Bupati Sambari Halim Rudianto setelah disahkannya Perda No 8 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Gresik menyampaikan bahwa pengembangan wilayah dan pembangunan Kabupaten Gresik sampai tahun 2030 terbagi dalam empat wilayah pembangunan. Wilayah utara diproyeksikan menjadi kawasan agropolitan. Wilayah selatan diproyeksikan menjadi areal pemukiman. Wilayah perkotaan difokuskan pada pembangunan Pelabuhan Kalimireng. Sedangkan Pulau Bawean akan difokuskan pada pengembangan pariwisata (Kompas, 11 September 2011).
Guna mendukung pengembangan pariwisata Pulau Bawean, pemerintah telah menyelesaikan pembangunan lapangan terbang perintis di wilayah Kecamatan Tambak. Bawean memiliki objek wisata yang sangat indah. Tidak salah bila akhir-akhir ini Bawean menjadi salah satu destinasi wisata favorit. Keberadaannya didukung perkembangan teknologi informasi, terutama sosial media.
Berbeda dari Bawean, wilayah perkotaan difokuskan pada pembangunan Pelabuhan Kalimireng. Pelabuhan berskala international tersebut mencakup wilayah Kecamatan Gresik, Kebomas, dan Manyar. Rencana pengembangan pelabuhan tersebut mencakup areal laut kurang lebih 800 hektar, panjang pesisir sekitar 5.000 meter dan lebar ke arah laut sekitar 1.600 meter.
Sedangkan untuk pembangunan wilayah selatan, Pemkab Gresik sudah menandatangani kesepakatan antara Menteri Perumahan Rakyat, Gubernur Jawa Timur dan Real Estate Indonesia (REI) untuk pembangunan wilayah Gresik selatan. Pemerintah telah menyiapkan lahan sekitar 10.000 hektare tersebar di Kecamatan Driyorejo, Wringinanom, Kedamean dan Menganti.
Adapun pembangunan wilayah utara akan diproyeksikan menjadi kawasan agropolitan dan agroindustri, dan minapolitan. Sebagai realisasinya, pemerintah telah membangun Bendung Gerak Sembayat (BGS) di kawasan tersebut di atas lahan seluas 6.200 hektare yang tersebar di Kecamatan Bungah, Sidayu, Ujungpangkah dan Panceng. Kawasan tersebut diproyeksikan sebagai pusat agropolitan terbesar di Jawa Timur.
Menariknya, sebuah perguruan tinggi bergengsi, Universitas Airlangga (Unair) bakal mendirikan kampus E di kawasan tersebut. Unair tertarik mendirikan perguruan tinggi di Gresik utara karena model pembangunan di kawasan tersebut menggunakan metode triple helix plus, sebuah konsep kekuatan potensial untuk membangun inovasi dan kekuatan ekonomi yang melibatkan perguruan tinggi, pemerintahan, industri dan masyarakat sebagai unsur plus (Jawa Pos, 25 Februari 2016).
Tanggung Jawab NU
Dalam metode triple helix plus, keempat unsur tersebut akan berkolaborasi untuk memajukan kawasan Gresik utara. Seiring proyeksi kawasan tersebut menjadi pusat agropolitan terbesar di Jawa Timur, keberadaan perguruan tinggi dirasa sangat penting untuk memimpin inovasi perekonomian berbasis pengetahuan serta mengembangkan sumberdaya masyarakat setempat sehingga tidak sekadar menjadi penonton di daerah sendiri.
Inisiasi pengembangan sumberdaya manusia dan penguatan peran masyarakat guna menjawab kebutuhan pembangunan di kawasan tersebut seharusnya disadari lama oleh NU Gresik. NU merupakan organisasi masyakarat terbesar di Kabupaten Gresik. Keberadaannya secara kultural-struktural mengakar kuat dari tingkat cabang sampai ranting-ranting. Karena itu, NU secara sosiologis memiliki tanggung jawab besar terhadap penguatan peran masyarakat tersebut, baik di kawasan tersebut, maupun Kabupaten Gresik secara umum.
Kenyataannya, sejak berdirinya banyak perusahaan produsen dolomit di kawasan Gresik utara dalam 5 tahun terakhir, NU masih terkesan pasif dalam merespon pembangunan di kawasan tersebut. Persoalan lingkungan, hak-hak buruh, dan tanggung jawab sosial perusahaan sama sekali belum tersentuh oleh peran NU. Padahal sebagai ormas besar, NU diharapkan mampu menjadi penyeimbang peran pemerintah dan industri.
Karena itu, NU seharusnya dari awal merencanakan dengan baik peran strategisnya seiring arah dan perkembangan pembangunan Kabupaten Gresik dewasa ini. Dalam upaya tersebut, NU dapat mengoptimalkan IPNU agar menjadi organisasi pengaderan yang siap merespon perkembangan dan pembangunan daerah. Terlebih di kawasan Gresik utara, pengaruh organisasi pergerakan mahasiswa dapat dikatakan tidak terlalu determinan mengingat keberadaan perguruan tinggi di Gresik relatif sedikit dan terlokalisir di pusat kabupaten.
Namun disayangkan, IPNU kurang menyadari peran dan peluang strategisnya tersebut. IPNU sekadar dipahami sebagai organisasi tempat berkumpulnya pelajar NU untuk melestarikan tradisi NU, sehingga kurang menyentuh isu pembangunan dan peran sosiologisnya. Akibatnya, IPNU seperti berada di ruang tersendiri, sedang pembangunan daerah berada di ruang berbeda. Padahal sesungguhnya, IPNU berada pada ruang pembangunan tersebut.
Dengan demikian, harus ada pemahaman bersama di internal IPNU Gresik agar IPNU menjadi sebuah organisasi yang memiliki arti sosiologis. IPNU sebagai gerbang utama pengaderan di tubuh NU tidak boleh berhenti pada aspek keterpelajaran dan keagamaan, melainkan juga harus menyentuh aspek kemasyarakatan dan pembangunan. Dengan begitu, IPNU akan mampu membaca realitas dan perkembangan masyarakat yang ada serta berbuat sesuatu di dalamnya.
*Penulis adalah pelajar NU Gresik
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Inilah Obat bagi Jiwa yang Hampa dan Kering
2
Khutbah Jumat: Bahaya Tamak dan Keutamaan Mensyukuri Nikmat
3
Kontroversi MAN 1 Tegal: Keluarkan Siswi Juara Renang dari Sekolah
4
Kader PMII Dipiting saat Kunjungan Gibran di Blitar, Beda Sikap ketika Masih Jadi Wali Kota
5
Kronologi Siswi MAN 1 Tegal Dikeluarkan Pihak Sekolah
6
Pihak MAN 1 Tegal Bantah Keluarkan Siswi Berprestasi Gara-gara Baju Renang
Terkini
Lihat Semua