In Memoriam KH Masykuri Chudlori, “Sosok Pengurus Pelayan”
NU Online · Senin, 15 September 2003 | 21:01 WIB
Oleh A Mustofa Bisri
Pada tanggal 4 September 2003 siang, saya datang ke kantor NU Wilayah Jateng yang sedang direhab. Selain beberapa pengurus muda, saya melihat tokoh lama yang tak asing bagi saya. Sudah lama saya tidak berjumpa dengannya, tapi saya sama sekali tidak pangling.
Biasanya penampilannya memang necis, tapi di kantor siang itu laiknya di rumah sendiri, pria berbadan tegap ini hanya mengenakan sarung sekenanya dan T shirt. Sapaannya masih ramah dan hangat seperti biasanya.
''Saya nunggui bangunan ini, Gus," katanya kepada Saya dengan nada bangga sambil menunjuk bangunan induk kantor yang sedang direhab.
<>Dia kemudian menceritakan kapan pembangunan mulai dan perkembangannya dari minggu ke minggu. Masih seperti dahulu, anggota pengurus paling senior ini seperti tidak mau diam.
Sebentar ia ikut duduk-duduk berbincang-bincang dengan kawan-kawan pengurus yang lain; sebentar mengawasi anak-anak muda yang sedang bekerja; tak lama kemudian sudah berada di tengah-tengah pekerja bangunan laiknya mandor.
Juga seperti biasa, melihat saya mingkis-mingkis celana, langsung dia berkata, ''Mau ke kulah (kolam), Gus? Ini jalan terus lalu ke kiri.'' Lalu, ''Mau shalat, Gus?'' dan dengan cepat dia ambil sajadah, dia gelar sambil menjelaskan, ''Ini kiblatnya, sudah diteliti oleh ahli falak kita.''
Orang ini tak pernah berubah rupanya, pikir saya, dari dahulu semangatnya melayani siapa saja dengan ikhlas tak pernah luntur. Ketika menjadi anggota DPRD I, ketika menjadi wakil sekretaris, ketika menjadi salah satu ketua, ketika belum haji, bahkan setelah dijuluki kiai haji, bahkan setelah dibapakkan orang, khususnya di kalangan NU dan daerahnya Boyolali, sikap ramah dan suka melayani orang ini tetap saja, seolah-olah itu memang merupakan panggilan hidupnya.
Itulah KH Masykuri Chudlori atau yang akrab dipanggil Pak Masykuri. Dia bukan pemimpin yang terkenal. Bukan publik figur yang sering diberitakan media massa. Tidak termasuk ulama khos. Namun bagi mereka yang mengenalnya, termasuk saya, dia adalah tokoh istimewa.
Wakafkan Hidup Dia seperti sengaja mewakafkan hidupnya untuk jam'iyah yang dicintainya, Nahdlatul Ulama. Pilihannya, untuk berkiprah di jam'iyah Nahdlatul Ulama, saya kira tidak lepas dari semangat pelayanannya itu.
Seperti kita ketahui, salah satu misi utama dari NU adalah berkhidmah dan melayani umat. Karena itu di dalam NU, Pak Masykuri seperti mendapat lahan yang pas. Saya mulai mengenalnya sebagai wakil sekretaris wilayah, setahu saya dia tidak pernah satu periode pun absen dari kepengurusan NU. Dia pun tampaknya tidak peduli jadi apa saja, diberi tugas apa saja, dia jalani dengan ikhlas penuh dedikasi. Bahkan berdasarkan pengakuannya, sisa hidupnya akan dihabiskan bagi khidmah, melayani umat melalui NU.
Dan seperti diceritakan rekannya, Ketua Tanfidziyah NU Wilayah Jateng Drs Adnan, rupanya Allah mendengar ikrarnya itu dan dia dipanggil ke hadirat-Nya; tidak saja masih sebagai pengurus NU, tapi di kantor NU dan sedang menunggui pembangunan kantor itu.
Sayyidul qaumi khaadimuhum, pemimpin masyarakat (yang sebenarnya) adalah yang menjadi pelayan mereka. Almarhum Pak Masykuri rupanya tahu belaka dhawuh ini dan dia praktikkan sampai akhir hayatnya. Dia tidak terpengaruh oleh banyaknya para pemimpin yang justru bersikap sayyidul qaumi raissuhum, pemimpin masyarakat adalah bos mereka.
Mungkin itulah sebabnya, keikhlasan dan semangat melayani orang itulah yang menyebabkan Allah mengistimewakan ''cara memanggilnya''. Dia dipanggil ke rahmatullah di bulan mulia, Rajab; di hari paling baik, Jumat (5/9); dalam saat yang baik, sehabis shalat Jum’at; dan nyaris tanpa sakaratul maut. Tanpa sakit. Berbahagialah sampean, Pak Masykuri. Selamat jalan.(13j)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua