Opini

Membangun Masa Depan: GP Ansor sebagai Pilar Keberlanjutan, Digitalisasi, dan Kesejahteraan Bangsa

Sen, 27 Mei 2024 | 18:00 WIB

Membangun Masa Depan: GP Ansor sebagai Pilar Keberlanjutan, Digitalisasi, dan Kesejahteraan Bangsa

Logo Gerakan Pemuda Ansor. (Foto: NU Online)

Pada Senin sore, 27 Mei, di Istora Senayan, sebuah momen bersejarah berlangsung: Inaugurasi Menuju Ansor Masa Depan. Acara ini dihadiri oleh Presiden Joko Widodo para menterinya. Dalam acara tersebut, saya dan sahabat-sahabat dilantik untuk mengemban tugas baru yang tidak hanya melibatkan tanggung jawab jabatan, tetapi juga visi besar yang sejalan dengan impian Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Sebagai bagian dari Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor), kami berkomitmen untuk berperan aktif dan menjadi pilar penting dalam membangun masa depan yang cerah.


Sebagai pilar strategis Nahdlatul Ulama (NU) dalam posisi tawar politik, GP Ansor muncul sebagai garda terdepan yang memikul tanggung jawab besar dalam memperjuangkan kepentingan umat dan bangsa. Budaya show of force yang telah menjadi bagian integral dari dinamika politik nasional menuntut adanya kekuatan nyata sebagai landasan utama. Dalam konteks ini, GP Ansor hadir sebagai manifestasi kekuatan moral yang berakar dari nilai-nilai Islam yang moderat dan inklusif.


Sementara itu, keberadaan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) sebagai mujtahid NU, memainkan peran penting dalam merumuskan ide-ide yang responsif terhadap dinamika zaman. ISNU berfungsi sebagai hardware yang mampu mengadaptasi nilai-nilai keagamaan dan kultural NU ke dalam berbagai aspek kehidupan, membentuk fondasi yang kokoh bagi kemajuan dan kedamaian dalam masyarakat.


GP Ansor dan ISNU bersama-sama menjadi simbol kesatuan dalam perjuangan keumatan yang komprehensif. GP Ansor sebagai mujahid NU, bertindak sebagai hardware yang mengimplementasikan nilai-nilai keagamaan dalam aksi nyata, sementara ISNU, sebagai mujtahid, menjadi software yang menerjemahkan nilai-nilai tersebut ke dalam pemikiran yang relevan dengan tuntutan zaman.


Dalam harmoni antara keduanya, NU menemukan kekuatannya sebagai kekuatan perjuangan yang inklusif, modern, dan adaptif terhadap perubahan. GP Ansor dan ISNU menjadi dua pilar yang saling melengkapi, membawa NU menuju masa depan yang lebih cerah dan berdaya saing. Dalam konteks GP Ansor, hardware memberikan fondasi yang kuat dan nyata, sedangkan software menyediakan wawasan dan pemikiran yang relevan dan adaptif untuk mengarahkan aksi dan keputusan yang diambil oleh GP Ansor.


Energi Terbarukan: Pilar Masa Depan Berkelanjutan

Energi terbarukan telah menjadi fokus utama dalam upaya global untuk mencapai keberlanjutan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin nyata, transisi ke energi terbarukan menjadi sangat krusial. Penggunaan sumber energi seperti matahari, angin, dan air mampu mengurangi emisi karbon secara signifikan, membantu negara-negara mencapai target penurunan emisi global yang telah disepakati dalam perjanjian internasional seperti Perjanjian Paris.


Selain itu, ketergantungan pada energi fosil sering kali membuat negara rentan terhadap fluktuasi harga minyak global dan konflik geopolitik. Sebaliknya, energi terbarukan menawarkan keamanan energi yang lebih stabil karena sumbernya yang melimpah dan tersebar di berbagai wilayah, mengurangi risiko yang terkait dengan ketergantungan pada impor bahan bakar fosil.


Tidak hanya itu, industri energi terbarukan membuka peluang besar untuk penciptaan lapangan kerja baru. Dari pembangunan hingga pemeliharaan infrastruktur energi terbarukan, sektor ini menawarkan berbagai peluang bagi tenaga kerja lokal, membantu mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Investasi dalam energi terbarukan juga mendorong inovasi teknologi.


Perkembangan dalam penyimpanan energi, efisiensi panel surya, dan turbin angin menunjukkan bagaimana teknologi dapat berkembang pesat dengan dukungan yang tepat. Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di dalam negeri, negara dapat mencapai kemandirian energi, mengurangi ketergantungan pada impor, dan memperkuat ketahanan ekonomi secara keseluruhan.


Dalam sebuah konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang diusung oleh Brundtland Commission dalam laporan Our Common Future (1987), ia  menekankan pentingnya keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Prinsip ini sejalan dengan transisi ke energi terbarukan yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan sekaligus menciptakan peluang ekonomi baru dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.


Keberlanjutan dalam teori barat menekankan bahwa pembangunan harus memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dalam konteks ini, energi terbarukan menjadi komponen kunci dalam memastikan keberlanjutan tersebut.


Sedangkan dari perspektif teori Fiqih Islam, konsep keberlanjutan dapat dikaitkan dengan prinsip maslahah (kemaslahatan umum) dan amanah (tanggung jawab), sebagaimana dikemukakan oleh al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah. Maslahah menekankan pentingnya tindakan yang membawa kebaikan dan manfaat bagi umat manusia secara keseluruhan. Dalam konteks ini, penggunaan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dapat dianggap sebagai bentuk pemenuhan maslahah karena mengurangi kerusakan alam dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


Amanah, sebagai prinsip tanggung jawab, menekankan kewajiban manusia untuk menjaga dan memelihara bumi sebagai ciptaan Allah. Dalam hal ini, transisi ke energi terbarukan dapat dilihat sebagai tanggung jawab moral dan spiritual untuk menjaga lingkungan dan memastikan kesejahteraan generasi mendatang.


Dengan menggabungkan prinsip pembangunan berkelanjutan dari Brundtland Commission dan nilai-nilai maslahah dan amanah dari ajaran Islam, Indonesia dapat membangun fondasi yang kuat untuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Kepemimpinan yang visioner dan kebijakan yang progresif akan memainkan peran kunci dalam memastikan bahwa Indonesia dapat memanfaatkan potensi penuh dari energi terbarukan, menciptakan lapangan kerja, dan melindungi lingkungan bagi generasi yang akan datang.


Transisi Ekonomi Digital: Memacu Inovasi dan Pertumbuhan

Transisi menuju ekonomi digital merupakan salah satu isu paling mendesak di era globalisasi. Teknologi digital memungkinkan otomatisasi dan optimasi proses bisnis, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Hal ini membantu perusahaan untuk beroperasi lebih cepat dan dengan biaya yang lebih rendah, yang sangat penting dalam meningkatkan daya saing di pasar global. Otomatisasi tidak hanya mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas rutin, tetapi juga memungkinkan karyawan untuk fokus pada tugas-tugas yang lebih strategis dan bernilai tambah, sehingga meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.


Ekonomi digital juga membuka akses ke pasar global bagi bisnis kecil dan menengah. Dengan memanfaatkan e-commerce dan platform digital, produk lokal dapat dijual ke seluruh dunia tanpa hambatan geografis. Hal ini memberikan peluang besar bagi pengusaha lokal untuk memperluas jangkauan mereka dan meningkatkan penjualan.


Selain itu, digitalisasi layanan keuangan memungkinkan akses yang lebih luas ke layanan perbankan dan keuangan. Fintech memfasilitasi inklusi keuangan dengan memberikan akses kepada mereka yang sebelumnya tidak terjangkau oleh sistem perbankan konvensional, seperti masyarakat pedesaan dan sektor informal. Dengan cara ini, ekonomi digital membantu mengurangi kesenjangan ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif.


Selain itu, pemerintah dapat menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi layanan publik. Implementasi e-government dan layanan digital lainnya mempermudah warga negara dalam mengakses informasi dan layanan yang disediakan oleh pemerintah. Misalnya, pembayaran pajak, pengurusan dokumen, dan layanan kesehatan dapat diakses secara online, yang mengurangi birokrasi dan mempercepat proses administrasi. Teknologi digital juga memungkinkan pemerintah untuk lebih transparan dalam pengelolaan dana publik, yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.


Lingkungan digital mendorong inovasi dan kreativitas. Industri seperti startup teknologi berkembang pesat, membawa ide-ide baru yang dapat mengubah cara kita hidup dan bekerja. Inovasi dalam teknologi digital tidak hanya menciptakan produk dan layanan baru, tetapi juga membuka peluang bagi model bisnis baru yang lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan pasar. Dengan demikian, ekosistem digital yang dinamis mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.


Dalam konteks Indonesia terkini, dengan kepemimpinan baru di bawah Presiden Terpilih nanti, transisi ke ekonomi digital memiliki relevansi yang semakin kuat. Pemerintah baru memiliki kesempatan untuk memperkuat kebijakan dan infrastruktur digital yang mendukung pertumbuhan ekonomi digital. Presiden Joko Widodo telah menunjukkan komitmennya terhadap digitalisasi dengan berbagai inisiatif, sementara Prabowo Subianto dapat membawa perspektif baru dalam mempercepat adopsi teknologi digital di berbagai sektor.


Padat Karya: Solusi Mengatasi Pengangguran

Padat karya adalah sebuah program atau kebijakan yang dirancang untuk menciptakan banyak lapangan kerja melalui proyek-proyek yang memerlukan banyak tenaga kerja. Program padat karya menjadi salah satu solusi efektif untuk mengatasi masalah pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Padat karya menciptakan banyak lapangan kerja, terutama bagi pekerja tanpa keterampilan khusus. Ini sangat penting dalam mengurangi tingkat pengangguran, terutama di daerah yang terkena dampak ekonomi. Dengan memberikan pekerjaan yang layak, program ini tidak hanya mengurangi jumlah pengangguran, tetapi juga memberikan penghasilan yang stabil bagi masyarakat yang paling membutuhkan.


Program padat karya sering kali difokuskan pada pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya. Pembangunan ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan menyediakan infrastruktur yang lebih baik dan lebih aman. Jalan yang baik, misalnya, dapat meningkatkan akses ke pendidikan dan layanan kesehatan, sementara jembatan yang kokoh memastikan mobilitas dan konektivitas antarwilayah, yang pada gilirannya mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.


Dengan memberikan pekerjaan kepada masyarakat miskin, program padat karya juga membantu mengentaskan kemiskinan. Pendapatan yang diperoleh dari program ini dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup keluarga, memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan pendidikan. Selain itu, program ini seringkali melibatkan komunitas lokal dalam pelaksanaannya, memberdayakan mereka untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan daerahnya sendiri. Ini meningkatkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap proyek yang dijalankan, yang pada akhirnya memperkuat ikatan sosial dan komunitas.


Dengan mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan, program padat karya berkontribusi pada stabilitas sosial. Masyarakat yang memiliki pekerjaan cenderung lebih stabil dan kurang rentan terhadap konflik sosial. Stabilitas ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. Ketika masyarakat merasa aman dan sejahtera, mereka lebih mungkin berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi dan sosial yang produktif, yang pada akhirnya menguntungkan seluruh negara.


Dengan demikian, melalui integrasi teori-teori tersebut, Indonesia dapat memanfaatkan potensi penuh dari program padat karya untuk menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, dan memastikan stabilitas sosial, yang semuanya merupakan fondasi penting untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Energi terbarukan, transisi ekonomi digital, dan program padat karya adalah tiga isu strategis yang dapat mendorong Indonesia menuju masa depan yang berkelanjutan dan inklusif.


Energi terbarukan membantu mengurangi emisi karbon dan meningkatkan kemandirian energi, sementara transisi ekonomi digital meningkatkan produktivitas dan inklusi keuangan. Program padat karya menciptakan lapangan kerja dan memberdayakan komunitas lokal. GP Ansor, dengan kepemimpinan baru, akan berperan aktif dalam mengawal dan mendukung kebijakan-kebijakan ini, dan siap memastikan bahwa setiap langkah yang diambil sejalan dengan nilai-nilai keadilan sosial dan keberlanjutan, sehingga Indonesia dapat mencapai pembangunan yang lebih merata dan berdaya saing tinggi. Tabik.


Muhammad Fauzinuddin Faiz, Pengurus Pimpinan Pusat GP Ansor Bidang Hubungan dan Jaringan Internasional