Mengapa KH Wahab Chasbullah Layak Pahlawan Nasional (2)
NU Online · Kamis, 15 Mei 2014 | 00:01 WIB
Oleh Ahmad Baso
Setelah Resolusi Jihad dicetuskan, Kiai Wahab Chasbullah kemudian bergerak di lapangan. Itu ditunjukkan dari peran beliau sebagai komandan Barisan Kiai. Barisan Kiai tidak popular di kalangan kaum pergerakan merebut kemerdekaan. Tidak seperti Laskar Hisbullah pimpinan KH Zainul Arifin yang bermarkas di Malang atau Laskar Sabilillah di bawah komando KH Masykur. <>
Peran sentral laskar kiai khos ini dikutip dari KH Saifuddin Zuhri di atas, sudah muncul sejak masa pendudukan Jepang. Pasca Resolusi Jihad, misinya kemudian lebih mengental untuk tujuan-tujuan khusus perjuangan mempertahankan kemerdekaan bangsa kita.
Apa itu Barisan Kiai dan Apa Peran Kiai Wahab?
Dalam buku-buku sejarah resmi, apalagi yang diajarkan kepada anak-anak sekolah, nama Barisan Kiai tidak muncul. Sebutan ini dimunculkan eprt kali oleh seorang santri Kiai Wahab, yang juga aktif dalam pergerakan nasional, KH Saifuddin Zuhri. Dalam buku yang terbit setahun setelah Kiai Wahab wafat, KH Saifuddin Zuhri menulis “Di samping ada ‘Tentara Pembela Tanah-Air’, juga tersusun Laskar HIZBULLAH di bawah pimpinan Almarhum Zainul Arifin, Laskar SABILILLAH di bawah pimpinan Kiai Haji Masjkur, dan BARISAN KIAI dipimpin sendiri oleh Kiai Wahab.”
Mengungkap peran Kiai Wahab sebagai komandan Barisan Kiai di era Revolusi Kemerdekaan tahun 1945-1949 memang amat susah. Karena Kiai Wahab sendiri menutupi keberadaan laskar kiai-kiai khos ini. Dan hanya orang-orang tertentu saja yang tahu.
Kalau peran Kiai Wahab ini bisa terungkap, sudah selayaknya beliau dapat penghargaan anugerah pahlawan nasional untuk tahun ini. Karena dengan barisan ini, perjuangan kemerdekaan di kalangan rakyat benar-benar menjadi dinamit yang mengekalkan semangat heroik dan daya juang rakyat kita di lapangan dalam berperang melawan penjajah.
Di antara sedikit orang yang tahu tentang Barisan Kiai itu, setidaknya dan tiga sumber yang bisa saya tunjukkan di sini:
Pertama, sumber yang ditulis oleh murid beliau sendiri, KH Saifuddin Zuhri. Pernah menjabat sebagai Menteri Agama di era Sukarno, KH Saifuddin Zuhri menulis tiga buku yang mengangkat kiprah Kiai Wahab selama Perang Kemerdekaan. Ketiga buku ini sudah sering saya kutip di atas.
Dalam buku ini Kiai wahab disebut sebagai komandan Barisan Kiai pusat.
Kedua, penuturan para informan pelaku sejarah yang pernah bergabung dalam Kesatuan Laskar Hizbullah Surakarta. Pengalaman mereka sudah dibukukan dengan judul Hizbullah Surakarta (UMS Karanganyar, 1992).
Dalam buku ini disebut struktur pimpinan Barisan Kiai dan naman-nama kiainya. Karena ini kasusnya Hizbullah Surakarta, maka yang disebut di sana adalah Barisan Kiai Jawa Tengah pimpinan Kiai Ma’ruf; dan Barisan Kiai Surakarta pimpinan Kiai Abdurrahman. Barisan Kiai Sragen dipimpin Kiai Haji Bolkin, KH Muslim, Kiai Ridwan, Kiai Sujak dan Kiai Djarkasi.
Disebut juga: “Semula Sabilillah merupakan laskarnya Barisan Kiai. Tetapi para kiai menyadari, akhirnya Sabilillah yang ditampilkan.”
Ketiga, penuturan seorang informan bernama Tamsiri Hadi Supriyanto, mantan komandan Hizbullah di wilayah Surakarta, yang kemudian ditulis oleh Tashadi dalam satu artikelnya berjudul “Hizbullah-Sabilillah Divisi Sunan Bonang dalam Revolusi Kemerdekaan: Lahir dan Pertumbuhannnya”.
Dari sumber terakhir ini, kita temukan satu karakter Barisan Kiai. Tidak mendapat gaji, tidak mendapat jabatan tertentu, keiktu sertaan mereka dalam perjuangan kemerdekaan didasarkan pada keikhlasan dan semangat mempertahankan negara dan agama.
“Penasehat Laskar Hizbullah-Sabilillah adalah para ulama atau kiai yang memiliki peran dalam pembinaan mental dan ideologi, tetapi kadang-kadang mereka juga ikut berjuang di medan perang. Gabungan para ulama atau kiai dalam laskar Hizbullah-Sabilillah diberi nama Barisan Kiai”.
Barisan Kiai tidak kalah gigihnya dengan ketiga lasykar di atas, dan langsung di bawah pimpinan Kiai Wahab Chasbullah sendiri. Keberadaan Barisan Kiai ini memang sangat dirahasiakan, karena anggotanya terdiri dari para kiai sepuh, yang memang tidak pernah muncul dipermukaan. Bahkan di antaranya sudah tua renta, yang berjalan dan melihatpun pun sudah tidak mamapu. Namun demikian, mereka tokoh yang disegani.
Kelahiran Barisan Kiai ini tidak diketahui persis, karena ia merupakan komitmen para kiai sejak lama dan ‘khas’. Tapi, Jepang mengetahui pergerakan mereka. Dan tak lama mereka menangkap serta memenjarakan tokoh-tokoh kunci, seperti Hadrotusy Syekh KH Hasyim Asy’ari, KH Machfudz Siddiq. Dan ternyata, para kiai yang ditangkapi tidak hanya di Jombang dan Surabaya, tapi juga di Wonosobo, Banyumas, Magelang. Sikap Jepang yang keras membuat Kiai Wahab Chasbullah, keliling Jawa, selama empat bulan, guna membela para koleganya yang dipenjara.
Disebutkan dalam buku ketiga di atas, Ketua Barisan Kiai Jawa Tengah KH Ma’ruf, Barisan Kiai Solo dipimpin KH Abdurrahman yang usianya sudah sangat uzur, Barisan Kiai Sragen dipimpin KH Bulkin. Para kiai itu menjadi pembimbing kapan musuh datang dan harus menyerang. Dan para kiai pula yang tergabung dalam Barisan Kiai yang memberi doktri bela negara-bela agama di kalangan para anggota laskar perjuangan. Dan itu semua berkat perjuangan al-maghfur-lah Kiai Wahab Chasbullah.
Ahmad Baso, Wakil Ketua Pengurus Pusat Lakpesdam NU, penulis Agama NU untuk NKRI, Pesantren Studies, NU Studies, dan banyak buku lainnya. Artikel ini disampaikan dalam Seminar Nasional “KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam Politik, Keagamaan dan Transformasi Sosial Masyarakat Indonesia: Usulan Bagi Pengangkatan Pahlawan Nasional”, yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Sosial Politik FISIP Universitas Nasional, Kamis, 24 April 2014, di Jakarta.
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
3
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
4
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
5
Niat Puasa Dzulhijjah, Raih Keutamaannya
6
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
Terkini
Lihat Semua