Opini

NU Lasem dan Era Global

NU Online  ·  Rabu, 26 Juni 2019 | 01:30 WIB

NU Lasem dan Era Global

Salah satu pendiri NU Lasem, Mbah Ma'shum

Oleh: Misbahul Munir

Nahdlatul Ulama merupakan satu-satunya organisasi yang segala teknisnya dilakukan atas hasil dari istikharah para kiai terdahulu. Mulai dari tanggal penetapan berdirinya NU, lokasi penetapan berdirinya NU hingga bendera, warna, dan logo NU. 

Orientasi berdirinya NU untuk kepentingan kemaslahatan umat dunia tidak hanya pada lingkup domestik saja, dalam hal ini adalah Nusantara. Hal itu bisa dilihat dari berbagai sumber sejarah bagaimana peran serta Komite Hijaz dalam menjaga beberapa situs sejarah islam dari pembongkaran yang dilakukan pemerintah Arab Saudi yang pada saat itu menganut faham wahabi.

Keberhasilan NU pada saat itu, tidak lantas membuat organisasi tersebut merasa targetnya telah tercapai. Karena eksistensi NU sendiri harus terus mengiringi berbagai proses perkembangan sosial saat itu hingga sekarang, baik dalam lingkup nasional maupun internasional. 

Seperti keterlibatan NU dalam rangka pencapaian kemerdekaan Indonesia menjadi salah satu bukti sejarah bagaimana KH Hasyim Asy'ari menjadi motor penggerak masyarakat, santri melakukan berbagai perlawanan bagi penjajah dan kelompok yang mempunyai kepentingan merubah ideologi bangsa saat itu. 

Kemudian pada perkembangan teknologi modern saat ini yang serba instan, justru peran dan posisi NU sangatlah diperlukan untuk mendampingi masyarakat dalam mengakses berbagai segi aspek kehidupan. Salah satunya adalah sebagaimana yang dilakukan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lasem Jawa Tengah. 

Sebelum menyimak lebih jauh bagaimana strategi dakwah NU Lasem dalam menyikapi tantangan era modern, penulis akan memberikan sedikit ulasan mengenai PCNU Lasem dan kondisi sosial masyarakat di Lasem. 

PCNU Lasem merupakan salah satu cabang Nahdlatul Ulama tertua di Indonesia, karena cabang NU Lasem berdiri tepat pada tahun 1926 di mana pada tahun tersebut juga menjadi deklarasi berdirinya Jamiyah Nahdlatul Ulama. 

Berdirinya cabang NU Lasem tidak terlepas keterlibatan dari ketiga tokoh pendiri NU yang berasal dari tanah Lasem yaitu KH Ma'shoem Ahmad, KH Baidlowi Abdul Azis, dan KH Kholil. Kehadiran NU Lasem saat itu mendapatkan respon positif dari sejumlah kalangan santri maupun masyarakat pedesaan. 

Melihat kondisi bangsa pada saat itu di mana kelompok PKI agresif dalam menyebarkan faham komunis yang kemudian menyulut perlawanan terhadap ideologi bangsa, membuat ketiga tokoh pendiri NU menanamkan kultur/tradisi, amaliah NU, dan ideologi kebangsaan ke sejumlah lapisan masyarakat. 

Berbagai macam perlawanan dilakukan oleh sejumlah tokoh NU Lasem dan para santri terhadap PKI baik berupa penanaman paham ideologi kebangsaan, amaliah NU sampai dengan bergerilya di medan lapangan. Semangat kedisiplinan dan nilai moral yang telah dicontohkan ketiga tokoh pendiri NU tersebut, akan terus menjadikan nafas dakwah dan berjuang bagi keberlangsungan NU Lasem ke depan. 

Seiring berkembangnya waktu dan proses sosial, kini PCNU Lasem semakin inovatif dalam menyampaikan pesan kedamaian serta kemaslahatan umat. Melihat perkembangan teknologi yang begitu modern ditambah lagi sosial masyarakat Lasem yang cenderung heterogen. 

Dengan wilayah teritorial PCNU Lasem adalah Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan, dan Kecamatan Sarang, maka struktur masyarakat yang heterogen tersebut akan menjadikan program dan langkah NU Lasem lebih berwarna. Dengan nilai tasamuh (toleransi), tawassuth (sikap tengah), tawazun (seimbang), dan itidal (tegak lurus) yang diwariskan oleh para Kiai Lasem saat itu dijadikan ruh NU dan masyarakat Lasem umumnya dalam berinteraksi sosial. 

Kedekatan NU Lasem dengan Muhammadiyah Lasem ataupun Rembang, dan berbagai macam varian organisasi kemasyarakatan atau keagamaan di Lasem, menjadikan bukti bahwa NU Lasem mampu berdampingan secara rukun. NU Lasem juga tidak apatis terhadap perkembangan isu multinasional, sering kali dari pihak pengurus memberikan pernyataan sikap terhadap berbagai isu yang berkembang. Musyawarah mufakat antar pengurus menjadi media utama PCNU Lasem dalam menentukan berbagai sikap, mulai dari permasalahan politik, sosial, dan permasalahan lainnya. 

Sikap tegas tapi santun yang saat ini menjadi langkah NU Lasem saat menanggapi sebuah isu kekinian baik lingkup Lasem itu sendiri maupun skala nasional. Sikap tersebut merupakan sebuah sikap dari KH Solahuddin Fatawi selaku Ketua PCNU Lasem yang terinspirasi dari ajaran para Kiai Lasem salah satunya KH Ma'shoem Ahmad (Mbah Ma'shoem). 

Sikap tersebut mempunyai arti tersendiri, kebanyakan semua orang akan mengartikan bahwa sikap tegas identik dengan nada tinggi, keras, dan sebagainya. Begitupun santun orang akan mengartikan sesuatu yang bersifat lemah lembut, pasrah terhadap situasi. Namun bagi KH Solahuddin Fatawi, sikap ini mempunyai arti di mana para ulama Lasem pada saat itu khususnya Mbah Ma'shoem mengolaborasikan keduanya dengan seimbang, cara menyampaikan pesan ketegasan beliau menggunakan tutur kata ataupun perbuatan yang santun dan tidak melukai. 

Itulah mengapa nilai yang diajarkan oleh Mbah Ma'shoem akan terus menjadi pondasi dasar keputusan ataupun sikap bagi PCNU Lasem hingga saat ini. Pada era saat ini yaitu post-truth di mana kebenaran mengenyampingkan fakta objektif, membuat sikap tegas tapi santun sangat relevan jika diterapkan. 

Kondisi di mana semua lapisan masyarakat dari berbagai usia sudah bisa mengakses informasi melalui media online yang kemudian tidak menutup kemungkinan terjadinya ketimpangan. Hal itu juga menjadikan konsentrasi PCNU Lasem untuk berdakwah dan menyampaikan pesan melalui media sosial, segala kegiatan di wilayah PCNU Lasem yang mempunyai makna tersirat akan terus masif untuk disampaikan melalui media online/sosial dengan tidak mengenyampingkan nilai tegas tapi santun tersebut. 

Konstribusi NU Lasem di bidang penentuan kebijakan dalam hal ini adalah kepemerintahan baik di lingkup kecamatan hingga tingkat nasional juga menjadi salah satu faktor peranan NU Lasem dalam mengawal kemaslahatan umat secara keseluruhan. Banyak kader-kader dari NU Lasem yang berkonstribusi aktif pada kursi pemerintahan, hal itu akan mempermudah NU Lasem dalam menyiarkan pesan nilai kemanusiaan, toleransi, dan bentuk sikap kepada publik.


Penulis adalah pegiat Ansor di Lasem, Rembang, Jawa Tengah