Opini

Saya Temukan Diri Sendiri di Tengah Nahdliyin

Rab, 25 Maret 2020 | 14:15 WIB

Saya Temukan Diri Sendiri di Tengah Nahdliyin

Salah satu foto profil Facebook Aji Hermawan

Oleh Abi S. Nugroho

Kali pertama kenal dengan Mas Aji melalui sahabat saya, Hardiansyah Suteja, founder Philo Coffee. Dia bilang, tahu ada orang hebat di NU, lulusan Manchester, Inggris dengan keahlian menejemen khusus yang akan berkembang memperkuat usaha mikro menengah. Tahun 2013 itulah, kami janjian di warung kopi sekitar Perumahan Bogor Baru. Dia cerita banyak soal bidangnya dan tengah mengembangkan pilot project bisnis pertanian dan peternakan di bawah payung IPB.

Berdasarkan laman resmi IPB, Mas Aji lahir di Batang, Jawa Tengah, 23 September 1968. Lulus Sarjana dari Jurusan Teknologi Industri Pertanian (TIN), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB tahun  1991, lulus Magister Manajemen Agribisnis IPB University tahun 1994.  Tahun 2005 menyandang gelar Ph.D. (Doktor) di Management Manchester Business School, Inggris.  Selama kuliah di Inggris aktif membesarkan organisasi keagamaan menjabat Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) di Inggris.

NU isinya banyak orang. Tidak heran banyak kepentingan baik dari luar dan dalam. Barangkali, kalau sahabat saya tidak kasih tahu, saya tidak kenal meski aktif di Lakpesdam PBNU. Dia sosok yang aktif mendorong dan menumbuhkembangkan inventor dan inovator muda guna meningkatkan kemampuan technopreneurship mahasiswa melalui lembaga yang pernah dipercayakan untuk dipimpinnya yaitu Recognition and Mentoring Program IPB University (RAMP-IPB). Soal aktualisasi gagasan dan keagamaan selain sangat sibuk di kampus juga ngopeni para anggota KMNU IPB. 

Dipercaya sebagai Wasekjen PBNU bukan perkara mudah. Suatu kali ada yayasan internasional meminta PBNU tentang fatwa hukum rokok. Mas Aji diminta memberikan penjelasan mewakili NU. Maksud yayasan tersebut, diduga membatasi bisnis tembakau dengan harapan NU bersedia mengeluarkan fatwa haram. Dengan sejumlah analisis yang dipaparkan, Mas Aji menolak tawaran yayasan tersebut, bahwa fatwa bisa berdampak bagi ekosistem bisnis tembakau khususnya di tingkat bawah. NU tidak mungkin mengeluarkan fatwa haram yang berpotensi menghancurkan bisnis tembakau. Baginya, kalau rokok dianggap merusak kesehatan dan kita mengharamkannya, maka kita juga harus berani mengeluarkan fatwa haram mengonsumsi mie instan, minuman ringan kemasan, cola, dan sebagainya karena semua itu mengandung resiko, dalam kadar tertentu mengakibatkan penyakit berat. Mas Aji bukan perokok, tidak terlibat bisnis tembakau dan menolak fatwa mengharamkan rokok.

Kepala LPPM IPB (Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat) ini punya segudang cerita dan cita-cita tentang NU. Meski tidak lagi menjabat Wasekjen PBNU dia masih aktif mendinamisir aktivitas NU di Bogor khususnya KMNU IPB. Sesekali bila dibutuhkan dia hadir rapat di PBNU, khususnya soal pengembangan usaha, namun dia mengeluhkan ada sejumlah oknum mempolitisasi tujuan mulia NU mengembangkan sektor usaha mikro menengah. Baginya oknum tersebut hanya memikirkan dirinya dan jangka pendek. Kekecewaan dengan oknum tersebut dibuktikan dengan tidak lagi hadir dalam rapat.

Meski begitu Mas Aji bukan eskapis yang mudah putus asa. Dia pemimpin berani, dosen dengan jam terbang luar biasa yang mengedepankan profesionalisme dan berjiwa nasionalis. Bekerja mengorganisir gerakan keagamaan kampus di tengah IPB yang mengalami eksklusivisme salah satu tantangan yang dia hadapi. Baginya menjadi intelektual saja tidak cukup, tapi juga harus mencintai tanah airnya. Menjaga moral dan nilai-nilai keislaman yang dikembangkan NU sebagai perekat pembentuk karakter bangsa sangat dibutuhkan, lantaran itu bersama para sahabat, beliau berkomitmen merintis pesantren mahasiswa di sekitar kampus. Mas Aji sadar bangsa ini sulit dibangun tanpa NU. Kalau Covid 19 tidak mewabah seperti ini, April mendatang program donasi pesantren mahasiswa akan diluncurkan.

Manusia berencana, Tuhan yang memutuskan. Pagi tadi melalui Kang Suhana, Department of Resource and Environmental Economics, IPB saya terima kabar bahwa beliau berpulang mendahului kita. Lutut saya terasa lemas. Saya memastikan melalui Muhammad Zimamul Adli, Ketua KMNU IPB 2014. Bapak Dr. Ir. Aji Hermawan, MM (Kepala LPPM IPB/Penasihat KMNU IPB/Wasekjen PBNU 2010-2015) wafat di RS Hermina pukul 03.00 pagi. 

Dan saya masih ingat betul pertanyaan yang pernah saya ajukan padanya, “apa yang membuat Mas Aji bersedia aktif mengurus NU?”

Dia jawab, “saya menemukan diri saya di tengah komunitas Nahdliyin. Karena hub, mahabbah itulah, kalau tidak karena cinta, sejak lama saya tinggalkan.”

NU kembali kehilangan kader terbaiknya. Gugur satu tumbuh seribu. Semoga almarhum husnul khotimah diampuni segala dosa dan ditempatkan yang terbaik di sisi Allah SWT. Amiin YRA. Lahu al fatihah...

Penulis adalah staf di Lakpesdam PBNU