Lika-liku Jalan dan Kuli-kuli Perjuangan
NU Online · Senin, 23 Mei 2016 | 17:05 WIB
Setiap orang atau kelompok orang (komunitas, masyarakat), sejauh yang dijumpai oleh Penulis dan kisah-kisah yang dapat dibaca, punya impian hidup dalam suatu masyarakat yang baik (al-madinah al-fadhilah, good society). Harapan ini ada dalam diri manusia dari beragam warna kulit dan golongan, entah ia disampaikan secara eksplisit, verbal, langsung maupun yang dinyatakan secara implisit, nonverbal, tak langsung.
Pertama-tama, Penulis mendapati manusia macam itu adalah makhluk yang bertubuh, berwujud fisik; berdarah, berdaging, berhasrat. Sekaligus, tidak bisa tidak, mereka juga punya eksistensi mental (akal budi dan perasaan) dan spiritual. Terlepas dari perbedaan pandangan atau gambaran tentang apa itu masyarakat yang baik dan perbedaan cara untuk meraihnya, kenyataan itu patut menjadi landasan awal, bagi Penulis sendiri khususnya, untuk meyakini bahwa manusia pada dasarnya mencintai kebaikan dan berharap kebaikan itu akan tiba.
Dalam bahasa para ilmuwan, cinta akan kebaikan itu biasanya dinyatakan dengan kalimat “to create a better world”. Di dalamnya mengandung pengertian bahwa ada suatu dunia di masa depan yang lebih baik (setidaknya sudah hadir dalam imajinasi dan terumuskan sedikitnya dalam pikiran mereka) ketimbang dunia kehidupan sementara yang digulati pada masa hidupnya. Dunia kehidupan ini berubah sepanjang ruang-waktu dan dapat diubah, yang sekaligus keberadaannya dipersepsi secara berbeda-beda oleh para observer, filosof, dan ilmuwan.
Mereka yang terakhir ini saling berdebat satu sama lain. Sebagian mereka ambil jeda atau mati, tanpa sempat melanjutkan perdebatan. Pikiran baru dari orang-orang baru lalu muncul, mengambil bagian-bagian tertentu saja dari pikiran pendahulunya, lalu terlibat dalam debat lagi. Mereka saling mengoreksi hasil bacaan mereka yang berbeda-beda di antara satu sama lain terhadap realitas dan rumusan mereka tentang persoalan-persoalan. Generasi berikutnya melanjutkan sisa-sisa perdebatan atau keseluruhannya atas perbedaan-perbedaan itu baik berdasarkan konteks persoalan dari para pendahulunya maupun konteks lain yang relatif baru. Lalu entah bagaimana perenungan terus-menerus atas kenyataan yang riil, tidak ideal, pada suatu masa ruang dan waktu itu, demi mengikhtiarkan dunia yang lebih baik, lalu pelan-pelan membentuk aliran-aliran pemikiran dan “positioning” diri dalam aliran tertentu di mana segala hal dilihat dari sudut posisi aliran itu.
Setiap posisi dalam aliran pemikiran menggelar perdebatan mental dengan posisi yang lain. Acap kali mereka saling menegasikan, seolah-olah tidak ada kebenaran sedikit pun di dalam posisi pemikiran yang ternegasikan (menurut penegasi). Ada di antara aliran-aliran pemikiran itu diikuti secara ideologis (beserta hak milik kosa-katanya sendiri), sambil menyediakan kerangka kerja abstrak yang bersifat preskriptif (mendikte) yang keberadaannya dibayangkan melampaui kenyataan dalam ruang dan waktu. Proposisi-proposisi disusun lalu membentuk konsep-konsep dan teori-teori yang, dinilai oleh kritikus belakangan ini, kadang seolah punya dunianya sendiri.
Sementara itu, ada orang-orang yang sebagian dari lingkungan akademik dan sebagian lain di luar lingkungan akademik ambil jalan berbeda. Misalnya, sambil dibimbing oleh prinsip sederhana bahwa mereka “memelihara unsur-unsur kebenaran dari tradisi lama yang baik”, sambil bersikap rendah hati “mengambil hal-hal baru yang lebih baik” yang telah disediakan semesta kehidupan, mereka ini secara percaya diri terus melanjutkan apa yang terbaik dari mereka punya dan cita-cita yang mereka genggam bersama-sama kehendak baik para ilmuwan dan golongan intelektual lain “to create a better world”. Jalan mereka berbeda tapi cita-cita mereka sama. Para ilmuwan akademik saling berdebat via jurnal-jurnal nasional dan internasional tanpa kesimpulan tunggal, begitu pula kalangan mereka dalam jurnal-jurnal keseharian.
Orang-orang atau komunitas yang terakhir ini percaya bahwa Yang Ilahi itu ada dan riil dalam pengalaman mereka serta meyakini kebenaran-kebenaran abadi yang diwariskan. Begitu pula mereka menyadari bahwa dunia material yang sementara ini bersifat riil, tidak ideal dan brutal. Pandangan dunia dan kosmologi hidup mereka secara manusiawi diekspresikan secara terang-terangan dalam kehidupan sehari-hari tanpa merasa perlu menyembunyikannya dari rumusan “teori-teori” yang lahir dari tubuh mereka sendiri. Dan karena itu mereka mungkin saja punya pandangan sendiri tentang “kemajuan” dan “masyarakat yang baik”, serta punya cara yang khas, tanpa menutup diri, untuk dapat meraihnya.
Dalam kehidupan sehari-hari perjuangan komunitas ini mungkin lebih kompleks. Tapi juga bisa berpotensi lebih bertanggung jawab dan realistis. Menghadapi dunia yang brutal, korup dan eksploitatif yang bersifat sosio-historikal yang kait mengkait dengan kepentingan yang merentang luas dan menghadapi kenyamanan-kenyamanan yang telah dinikmati dari relasi patronase elit-elit terdidik dengan elit nasional dan trans-nasional tertentu dari bagian elit bangsanya, mereka berjuang menciptakan tatanan sosial dan politik yang memadai, sambil menundukkan diri lewat pengekangan internal, dan secara bersamaan keniscayaan menjalankan perjuangan mental dan fisik bila mendesak diperlukan.
Perjuangan itu bersifat internal sekaligus eksternal. Mereka bergulat baik secara individual maupun kolektif dalam pertarungan antara yang baik (nafsul muthmainnah) dan yang buruk (nafsul lawwamah/madzmumah/amarah, yang sewaktu-waktu dapat memakan dirinya) di dalam diri pribadi lewat pengekangan diri. Sambil pada saat yang sama mereka juga melakukan perjuangan eksternal melawan kezaliman dari aneka kekuatan sosial di dunia sementara yang brutal.
Perjuangan ini bersifat abadi, timbul dan tenggelam di dunia material dan sosial yang kadang disadari dan kadang terlupakan, dalam bagian perjalanan mereka menuju Yang Maha Abadi. [bersambung].
*) MH Nurul Huda, pengajar di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Indonesia.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Inilah Obat bagi Jiwa yang Hampa dan Kering
2
Khutbah Jumat: Bahaya Tamak dan Keutamaan Mensyukuri Nikmat
3
Kontroversi MAN 1 Tegal: Keluarkan Siswi Juara Renang dari Sekolah
4
Kader PMII Dipiting saat Kunjungan Gibran di Blitar, Beda Sikap ketika Masih Jadi Wali Kota
5
Kronologi Siswi MAN 1 Tegal Dikeluarkan Pihak Sekolah
6
Pihak MAN 1 Tegal Bantah Keluarkan Siswi Berprestasi Gara-gara Baju Renang
Terkini
Lihat Semua