Oleh Rozy Munir *
Dalam demografi ada penduduk usia produktif yaitu penduduk berusia 15 sampai dengan 59 tahun dan ada penduduk yang menjadi beban yaitu penduduk usia 0-14 tahun merupakan anak-anak yang masih perlu dibantu karena pada umumnya belum mandiri, serta penduduk usia 60 tahun ke atas yang sudah tidak mandiri lagi karena itu perlu dibantu.
Mereka itu boleh dibilang sudah senja, namun apakah benar mereka itu beban (dependency ratio)? Disinilah perlu adanya pengkajian yang meliputi berbagai dimensi tidak semata-mata demografi saja. Mereka memang masuk kelompok penduduk usia lanjut, namun bukan berarti mereka tidak berguna karena ada faktor yang harus diperhatikan, dipertimbangkan, dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi program kebijakan pembangunan secara luas, yaitu pengalaman dari kelompok ini, mengingat jam terbangnya cukup lama.
Mereka punya kearifan, dan kebajikan yang dapat dijadikan pengayoman atau panutan untuk menetralisir berbagai konflik kepentingan yang berkembang dalam bangsa ini.
Peran dan penderitaan mereka di masa lalu menyebabkan kohesifitasnya erat, rasa kebangsaan untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia tinggi, apalagi banyak dari mereka adalah pelaku sejarah.
Dari waktu ke waktu penduduk usia lanjut ini makin besar. Menurut catatan statisik pada tahun 2000 jumlahnya mencapai sekitar 16 juta jiwa dan saat ini jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 18 juta jiwa sama halnya dengan seluruh penduduk di Sri Langka, Saudi Arabia, atau Australia, suatu jumlah yang besar. Seiring dengan makin lamanya usia harapan hidup dan makin baiknya derajat kesehatan jumlah mereka akan semakin meningkat.
Pertanyaannya apakah pemerintah, ahli, dan kelompok lain telah perduli pada kelompok ini, apakah kita sudah memberi perhatian nyata dan tidak hanya wacana saja?
Marilah kita lihat fasilitas publik di sekeliling kita. Banyak contoh seperti trotoar yang sulit dilalui oleh pejalan kaki termasuk lansia, seringkali permukaan jalan tidak rata, bahkan tidak dapat digunakan sama sekali karena dipakai pedagang kaki lima, misalnya di Salemba di depan Universitas Indonesia.
Apakah transportasi umum nyaman bagi lansia, seperti angkot, pete-pete, bus umum, bis bandara, kereta api, dsb. Bagaimana pula dengan tempat rekreasi di taman, di pantai, dan WC umum. Tempat-tempat tersebut umumnya dibangun untuk ABG atau remaja. Tempat penyeberangan pun belum didesain bagi lansia. Arsitektur kita pun belum banyak berfikir ke arah sana seperti bangunan di real estate, mall, hotel, dsb. Asuransi? Makin tua makin mahal preminya karena risiko kematiannya semakin tinggi. Penyakit lansia umumnya rematik, nyeri otot, pengapuran, pikun, buyutan, (parkinson) dsb. Belum banyak rumah sakit/pusat kesehatan dengan fasilitas untuk lansia ini secara merata.
Total fertility rate (jumlah anak yang ada pada keluarga) saat ini makin kecil. Mereka hidup dalam nucleus family (keluarga kecil/batih) sehingga kepeduliannya terhadap lansia kurang. Lalu bagaimana dengan panti jompo?
Penelitian Dr. Tony Setiabudhi (Oktober 2001) menunjukkan hanya 25% dari lansia yang dapat ditampung di panti jompo, sedangkan penelitian Dr. Subiyono mantan staf Badan Kependudukan Nasional menyatakan keikutsertaan lansia dalam jaminan sosial rendah (14%) dan hampir 80% lansia masih ditanggung anak-anaknya dalam perawatan ketika sakit maupun kehidupan sehari-hari.
Tentunya masih banyak lagi masalah lansia yang dapat dipersoalkan. Tersebutlah dalam kisah seorang tua renta menanam pohon kurma, yang pasti dia tidak memetik hasilnya karena memang bukan ditanam untuk dirinya, melainkan untuk anak cucunya. Inilah salah satu contoh lansia yang arif yang patut diteladani. Mereka adalah sepuh (tua) tapi bukan sepah (ampas).
*Ketua Umum Ikatan Peminat dan Ahli Demografi Indonesia serta Ketua PBNU
Terpopuler
1
Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri, Istri, Anak, Keluarga, hingga Orang Lain, Dilengkapi Latin dan Terjemah
2
Data Hilal Jelang Idul Fitri 1446 H Menurut Lembaga Falakiyah PBNU dan BMKG
3
Khutbah Jumat: Jangan Biarkan Ramadhan Berlalu Tanpa Jejak
4
Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ramadhan Membentuk Pribadi Berkarakter, Disiplin, dan Peduli Lingkungan
5
Gus Baha Anjurkan Zakat Diberikan kepada Keluarga Terdekat
6
Khutbah Jumat: Menutup Ramadhan dengan Tawakal, Kunci Terima Amal di Mata Allah
Terkini
Lihat Semua