Oleh: H.M. Rozy Munir
(Mantan Wkl. Ketua Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI, dan
Mantan Ketua LKKNU)
Adalah K.H. Drs. M. Nadjid Muchtar, M.A., mantan Dosen UIN Jakarta dan PTIQ saat ini Ketua PP-Lembaga Ma’arif NU yang telah meninggal dunia hari Sabtu dini hari Pukul 02.30 WIB tanggal 14 April 2007 di Rumah Sakit PELNI, Petamburan Jakarta. Pak Nadjid, demikian sahabat-sahabat di PBNU memanggilnya. Ia meninggal dalam usia senja, 68 tahun, yang tanggal 24 April nanti genap berusia 69 tahun. Usia tersebut sesuai dengan usia expectancy of life (usia harapan hidup) manusia Indonesia.
t;Ketika sarapan bersama keluarga tadi pagi, mendadak muncul dalam ingatan saya sosok Pak Nadjid ini. Perkenalan dengannya terjadi pada pertengahan tahun 1959 di Jakarta. Saat itu saya mewakili Pandu (sekarang Pramuka) Ansor Mojokerto yang siap dikirim mengikuti Jambore Kepanduan sedunia di Makiling, Los Banos Filipina. Para wakil Pandu Ansor dari beberapa daerah dikumpulkan di Jakarta untuk diberi pembekalan oleh para senior seperti Pak Daniel Tandjung, Pak Ansori Syam (Alm.), Pak Fahrurrozi (sekarang Kyai terkenal di Betawi), Pak Husni Minwari (Alm.) dari Bandung serta Pak Nadjid Muchtar dari Jakarta.
Pak Nadjid ikut serta bersama rombongan Pandu lainnya yang berjumlah kurang lebih 100 orang ke Filipina dengan kapal Patroli Polisi DKN 502, bobotnya hanya 500 ton (sebesar perahu nelayan Bugis).
Diantara Kontingen Jambore ini, ikut serta pula Sholahuddin Wahid dan Taufiq Syam (Ansor), Muhammad Fadhol A.R dan Fajar Nugroho (Hizbul Waton), Michael Tung (pandu Kristen), dan Dono Iskandar (Kepanduan Rakyat Indonesia).
Semangat Lord Baden Powell tampak dijiwai oleh Pak Nadjid ini. Tak ada kata menyerah, loyal pada persahabatan, suka menolong, selalu riang, dan sederhana adalah geliat kehidupannya. Pertemuan saya dan Pak Nadjid berikutnya terjadi tahun 1962 waktu saya hijrah dari Solo ke Jakarta masuk SMA 1 Budi Utomo, yang kala itu Pak Nadjid aktif sebagai kader misi Islam (organisasi yang didirikan K.H. Idham Cholid). Selain itu beliau juga kuliah di IAIN jurusan Ushuluddin Jl. Cemara Jakarta, seangkatan dengan Nurcholis Madjid (Alm.), dan Ja’far Mawardi (mantan Dekan IAIN Surabaya).
Berikutnya sewaktu Pak Nadjid sebagai Ketua Lembaga Ma’arif NU dan saya sebagai Ketua LKKNU berkantor di gedung yang sama, di Taman Amir Hamzah 5 Matraman, Jakarta, dalam periode Gus Dur (Cipasung) sampai dengan periode K.H. Hasyim Muzadi (sekarang). Kami sering sekali berinteraksi, beberapa masalah yang pernah disampaikan kepada saya waktu itu adalah tentang Undang-undang Yayasan bagi Jamiyah NU, kemudian masalah koordinasi dan pengelolaan TK di lingkungan NU, serta tidak seragamnya papan nama sekolah-sekolah di bawah jaringan NU karena tidak ada nama dan lambang Ma’arif.
Tahun 1980-an Pak Nadjid juga pernah mengikuti Training Kependudukan di Lembaga Demografi FE-UI bersama para peserta dari perguruan tinggi seluruh Indonesia. Waktu itu saya menjabat sebagai salah satu pimpinan di Lembaga Demografi ini membidangi Pelatihan dan Administrasi Umum. Meskipun tidak dalam posisi ranking, tetapi Pak Nadjid mendapat apresiasi karena keuletannya dari Rektor Universitas Indonesia Prof. DR. Mahar Mardjono (Alm.).
Dua bulan yang lalu dalam suatu rapat di PBNU Pak Nadjid mengeluhkan penyakitnya kepada saya adanya kencing batu (ginjal) beberapa kali dirawat di rumah sakit, meskipun sebelumnya pernah dirawat akibat penyakit jantung. Pak Nadjid merasa belum maksimal memimpin Lembaga Ma’arif namun semangatnya tetap tinggi meskipun dalam keadaan sakit. Keinginan beliau untuk berkhidmat kepada NU masih sangat tinggi namun Allah SWT berkehendak lain.
Pak Nadjid yang berasal dari Surabaya ini telah meninggalkan kita semua, meninggalkan 5 putra-putri beserta 9 cucunya sedangkan istri beliau telah mendahuluinya beberapa waktu yang lalu. Semoga Pak Nadjid mendapat ampunan dari Yang Maha Kuasa dan bagi keluarganya, diberikan kesabaran serta ketabahan iman.
Innalillahi wa innailaihi roji’un. SELAMAT JALAN SAHABATKU.
Jakarta, 14 April 2007
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
3
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
4
Cerpen: Tirakat yang Gagal
5
Jamaah Haji Indonesia Diimbau Tak Buru-buru Thawaf Ifadhah, Kecuali Jamaah Kloter Awal
6
Jamaah Haji Indonesia Bersyukur Tuntaskan Fase Armuzna
Terkini
Lihat Semua