Opini ISLAM NUSANTARA DI EROPA (10)

Universalitas Bahasa Keindahan (2)

NU Online  ·  Jumat, 6 April 2018 | 01:50 WIB

Universalitas Bahasa Keindahan (2)

Universitas Hamburg. (Foto: academicindonesia)

Oleh Al-Zastrouw Ngatawi

Sesampai di Kantor KJRI Hamburg rombongan sangsung melakukan check sound. Selain Ki Ageng Ganjur pada pertunjukan ini akan tampil juga grup musik dan tari dari teman-teman Indonesia yang ada di Hamburg. Karena setting dan channeling alat sdh dilaksanakan sehari sebelumnya pelaksanaan check sound bisa dilakukan secara cepat.

Menjelang jam 6 sore para tamu undangan mulai berdatangan. Mereka adalah para diplomat negara sahabat, akademisi, seniman, mahasiswa dan orang-orang Indonesia yang di Jerman. Tepat pukul 06.30 sore acara pagelaran Ki Ageng Ganjur dimulai. Dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an yang dibawakan oleh Mell Shandy, dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan sambutan dari Konsulat Jenderal RI di Hamburg Bapak Bambang Susanto.

Dalam sambutannya Bapak Konjen menyatakan bahwa missi kebudayaan  dengan tema Islam Nusantara yang dibawa oleh Ki Ageng Ganjur (KAG) ini sangat penting. Lewat misi ini Islam yang damai, toleran dan antikekerasan bisa diwujudkan. Selain itu dengan missi ini keragaman budaya Indonesia juga bisa ditampilkan.

Menurut Bapak Konjen grup KAG yang pendiriannya diprakarsai oleh Gus Dur dan dipimpin oleh saya sendiri telah melakukan dakwah Islam melalui seni budaya dengan mengeksplorasi spirit religiusitas. KAG juga mengkolabirasikan musik tradisional etnik dengan modern sebagai cermin merawat keberagaman dan toleransi sebagai bagian dari spirit keislaman.

Para pengunjung mulai terpana saat KAG membuka pagelaran dengan komposisi instrumental "Oriental Jazz" yang dilanjutkan dengan shalawat Nariyah. Pada lagu kedua, Gejilak Ekspresi, yang bernuansa etnik padang melalyu dan jazz para penonton sudah hanyut dalam buaian nada dan irama.

Saat lagu ketiga, Padang Bulan, beberapa penonton sudah mulai gerak-gerak di tempat mengikuti irama. Bahkan ada yang langsung turun ke melantai. Semua penonton hanyut dan tertegun saat Ganjur memainkan midley lagu-lagu nusantara dari Aceh sampai Papua. Dan suasana menjadi heboh saat Mell Sahndy tampil membawakan shalawat "ya badratim" dengan aransemen rock dan dilanjutkan dengan lagu "Imagine" dari John Lennon.

Setelah penampilan Mell Shandy Ganjur break untuk menampilkan grup Musik dan tari persembahan dari masyarakat Indonesia yang di Jerman. Penampilan selingan ini juga mendapat apresuasi dan sambutan yang baik dari para penonton. 

Penampilan Ganjur pada session ke dua semakin membahana. Dimulai dengan tembang "lir Ilir" dengan aransemen etnik Bali dan Jawa dipadu dengan jazz dan gregorian. Berikutnya lagu "Wind of Change" dan "Cinta Hampa" yang bernuansa melayu. Suasana makin meriah ketika Bapak Konjen menyumbangkan suaranya dengan membawakan lagu "pertemuan" dalam irama Bossanova

 Saat Mell Shandy tampil membawakan lagu "ya Rasulallah" seorang musisi dari Syria ikut tampil membawakan lagu tersebut. Suasana kembali "pecah" ketika Mell Shandy membawakan lagu "Bentu". Para undangan, termasuk para diplilomat dan pejabat ikut berteriak dan turun bergoyang. Setelah lagu "Bento" acara ditutup dengan pembacaan doa oleh saya.

Alhmadulillah.... semua pengunjung merasa puas atas penampilan KAG. Mereka terkesan atas komposisi musik yang eksploratif dan pluralistik. Mereka tidak henti-hentinya merekam dan memotret setiap lagu yang dibawakan. Selain itu mereja juga memberikan komentar positif atas penampilan KAG malam itu. 

Misalnya Ibu Tanja Heuer, koordinator pendidikan dan budaya untuk pengungsi di badan "Stadtkultur e. V." sebagai proyek dari senat kota Hamburg yang menyatakan: "terima kasih banyak atas undangannya. Saya senang melihat budaya Indonesia yang beragam. Saya ingin musik Indonesia bisa berinteraksi lebih banyak dengan musik Arab dari Syria, misalnya".

Mohammad dan Samer, musisi dari Syria menyatakan: "grup musik KAG berhasil memadukan musik tradisional, pop/rock, bahkan musik Arab dengan pesan religi. Kami akan coba aransemen seperti ini untuk grup musik kami"

Hani Zyada musisi dari pusat kultur Hamburg Bergedrof: "Senang acara budaya Indonesia yang beragam, tapi ada unsur Muslim dari tata acara di awal dan akhir. Saya merasa damai dan nyaman. Tidak merasa dibedakan. Saya sekarang belajar lagu-lagu Indonesia. Suasana dan irama lagu sangat menyenangkan, membuat hati gembira."

Sedangkan Prof Jan van der Putten, Head of Austronesian Studies Universitas Hamburg menyatakan: "musik Ganjur sangat unit, hanya saja masih terlalu kental nuansa Arabnya" dan Karen Stadtlander, Presiden of DIG Hamburg (German Indonesian Association in Hamburg) berkomentar bahwa ini merupakan pertunjukan yang menarik. Kita bisa berdialog dan berinteraksi secara terbuka melalui musik.

Melihat respon penonton dan wajah-wajah ceria yang puas menikmati pagelaran KAG kami merasa bahagia. Hilang seluruh cape dan suntuk. Kami merasa hutang kami menikmati keindahan kota Hamburg di hari itu terbayarkan. Dan saat itu kami melihat kembali universalitas dari bahasa keindahan. Meski tak paham bahasanya dan tak tahu syairnya tapi keindahan akan mampu menembus rasa tanpa sekat dan batas.

Kami layak mengucapkan terima kasih pada Konsulat Jenderal RI di Hamburg, Bapak Bambang Susanto beserta jajarannya: Bu Dewi, Mas Yudi, Pak Marsy, dan lain-lain. yang sudah memfasilitasi acara ini. Pengurus PCINU Jerman; Gus Oding, Mas Wahyu dan istri, Mas Angga, Mas Boby yang sudah mempersiapkan acara ini dengan baik. Juga teman-teman di Hamburg; Mas Muller, Mbak Ida, dan lain-lain. yang sudah full support event ini hingga bisa terlaksana dengan sukses. Terima kasih semua atas kebaikan dan kerja samanya. Bis spater. Ich danke Ihner...!

Penulis adalah pegiat budaya, Dosen Sekolah Pascasarjana UNUSIA Jakarta. Tulisan ini merupakan catatan perjalanan Islam Nusantara Roadshow to Europe bersama Ki Ageng Ganjur.