Opini

Mantan Pembantu Rumah Tangga Naik Haji

NU Online  ·  Sabtu, 18 Agustus 2018 | 21:30 WIB

Mantan Pembantu Rumah Tangga Naik Haji

Bu Darkem (kiri) bersama anak dan cucunya

Darkem binti Warsidi 67 tahun, inilah sosok yang membuat haru. Rumahnya yang mungil, seperti orangnya, terletak di Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Hidup dalam keterbatasan tak menghalanginya untuk menunaikan rukun Islam kelima.

Ia mendaftar haji tahun 2012 di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas. Lalu ia mengikuti bimbingan haji di KBIH Al Wardah milik Muslimat NU Cabang Kabupaten Banyumas. Manasik dan pelatihan diikutinya dengan seksama dan tanpa keluh kesah.

Bukan kekayaannya yang membuat kagum bagi tetangganya, karena ia hidup dalam kesederhanaan. Ia sama sekali tidak memiliki mobil atau sawah yang luas, rumah mewah apalagi bertingkat. Semua itu tidak dalam bayangan dan impiannya. Rumahnya jauh dari kata mewah aapalagi luas. 

Menjadi pertanyaan besar, kenapa Ibu Darkem mampu mendaftarkan dirinya berhaji? Apakah ia menjual tanah atau memperoleh harta warisan? Apakah ia berhutang untuk mendapat predikat haji?

Semua pertanyaan tersebut dijawab "Tidak." Ia bukanlah tuan tanah, bukan pemilik perusahaan, bukan karena harta warisan, dan bukan karena berhutang. Ini semua berkah kejujuran yang selalu ditanamkan dalam dirinya. 

Hajinya diperoleh karena sifat qanaah dalam dirinya. Semua berawal dari aktivitasnya sebagai asisten rumah tangga pada keluarga Elly Risman Musa, seorang Psikolog Universitas Indonesia di Jakarta. Selama sepuluh tahun ia menjadi asisten rumah tangga pada keluarga tersebut. Faktor usia yang menjadi pertimbangan dirinya dan keluarga di rumah sehingga pada tahun 2010 untuk memutuskan pulang ke kampungnya.

Ketekunan dan nerima ing pandum (qana’ah ) yang menjadikan Bu Darkem dianggap sebagai keluarga besar dari Bu Elly Risman Musa dan pada tahun 2012  memberikan hadiah kepadanya agar mendaftar haji. Tetapi sifat tawadhu atau rendah hati tetap tertanam.

"Kula pembantu, nggih tetep pembantu, Bu!” (Saya pembantu ya tetap pembantu, Bu)," kata Bu Darkem.

Ketawadhuan inilah yang sangat menyentuh bagi orang yang mendengar dan melihatnya, dan membuat orang tertarik pada pribadinya. Selama pengabdiannya kepada Keluarga Elly Risman dijalaninya dengan ikhlas. Ia juga  mencontoh kebiasaan keluarga Elly. Disuruh kemana pun Bu Darkem tidak menolak atau mengelak. Gaji yang diterima disyukuri tanpa berkeluh kesah. 

Saat kembali ke desanya, ia memulai kehidupannya dengan bergaul bersama masyarakat sekitar. Tidak sulit baginya untuk beradaptasi kembali dengan teman, tetangga, dan keluarganya. Orangnya yang sopan dan rendah hati. Semua cobaan seperti cibiran dan hinaan diterima dengan legawa. 

Selama menunggu panggilan haji, ia pun tekun dalam mengikuti kegiatan Majelis Taklim Muslimat NU Ranting Kotayasa, tanpa mengenal lelah. Jamaah shalat lima waktu di Masjid Al Falah selalu diikutinya. Kegiatan istighotsah atau mujahadah tak ketinggalan. Ia tidak terlalu sibuk dengan persiapan duniawi tetapi persiapan fisik, hati dan keimanan yang selalu dipentingkan.

Berbagai kisah yang mengharukan juga menyertai keberangkatannya. Misalnya saat persiapan cek kesehatan ia bolak-balik rujukan ke rumah sakit, Puskesmas, dan Balai Kesehatan. Padahal  ia tidak memiliki kendaraan. Ia pun memanfaatkan ojek online. Tetapi setelah cek kesehatan selesai, tukang ojek online-nya tidak mau dibayar. 

Setelah berbagai doa dan persiapan dilakukan, pada hari Senin, tanggal 13 Agustus 2018 ia mengikuti prosesi pemberangkatan di Pendopo Kabupaten Banyumas. Keesokan harinya, tanggal 14 Agustus 2018 ia terbang ke Solo untuk selanjutnya berangkat untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci Makah. Ia berangkat bersama Bu Rofingah, ketua PAC Muslimat NU Sumbang dan rombangan lainnya dalam Kloter 89 Embarkasi Solo.

Semoga ia dapat melaksanakan syarat, rukun haji, dan  menjadi haji mabrurah, Bu Darkem. 

Labaik allahuma Labaik, Labaik ka lasyarikalaka Labaik.

Risdianto, Ketua Ranting NU Kotayasa, Sumbang, Banyumas