Oleh Aris Adi Leksono
Joni mendadak dikenal publik, karena aksi nekadnya yang jarang ditemui pada anak seusianya atau bahkan kebanyakan orang. Aksi memanjat tiang Bendera dengan harapan sang saka merah putih tetap bisa berkibar. Adalah tindakan spontanitas yang lahir karena keterpanggilan batin untuk melakukan hal yang berguna bagi bangsa dan negara. Di tengah asumsi umum tentang krisis karakter bagi sebagian generasi bangsa ini, setidaknya aksi Joni menjawab bahwa siapa aja, di mana saja, kondisi seperti apa saja, ia dapat memberikan manfaat kepada lingkungan, asalkan memiliki pondasi karakter atau jati diri kuat yang sesuai dengan nilai dan norma dalam lingkungan ia berkembang.
Seperti diketahui, Yohanis atau akrab disapa Joni merupakan siswa SMP yang nekat memanjat tiang bendera setinggi 23 meter. Saat itu, tengah berlangsung upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI di sebuah lapangan di Kabupaten Belu. Tali yang sedianya mengibarkan Sang Saka Merah Putih putus, sehingga kegiatan upacara terhenti sejenak. Namun Joni dengan spontan memanjat tiang bendera tersebut tanpa alas kaki hingga ke ujung dan membenarkan tali yang terputus itu. Aksi Yohanis ini divideokan oleh beberapa orang di sekitar.
Di tengah maraknya gerakan penguatan karakter bangsa, melalui berbagai aspek kehidupan, khususnya bidang pendidikan, aksi Joni patut dianalisis secara mendalam. Bagaimana karakter itu terbentuk? Faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya karakter Joni sehingga ke depan akan lahir Joni lainnya di bumi pertiwi Indonesia?
Secara empiris aksi Joni telah mendapatkan pengakuan masyarakat, bahwa ia adalah anak belia yang memiliki karakter kebangsaan yang kuat. Hal itu dibuktikan dengan berbagai pujian dan penghargaan yang ia raih, baik dari pemerintah maupun pihak swasta. Belum genap sehari, Joni sudah mendapatkan undangan Menteri Pemuda dan Olahraga untuk menghadiri pembukaan Asian Games 2018, hadiah baju baru dari Kapolres setempat, beasiswa dari BUMN, undangan khusus bertemu Presiden RI, uang tunai, paket internet unlimited gratis, dan masih banyak lagi lainnya.
Hasil analisis media menunjukkan bahwa aksi Joni bermula dari bermula dari ucapan Bupati Belu siapa yang bisa panjat tiang bendera untuk memperbaiki tali yang macet. Sontak Joni yang sedang sakit langsung melepaskan sepatu, dan memanjat hingga akhirnya berhasil. Lebih lanjut keterangan dari orang tua Joni, bahwa ia memang pandai memanjat pohon asem, pinang, dan lainnya karena sering membantu orang tua.
Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya lingkungan dan keluarga dalam membentuk karakter anak bangsa. Respon taktis yang ditunjukkan atas ucapan bupati tentu dampak dari kristakisasi nilai dalam latihan dan pembiasaan yang diberikan orang tuanya dalam aktivitas sehari-hari.
Bukankah Rasulullah Muhammad SAW sudah menegaskan dalam sebuah hadis betapa pentingnya orang tua dalam membentuk karakter keluarganya. Hadits Shohih Bukhari No. 1296
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ
Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza'bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?.
Berangkat dari isi kandungan hadis tersebut, aksi Joni dipastikan tidak lepas dari pengaruh keluarga. Joni yang lahir dari keluarga yang berlatar belakang ayah seorang pejuang yang memilih untuk gabung ke NKRI dari pada ke Timor Leste. Seorang Ibu yang bekerja keras untuk memberikan kehidupan kepada keluarga dengan selalu melibatkan dan memberikan pelajaran kehidupan kepada anaknya. Akulturasi itulah kemudian menjelma menjadi kuatnya karakter Joni, salah satunya terukur dengan semangat kebangsaan, semangat untuk memperjuangkan bendera merah putih harus terus berkibar dalam situasi dan kondisi apapun.
Karakter kebangsaan yang ditunjukkan oleh Joni adalah bagian pengejawantahan dari nilai-nilai karakter yang mengkristal dalam jati diri Joni. Jati diri itu terbentuk melalui proses tempahan keluarga dan lingkungan yang luar biasa. Ini semakin membuktikan bahwa perlunya kerjasama berkesinambungan dan dinamis antara stekholder pendidikan formal, informal, dan non formal, terutama dalam mewujudkan agenda penguatan karakter bangsa.
Dari kejadian ini, paling tidak dapat dijadikan referensi untuk mensukseskan agenda penguatan karakter kebangsaan yang selama ini banyak bertumpu pada ruang formal, khususnya jalur pendidikan formal. Hal itu dibuktikan dengan perkembangan kurikulum pendidikan yang mengarah pada penanaman nilai karakter pada setiap aktivitas pembelajaran. Bahwa ada jalur informal dan non formal yang patut diperhatikan. Terutama bagi pemerintah republik ini, menjadi sangat penting untuk lebih memperhatikan pendidikan keluarga dan lingkungan keluarga, sehingga berbanding lurus dengan agenda jalur pendidikan formal. Sinergi tersebut akan mempercepat agenda nasional dalam penguatan karakter kebangsaan.
Penulis adalah Ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama.