Opini

Momen Merawat Persatuan di Bulan Ramadhan

Rab, 20 April 2022 | 21:00 WIB

Momen Merawat Persatuan di Bulan Ramadhan

Momen Merawat Persatuan di Bulan Ramadhan. (Foto ilustrasi: Wikipedia)

Bulan Ramadhan tidak saja menjadi momen untuk memperbanyak ibadah vertikal agar seorang hamba lebih dekat dengan Allah swt, tetapi juga momen yang memiliki semangat sosial sangat kental. Oleh karena itu, tepat kiranya jika bulan ini disebut sebagai bulan merawat persatuan umat seluruh umat Muslim.

 

Jika kita amati lebih seksama, ada banyak sekali momen sosial di bulan Ramadhan yang pada dasarnya merupakan ibadah-ibadah yang dianjurkan di dalam bulan suci ini seperti memperbanyak sedekah, melaksanakan shalat tarawih, semangat komunal untuk menggapai malam Lailatul Qadar, dan lain sebagainya.

 

Perbanyak Sedekah

Bersedekah merupakan ibadah yang memiliki semangat kesejahteraan tinggi. Prinsip sedekah adalah “kesalingan”, orang yang memiliki harta lebih dianjurkan untuk memberi kepada orang yang membutuhkan. Pendek kata, sedekah sangat efektif dalam menjaga kestabilan ekonomi umat.

 

Saat bulan Ramadhan, umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak sedekah. Tidak hanya itu, kondisi perut yang seharian penuh menahan lapar dan dahaga lebih mendidik empati pada tiap-tiap Muslim karena mereka merasakan sendiri apa yang selama ini dirasakan oleh orang-orang yang selama ini hidupnya serba kekurangan, yang untuk mendapat sesuap nasi saja harus berpanas-panasan di jalan.

 

Terkait anjuran sedekah di bulan Ramadhan, disebutkan dalam hadits,

 

عَنْ اَنَسٍ قِيْلَ يَارَسُولَ اللهِ اَيُّ الصَّدَقَةِ اَفْضَلُ؟ قَالَ: صَدَقَةٌ فِى رَمَضَانَ

 

Artinya, “Dari Anas ra dikatakan: ‘Wahai Rasulullah, sedekah apa yang nilainya paling utama?" Nabi menjawab: ‘Sedekah di dalam bulan Ramadhan.’” (HR at-Tirmidzi)

 

Jika selama Ramadhan sedekah masih bersifat anjuran, maka memasuki Idul Fitri semua umat Muslim wajib bersedekah dalam bentuk zakat fitrah yang disalurkan kepada delapan golongan sebagaimana telah ditegaskan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60.

 

Lengkap sudah, anjuran sedekah saat bulan Ramadhan ditambah dengan kewajiban zakat fitrah menjadi bukti bahwa Islam sangat menjaga kesejahteraan umat. Jika kesejahteraan sudah tercapai, maka persatuan pun akan terjaga.

 

Shalat Tarawih

Anjuran ibadah yang terdapat pada bulan Ramadhan berikutnya adalah shalat tarawih. Kita bisa menyaksikan sendiri mushala dan masjid seketika ramai begitu Ramadhan tiba. Dari biasanya jamaah shalat tidak sampai memenuhi bagian dalam ruangan, saat shalat tarawih hampir dipastikan volume jamaah meluap, hal ini kadang membuat mushala-mushala, terutama banyak ditemukan di desa, tidak lagi mampu menampung jamaah.

 

Terkait anjuran tarawih, Rasulullah ﷺ bersabda,

 

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

 

Artinya, “Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (HR al-Bukhari, Muslim, dan lainnya).

 

Hadits di atas menjadi salah satu motivasi bagi umat Muslim dalam menjalankan shalat tarawih. Bagi mereka yang melaksanakannya, akan mendapatkan ampunan dosa-dosa yang pernah dilakukannya, bahkan Imam Ibnul Mundzir mengatakan seluruh dosa, baik besar ataupun kecil. (al-Ramli, Nihayatul Muhtaj, tt: juz 3, hal. 206).

 

Lebih jauh, motivasi pelaksanaan shalat tarawih lebih kuat ketika Rasulullah juga menyampaikan bahwa orang yang menjaga konsistensi shalat ini dengan berjamaah bersama imam sampai tuntas akan memperoleh pahala menghidupkan malam Ramadhan. Bayangkan jika seseorang melaksanakan shalat tarawih full selama satu bulan, berarti dia tercatat telah menghidupkan malam Ramadhan satu bulan penuh. (Abu Thayyib Abadi, ‘Aunul Ma’bûd, 2017; juz 2, h. 168)

 

Hal ini sebagaimana pernah disabdakan oleh Rasulullah,

 

إنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ

 

Artinya, “Sesungguhnya seorang laki-laki yang melaksanakan shalat bersama Imam (berjamaah) sampai selesai, maka baginya dihitung pahala beribadah satu malam penuh.” (HR Abu Dawud)

 

Tidak sebatas itu, di beberapa daerah memiliki tradisi kumpul-kumpul selepas shalat tarawih. Biasanya, begitu tarawih usai, warga tidak langsung bertolak untuk pulang tetapi berkumpul meski untuk “meluruskan otot” sehabis shalat tarawih 20 rakaat. Uniknya, di perkumpulan ini ada konsumsi dari masyarakat setempat yang sudah terjadwal. Tradisi ini semakin memperkuat solidaritas sesama Muslim di bulan Ramadhan.

 

Lailatul Qadar

Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang lebih utama dari seribu bulan. Momen ini tidak saja menjadi pemupuk semangat umat Muslim untuk meraih kesempatan emas di bulan suci, tetapi juga untuk membangun kesadaran sosial antar sesama.

 

Penulis merasakan sendiri. Di Desa Prapag Kidul, Losari, Brebes, pada sepuluh hari terakhir yang menjadi malam-malam potensial untuk meraih malam Lailatul Qadar menjadi semangat ibadah yang tidak saja vertikal antara individu hamba dengan Allah swt, tetapi juga horizontal-sosial. Sebelum melaksanakan sahur sekitar pukul 03.00 WIB, tampak beberapa warga berkumpul di mushala untuk shalat malam, bahkan tetangga yang belum terbangun dihampiri untuk ikut shalat tasbih berjamaah.

 

Artinya, bulan Ramadhan mampu mendesain semangat sosial masyarakat. Bahhkan ibadah yang di hari-hari biasa hanya dilakukan secara personal di rumah masing-masing seperti salat malam, di bulan Ramadhan menjadi ibadah komunal yang tentu menumbuhkan semangat sosial tinggi.

 

Walhasil. Ramadhan merupakan salah satu bukti bahwa Islam memiliki semangat menjaga persatuan yang sangat kuat. Banyak anjuran ibadah yang memiliki semangat sosial tinggi. Bahkan, ibadah yang biasanya lebih bersifat personal disulap menjadi momen pemersatu umat. Walllahu a’lam.

 

Muhamad Abror, penulis keislaman NU Online; alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek-Cirebon dan Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta


Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara NU Online dan UNDP