Ngaji Pasaran, Media Tabarrukan dan Silaturahim
NU Online · Sabtu, 20 Juni 2015 | 20:00 WIB
Cirebon, NU Online
Salah satu tradisi pesantren saat Ramadlan tiba adalah “pasaran”, yaitu pengajian yang menargetkan khatam kitab tertentu yang dilakukan secara maraton. Begitu pun di Buntet Pesantren Cirebon (BPC), Jawa Barat.
<>
Di Buntet Pesantren Cirebon ada sekitar 50 pesantren dan semuanya membuka pengajian pasaran yang dibuka untuk umum. Salah satu pesantren tersebut adalah Darussalam yang diasuh KH. Tb. Ahmad Rifqi Chowas.
"Selain cari ilmu, ngaji pasaran biasanya digunakan oleh santri atau alumni pesantren untuk tabarrukan, untuk ngalap berkah dari pesantren yang ia singgahi,” kata Anwar Fathodi, salah seorang santri Pesantren Daarussalam di Cirebon, Jumat (19/6).
Santri asal Subang ini mengatakan, ngaji pasaran juga bisa dijadikan sebagai media untuk silaturahmi karena yang menjadi peserta pengajian adalah para santri di beberapa pesantren yang ada di lingkungan Buntet Pesantren, alumni, dan juga masyarakat umum.
"Insya Allah dengan mengikuti ngaji pasaran orang itu sudah bisa dikatakan sebagai santri atau alumni pesantren yang dia singgahi walaupun dia mondoknya kurang dari satu bulan," papar Mahasiswa Untag Cirebon itu.
Ditambahkan Anwar, ngaji pasaran ini biasanya dimanfaatkan oleh 'santri kelana', yaitu santri yang berkelana dari satu pesantren ke pesantren lainnya dengan tujuan untuk mencari ilmu dan ngalap barokah. (Aiz Luthfi/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Soal Tambang Nikel di Raja Ampat, Ketua PBNU: Eksploitasi SDA Hanya Memperkaya Segelintir Orang
2
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
3
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
4
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
5
Pentingnya Kematangan Pola Pikir dan Literasi Finansial dalam Perencanaan Keuangan
6
PBNU Rencanakan Indonesia Jadi Pusat Syariah Dunia
Terkini
Lihat Semua