Pesantren

Jika Santri Tak Menulis, Tradisi Bisa Haram Semua

NU Online  ·  Rabu, 21 Januari 2015 | 04:31 WIB

Yogyakarta, NU Online
Para santri dari berbagai pondok pesantren dan universitas mengikuti kelas menulis yang diselenggarakan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) dan Yayasan Pantau di Pendopo Hijau Yayasan LKiS, Sorowajan, Bantul, Yogyakarta.
<>
Kelas yang berlangsung (19-22/1) ini mendaulat Imam Sofwan (Yayasan Pantau), Fahri Salam (Editor Pindai), dan Nurul Huda (Reporter Tribun Jogja) sebagai narasumber.

“Kalau santri tidak menulis, bisa jadi tradisi-tradisi yang ada akan menjadi haram semua,” ungkap Imam Sofwan pada pembukaan kelas itu, Senin (19/1).

Ia menjelaskan pendapatnya itu karena sekarang banyak situs di internet yang mulai mengharamkan tradisi dan tidak mempunyai sikap toleransi kepada yang lain.

Fahri juga menjelaskan bahwa semangat Kelas Menulis Santri ini adalah menjaga tradisi-tradisi plural kita. "Tradisi bukan hanya dipraktekkan tapi juga ditelurkan menjadi tulisan," ujarnya.

Perwakilan dari Yayasan LKiS, Farid Wajdi mengungkapkan, bahwa santri sangat penting untuk menulis. Ada banyak alasan mengapa santri harus menulis, tapi yang paling pokok, menurutnya, sekarang ini tulisan di internet sedikit banyak mendorong intoleransi.

“Jadi, saya kira itu sebuah alasan mengapa santri harus menulis. Acara semacam ini kita ikuti secara serius. Kita meyakini, Islam di Indonesia adalah cinta damai. Tapi gambar dan tulisan di internet kebanyakan sangat kontroversial,” ungkapnya.

Ia juga menyampaikan bahwa agama yang benar adalah yang bersifat lunak dan lembut. “Saya kira itu yang ingin saya sampaikan, untuk mendorong kita serius mengikuti ini. Rumus dari belajar menulis adalah menulis itu sendiri,” pungkasnya. (Nur Sholikhin/Abdullah Alawi)

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua