Probolinggo, NU Online
Pesantren Ulil Albab berdiri sepuluh tahun lalu, di Desa Brumbungan Lor Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Pesantren ini, selain mengajarkan ilmu agama, santri dibekali penguasaan bahasa asing.
<>
KH Romli Syahir, pendiri dan pengasuh Uli Albab, Jum'at (17/1) mengatakan, Ulil Albab berdiri di atas lahan 1 hetare. Tanahnya merupakan wakaf dari seorang dermawan yang tak mau disebutkan namanya.
Pesantren ini didirkan, kata dia, didasari keinginan untuk menyebarkan ilmu agama. Hal itu merupakan cita-cita pribadinya baik ketika mondok di Nurul Jadid, Karang Anyar, Paiton, maupun ketika menuntut ilmu di Universitas Saddam Husein, Baghdad, Iraq.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana pada 1998, dua tahun kemudian Kiai Romli pulang ke Indonesia. Antara 2000 hingga 2002, ia berdiskusi dengan beberapa ulama dan tokoh masyarakat di Kabupaten Probolinggo terkait rencananya mendirikan pesantren.
Keinginan tersebut mendapat sambutan positif, bahkan ia kemudian mendapat tanah wakaf. Pada awalnya santri yang mondok sebanyak sepuluh orang. Mereka itu sebelumnya adalah santri yang mondok di Pesantren Badridujja, Kraksaan Wetan, Kota Kraksaan.
Kiai Romli adalah menantu dari KH. Badri Masduqi, pengasuh Pesantren Badridduja. Oleh beberapa ulama, santri tersebut disarankan berpamitan kepada pengasuh untuk berhenti. “Setelah itu, mereka diantar oleh orang tuanya untuk mondok di sini,” kata Kiai Romli.
Bersamaan dengan itu, didirikan pula Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ulil Abab. Selama setahun awal pendirian, jumlah santri masih tetap tak bertambah. Namun di tahun-tahun berikutnya, jumlah santri yang mondok terus bertambah. Pada tahun ketiga, jumlahnya lebih dari 70 orang.
Untuk menjawab kebutuhan pendidikan santri, pada 2006 didirikan Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMA-IT) Ulil Albab. Sejak tiga tahun terakhir, jumlah santri bertambah menjadi 250 orang. “Mulai meningkat sejak tiga tahun terakhir, kebanyakan santri tersebut adalah putri. Alhamdulillah pesantren ini makin mendapatkan kepercayaan dari masyarakat,” tuturnya.
Untuk pembelajaran ilmu agama, pesantren ini tidak jauh berbeda dengan pesantren yang lain. Sebab kitab-kitab klasik yang digunakan juga sama seperti yang digunakan oleh pesantren di Indonesia. “Untuk ilmu agama tidak jauh berbeda dengan pesantren yang lainnya,” kata Kiai Romli. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Santri Kecil di Tuban Hilang Sejak Kamis Lalu, Hingga Kini Belum Ditemukan
2
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
3
Sound Horeg: Pemujaan Ledakan Audio dan Krisis Estetika
4
Perbedaan Zhihar dan Talak dalam Pernikahan Islam
5
15 Ribu Pengemudi Truk Mogok Nasional Imbas Pemerintah Tak Respons Tuntutan Pengemudi Soal ODOL
6
Operasional Haji 2025 Resmi Ditutup, 3 Jamaah Dilaporkan Hilang dan 447 Meninggal
Terkini
Lihat Semua