Pedagang Pasar Burung Barito di Jaksel Tolak Relokasi, Minta Gubernur Pramono Hadir Langsung
NU Online · Selasa, 5 Agustus 2025 | 22:00 WIB

Salah satu titik di Pasar Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pedagang meminta Gubernur Pramono Anung turun langsung untuk berdiskusi soal relokasi. Gambar ini diambil pada Selasa (5/8/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)
Suwitno
Kontributor
Jakarta, NU Online
Pedagang Pasar Burung Barito di Jakarta Selatan menolak relokasi yang direncanakan Pemerintah Kota Jakarta Selatan. Mereka menilai tempat relokasi tidak layak, merugikan pedagang kecil, dan meminta Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung hadir langsung untuk berdiskusi dengan mereka.
Pemerintah Kota Jakarta Selatan sebelumnya memberikan tenggat waktu kepada pedagang untuk mengosongkan kios hingga Ahad (3/8/2025). Namun, pada Selasa (5/8/2025), sejumlah pedagang masih terlihat berjualan, meskipun sebagian kios sudah tutup.
Di tiga titik lokasi, terpasang spanduk bertuliskan: “Suara Barito (Solidaritas Usaha Rakyat Tolak Otoriter), jangan korbankan kebutuhan kami pedagang kecil demi ambisi politik.”
Para pedagang menolak relokasi dengan alasan Pasar Burung Barito sudah menjadi ikon kota Jakarta Selatan. Selain itu, mereka berharap Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung turun langsung dan mendengarkan aspirasi mereka.
"Gubernur atau wakil gubernur belum pernah sama sekali datang ke sini. Kalaupun benar mau adanya pengosongan harusnya gubernur itu datang langsung ke sini menyampaikan tujuan dan diskusi bareng kami," ujar Danang Suto (26), salah satu pedagang.
Danang mengatakan, Pasar Barito seharusnya tetap bisa beroperasi dan berkolaborasi dengan pembangunan Taman Langsat.
"Kami tidak hanya sekadar pedagang tapi juga warga Jakarta. Kan bisa juga pembangunan taman dikolaborasikan dengan pedagang di sini," katanya.
Pemerintah memang telah menyiapkan lokasi pengganti, tetapi menurut Danang, tempat tersebut tidak layak.
"Untuk relokasi itu kan harusnya ada bangunan pengganti dulu. Nah, untuk relokasi sementara itu di PD Pasar Jaya Mampang dan Lenteng Agung. Akan tetapi secara, aspek tempat tidak memadai," kata Danang.
Nilai historis pasar tersebut juga menjadi alasan mengapa para pedagang mempertahankan kios-kiosnya.
"Nilai historis tersebut tidak ternilai dengan uang atau apa pun. Kita di tempat baru kan pasti sepi, kita yang di sini lama juga masih perlu sarana promosi," ujarnya.
Sebagai informasi, Pasar Burung Barito sudah beroperasi sejak 1974 dengan 137 kios yang berjajar di sepanjang Jalan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan berencana merelokasi pedagang Pasar Burung Barito sebagai bagian dari penyatuan Taman ASEAN.
Terpopuler
1
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
2
Istikmal, LF PBNU: 1 Rabiul Awal 1447 Jatuh pada Senin, Maulid Nabi 5 September
3
NU Banten Membangkitkan Akar Rumput
4
Rais Aam PBNU dan Sejumlah Kiai Terima Penghargaan dari Presiden Prabowo
5
IPNU-IPPNU dan PCINU Arab Saudi Dorong Tumbuhnya Tradisi Intelektual di Kalangan Pelajar
6
Dirut NU Online Dorong PCNU Kota Bekasi Perkuat Media dengan Ilmu Pengetahuan
Terkini
Lihat Semua