Opini

Menata Kaderisasi PMII di Jawa Tengah

NU Online  ·  Sabtu, 28 Juli 2018 | 01:30 WIB

Oleh Bahar Elfudllatsani

Aminuddin Ma’ruf, Ketua PB PMII 2014-2017, dalam sambutannya di perhelatan Konkorcab PMII Jawa Tengah bulan Desember 2016 mengatakan bahwa PMII Jawa Tengah merupakan contoh atau rool model kaderisasi PMII se-Indonesia. 

Ini menjadi kebanggaan tersendiri untuk kader-kader PMII se-Jawa Tengah. Di lain sisi juga seharusnya menjadikan adanya rasa tanggung jawab yang lebih bagi kader PMII se-Jawa Tengah. 

Bagaimana tidak, kader-kader PMII se-Jawa Tengah menjadi rool model, tidaklah mudah di PMII. Karena terdapat lebih dari 250 cabang dan 30an Pengurus Koordinator Cabang tingkat provinsi se-Indonesia. Ditambah lagi wacana pembentukan 3 Pengurus Cabang Internasional PMII yang di deklarasikan lewat media sosial PB PMII, ada Korea Selatan, Jerman, dan Inggris (lih. Instagram @pbpmii_official).

Salah satu landasan PMII yang sering diceletuk oleh kader-kader adalah sebuah mahfudzot yang terkenal, al muhafadhotu ala qadiimi al shalih wa al akhdzu bi al jadidi al ashlah. Menjaga tradisi lama yang baik serta terbuka dan adaptif terhadap pembaruan-pembaruan yang baik. 

Secara organisasi PMII sudah berusaha menerapkan hal tersebut. Langkah yang sangat terlihat adalah dengan dibentuknya tim media dari tingkat nasional hingga ke tingkat rayon (setingkat fakultas) untuk mengurus media sosial mainstream seperti Instagram dan Twitter. Semangatnya, tentu pada wa al akhdzu bi al jadiidi al ashlah.

Hal adaptif tersebut motifnya belakangan diketahui, memang kampanye menggunakan media sosial sangatlah efektif untuk menyebarkan nilai yang dipercaya dan diyakini oleh PMII. Dan ini sudah dilakukan terlebih dahulu oleh kelompok-kelompok lain. Yang tentunya telah membaca pasar Indonesia mengenai penggunaan media sosial. Tak heran, PMII haruslah berlari untuk mengejar ketertinggalan. Karena bisa jadi, ke depan akan ada hal yang baru lagi dan memang harus segera di adaptasikan ke salah satu ruang gerak organisasi dengan tanpa meninggalkan nilai.

Meramu Kaderisasi Terbarukan

PMII Jawa Tengah yang dikatakan menjadi role model dalam hal kaderisasi PMII se-Indonesia, menurut hemat saya perlu meramu kembali racikan kaderisasi. Melihat panjangnya rantai kaderisasi PMII, yaitu Mapaba, PKD, PKL, dan PKN. Tentunya PMII Jawa Tengah haruslah menakar dengan sangat terukur model-model kaderisasi yang diharapkan bisa menular ke seluruh Indonesia. 

Yang tentunya akan menjadi pertanyaan adalah apakah PMII itu organisasi kader atau organisasi massa? Melihat trend yang terjadi di beberapa cabang yang pernah penulis kunjungi, PMII berharap menjadi keduanya. Menjadi organisasi kader dan juga organisasi massa. Organisasi yang mampu mendidik karakter seseorang menjadi PMII dan memiliki kuantitas massa yang jelas.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana caranya menjadikan PMII sebagai organisasi kader dan massa sekaligus? Tentunya dengan semangat kebersamaan dan kekompakan struktural, yang kemudian dibreakdown dan juga koordinasi yang baik dari bawah ke atas. Apakah lantas ruwetnya kaderisasi kemudian akan selesai? Saya rasa tidak. Kaderisasi akan selalu dinamis. Dan seharusnya tidak tercemar oleh pergantian struktural yang seringnya memakan banyak waktu.

Obrolan penulis dengan sahabat Naeni Amanullah, Ketua Kaderisasi PB PMII 2008-2011, perlu diwacanakan terkait pembentukan struktur kaderisasi yang terlepas dari konflik yang mungkin dan sering terjadi di setiap struktur pusat ke bawah. Ini akan menjadikan kaderisasi tidak akan terganggu, yang kemudian mungkin akan memudahkan PMII dalam melaksanakan mata rantai kaderisasi formal.

Penambahan skill dalam kaderisasi

Dalam setiap jenjang kaderisasi formal yang ada di PMII, hemat saya perlu dicenderungkan melahirkan skill pasca kegiatan. Terlepas juga tambahan mengenai materi ke fakultatif yang juga menjadi kebutuhan kader. Ini mungkin akan menjadi tantangan tersendiri bagi calon peserta yang akan menjadi anggota dan kader PMII. Artinya pasca-Mapaba, PKD, PKL, dan PKN seharusnya kemudian bisa merepresentasikan apa yang menjadi tujuan PMII sesuai dengan yang tertera dalam AD Bab IV Pasal 4.

Tanggal 27-28 Juli 2018, tepatnya di Pekalongan, PKC PMII Jawa Tengah  melaksanakan Workshop Kaderisasi. Saya harapkan apa yang menjadi udar rasa saya di atas bisa menjadi salah satu dari sekian banyak ide mengenai bagaimana meramu kaderisasi PMII Jawa Tengah. 

Karena secara Insaf dan sadar, saya hanyalah salah satu dari sekian banyak kader PMII yang ada di Jawa Tengah yang merasa mempunyai tanggung jawab mengenai ramuan kaderisasi PMII. Semoga tetap menjaga tradisi dan adaptif terbarukan.


Penulis adalah Kader PMII Solo