Prof. Dr. KH Said Aqiel Siradj
Tobat secara bahasa memiliki makna āpenyesalan atau kembaliā. Dikatakan penyesalan, karena orang yang bertobat senantiasa menyesali atas kesalahan yang telah dilakukannya. Sedangkan makna ākembaliā, menunjukkan komitmen orang yang bertobat untuk kembali ke jalan yang digariskan Allah.
Konsep tobat dalam Islam sangat sentral. Ini tampak dari salah satu sifat Allah, yaitu Maha Bertobat (al-Tawwab). Kata ātobatā digunakan Alquran sebanyak 53 kali. Dalam dunia kesufian, tobat merupakan pintu gerbang maqam (tahapan spiritual) yang harus dilalui pendaki spiritual seperti maqam waraā, zuhud, faqar, sabar, tawakal dan ridha.
Seseorang harus melalui tahapan tobat, sebelum meneruskan tahapan berikut. Jelasnya, kalau orang mengaku sudah sabar, tetapi tak pernah melakukan pertobatan secara benar, maka dia belum dikatakan mencapai maqam yang lebih tinggi. Jadi, tobat sesungguhnya merupakan tahapan spiritual yang sangat penting dalam kerangka pencapaian derajat kedirian yang paripurna.
Esensi tobat terletak pada komitmen batin seseorang untuk tetap berada di jalan kebaikan dan kebenaran. Islam mengenal dua kesalahan, yaitu kesalahan kepada Allah (haqqullah) dan kesalahan kepada sesama manusia (haqqul adamiyin). Untuk kesalahan kepada Allah, Islam menyediakan institusi pertobatan seperti istigfar, berwudu, dan ibadah murni (mahdhah) lainnya.
Bahkan, memberikan nafkah kepada istri dihitung sebagai sarana bertobat kepada Allah. Tegaslah bahwa kesalahan kepada Allah hanya dapat diampuni Allah sebagai empunya hak prerogatif, bukan minta ampunan kepada institusi lainnya semisal Mahkamah Agung atau MUI. Bukanlah hak manusia untuk menghukumi kesalahan kepada Allah, melainkan Allah sendiri seperti sikap kufur.
Di sini dapat dipahami sabda nabi Muhammad: āSiapa yang menganggap kafir terhadap seorang muslim berarti ia sendiri yang kafirā. Manusia beserta institusi yang dibangunnya, sekalipun menggunakan label Islam, tidak berhak mengangkat dirinya sebagai āTuhan kecilā, dengan menghukum kesalahan seseorang yang bertalian dengan hak Allah.
Sedangkan kesalahan yang berkait dengan hak manusia, Islam melegitimasi penyelesaian berdasarkan āhukum interaksiā sesama manusia melalui pintu saling memaafkan. Tidak ada institusi pun yang berhak menghapus kesalahan antarmanusia, selain ampunan dari orang yang telah disakiti, dizalimi, ditipu, digusur, diperkosa, dijarah, dan lainnya. Seorang sufi, Abul Hassan al- Nuri, menegaskan bahwa bertobat hendaknya manusia kembali dari semua artikulasi selain Allah menuju hanya kepada Allah, sehingga yang terlintas hanyalah Allah semata.
Sebab itu, seseorang setelah mampu kembali ke jalan lurus, setelah ia mampu membersihkan hatinya, selanjutnya ia akan menceburkan dirinya dalam realitas sosial dengan penuh iman, sembari terus berpegang pada prinsip-prinsip ketuhanan sebagai kontrol dirinya. Seorang yang mampu mencapai pertobatan tersebut berarti akan memandang kehidupan dan alam semesta dengan kaca mata ilahi. Inilah yang disebut sebagai ātaubatan nasuhaā atau pertobatan sejati.
Walhasil, pertobatan merupakan sarana sterilisasi manusia atas segala kesalahan. Pertobatan berfungsi sebagai upaya menyucikan diri (tazkiyah al-nafs) serta memoles dirinya (tashwiyah al-qalb). Jika begitu, bagi manusia seburuk apapun kesalahan yang dia lakukan tetap disediakan pintu pertobatan.
Dalam istilah kesufian, dinyatakan bahwa manusia harus memiliki rasa takut (khauf) sekaligus juga rasa pengharapan atas rahmat Allah (rajaā). Nah, dari sinilah kita menjadi sadar mengapa Islam mewajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Tentu, puasa sebagai lahan untuk refleksi diri dengan pertobatan dalam rangka membangun kedirian yang bersih dan senantiasa terjaga, sehingga aktivitas ke depan akan menjadi lebih baik, menggapai kesadaran terhadap nilainilai keilahian dan kepedulian terhadap sesama manusia.(*)
Ketua PBNUĀ Ā
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
6
Khutbah Jumat: Merajut Kebersamaan dengan Semangat Gotong Royong
Terkini
Lihat Semua