan ibadah,” terangnya.
Demikian juga di ruang belajar dan mushalla tersebut, disediakan fasilitas pendingin udara atau AC. “Kita ingin para santri lebih betah berada di ruang belajar atau mushalaa sehingga mereka lebih bisa berlama-lama berkumpul dengan teman sebaya,” ungkapnya. “Hal ini juga membawa pesan agar para santri gemar berinterapksi dengan teman-temannya, bukan malah menyendiri di kamar,” lanjutnya.
Di ruang lobby, para santri juga dapat melakukan pembicaraan secara online dengan orang tua di rumah. Dengan fasilitas skype, maka tidak ada kekhawatiran bagi orang tua santri untuk bisa berkomunikasi. “Mereka bisa memantau dan mengikuti perkembangan anaknya secara langsung,” tandasnya.
Disamping intensitas komunikasi yang lebih cepat, fasilitas ini tentu saja bisa lebih mengefektifkan jarak dan waktu dari para orang tua santri. Apalagi di asrama ini para santrinya berasal dari sejumlah kota di tanah air. “Ada yang dari Sumatera, Kalimantan, dan kota-kota lain yang secara lokasinya lumayan jauh,” kata Gus Hans.
Praktis dengan fasilitas yang ada, mereka dapat melakukan komunikasi tanpa jarak dan dari banyak hal tentu akan lebih efisien. “Bayangkan andai mereka datang secara fisik ke asrama, pasti biayanya akan sangat mahal,” katanya. “Belum lagi resiko dalam perjalanan yang terkadang tidak mudah diduga,” lanjutnya.
Asrama ini juga mengusung tema go green. “Untuk penerang ruangan, kami menggunakan lampu LED yang memang hemat listrik,” tandasnya. Demikian juga saat pagi hingga sore, seluruh lampu dipadamkan. Dengan konsep asrama yang banyak jendela serta memanfaatkan sinar matahari secara optimal, maka saat santri berangkat sekolah tidak ada satu ruangan kamarpun yang lampunya menyala.
Di asrama juga menggunakan sistem bio pori, yakni penyerapan air di taman asrama. “Memang sekarang kita belum mengalami kesulitan dalam masdalah air,” katanya. “Namun dengan sistem ini, para santri kami ajarkan bagaimana menghemat air,” lanjutnya. Seluruh penggunaaan air, tertampung dalam sebuah lahan di tengah asrama.
Tak Meninggalkan Ruh Pesantren
Kendati penghuni asrama adalah para siswi dari sejumlah sekolah favorit yang tersebar di seluruh unit PPDU, selama di asrama mereka masih diberikan materi keislaman ala ahlus sunnah wal jamaah. “Sejak jam 4 sore hingga malam, para penghuni asrama kami berikan pendalaman pengetahuan dan praktik ibadah sesuai standar kitab kuning ala pesantren,” terangnya.
Kitab-kitab dasar seperti Matan Jurumiyah untuk gramatika bahasa Arab, Safinatun Naja untuk kajian fiqh ibadah, sedangkan materi ilmu tauhid menggunakan Aqidatul Awam, akhlak dengan kitab pengantar Alala serta pengenalan huruf pego dan sharraf.
“Dengan sejumlah pendalaman kitab-kitab dasar ala pesantren secara umum ini diharapkan para santri memiliki pemahaman keagamaan dasar yang kukuh dan tidak tercerabut dari nilai kepesantrenan,” kata Gus Hans.
Bagi Gus Hans, keinginan kuat dari sebagian kalangan berpunya dengan mempercayakan pendidikan kepada pesantren harus dijawab dengan sigap. “Jangan sampai karena keterbatasan yang dimiliki, maka kelompok masyarakat ini akhirnya memilih lembaga pendidikan lain di luar pesantren,” terangnya.
“Karena itu, asrama ini siap menerima kalangan masyarakat berpunya dengan fasilitas yang lebih menjanjikan tanpa harus menanggalkan ciri khas kepesantrenan,” katanya. (Syaifullah/Mahbib)
Terpopuler
1
Inalillahi, Tokoh NU, Pengasuh Pesantren Bumi Cendekia KH Imam Aziz Wafat
2
Aksi ODOL Tak Digubris Pemerintah, Sopir Truk Mogok Kerja Nasional Mulai 13 Juli 2025
3
Mas Imam Aziz, Gus Dur, dan Purnama Muharramnya
4
Gus Yahya: Sanad adalah Tulang Punggung Keilmuan Pesantren dan NU
5
PM Spanyol Sebut Israel Dalang Genosida Terbesar Abad Ini
6
Al-Azhar Mesir Kecam Pertemuan Sekelompok Imam Eropa dengan Presiden Israel
Terkini
Lihat Semua