Opini

Idul Fitri Untuk Mensucikan Hati

NU Online  ·  Kamis, 4 Desember 2003 | 05:22 WIB

Oleh : Asad Idjau Hari

Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya : "Wahai para sahabat!. Perhatikan, bahwa besuk pagi yang berangkat berjamaah shubuh lewat jalan ini adalah ahli sorga.

<>

Tentu saja para sahabat sangat antusias sekali untuk menunggu-nunggu siapa gerangan orang yang mulya yang diramalkan oleh Nabi sebagai ahli sorga. Di benak mereka terbayang bahwa tentu yang diramal oleh Rasulullah itu orangnya hebat, gagah, dan ganteng dan dari antara para sahabat yang dekat dengan beliau Rasulullah SAW sendiri Eh... tidak dinyana-nyana, ternyata yang datang pagi itu adalah orang baduwi yang bertempat tinggal dipinggir kota Madinah. Orangnya berjalan lewat jalan tersebut dengan bekas air wudlu yang masih menetes dari jenggotnya sambil menjinjing sandalnya. Para sahabat rasanya kurang percaya bahwa orang yang hanya semacam itu yang diramalkan oleh Rasulullah. Tetapi rasanya juga tidak mungkin kalau Rasulullah salah tebak atau salah ramal.

Pada hari itu Rasulullah lagi-lagi bersabda: "Wahai para sahabat!. Perhatikan, bahwa besuk pagi yang berangkat berjamaah shubuh lewat jalan ini adalah ahli sorga". Maka sekali lagi para sahabat memperhatikan siapa yang lewat jalan yang dimaksud Rasulullah SAW. Mungkin bukan orang yang kemaren, karena yang kemaren sosok orangnya kurang meyakinkan.  Eh.... ternyata orang yang kemaren itu lagi yang lewat jalan tersebut.

Sekali lagi, pada hari ke 3, Rasulullah SAW bersabda semacam itu lagi: "Perhatikan para sahabat!. Bahwa besuk pagi yang lewat jalan ini adalah ahli sorga". Dan masih orang itu juga yang datang ke masjid lewat jalan tersebut. Jadi 3 hari berturut-turut Nabi menyabdakan ramalan itu dan orang itu-itu juga yang memperoleh ramalan tersebut.

Sahabat Abdullah bin 'Amr bin 'Ash adalah diantara sekian sahabat yang paling penasaran. Abdullah yang dikenal sebagai sahabat yang paling tekun ibadahnya berpikir bahwa orang baduwi ini tentu menyimpan amal ibadah yang luar biasa sehingga dia berhak memperoleh ramalan Rasulullah sebagai ahli sorga. Sehingga Abdullah yang digelari rohbaniy hadzihil umah (pendeta ini umat) iseng-iseng  bertamu ke rumah orang baduwi tersebut hanya karena untuk menyelidiki amalan apa yang dilaksanakan olah orang baduwi yang beruntung ini.

"Assalamu'alaikum. Bolehkah saya masuk wahai sobat !" Abdullah minta izin masuk ke rumah baduwi ini.

"Wa'alaikumussalam. Oh.. anda wahai Bin 'Amr. Ahlan wa sahlan. Tumben anda datang kemari" si Baduwi dengan ramahnya mempersilahkan "Silahkan masuk wahai bin 'Amr. Ada apa gerangan yang menghantarkanmu kemari ?"

"Ma'af wahai shobat. Aku ada masalah dengan orang tuaku. Sehingga beliau memarahi aku. Dan aku tidak berani pulang hari ini. Bisakah anda mambantuku memberi tumpangan padaku semalam saja" demikian Abdullah mengibuli si Baduwi.

"Silahkan, silahkan wahai Bin 'Amr. Justru aku sangat berterima kasih bila kamu mau bermalam di rumahku" si Baduwi menyambutnya dengan sangat gembira.

Demikianlah hari itu Abdullah bin 'Amr bin 'Ash bertamu di rumah Baduwi sampai bermalam. Sebagaimana rencana semula, Abdullah selalu mengintai dan mengawasi apa saja yang dilakukan si Baduwi dalam amal ibadahnya. Ternyata Abdullah tidak menemukan amalan ibadah yang istimewa dari si tuan rumah. Bahkan bisa dikatakan bahwa amal ibadah Abdullah lebih padat dari pada amal ibadah si Baduwi ini. Baik tahajud sholat malamnya, dzikirkirnya atau baca Qur'annya. Hal ini justru manambah penasarannya Abdullah.

Pagi itu Abdullah berpamitan pada si Baduwi. "Aku mohon izin wahai sobat!. Dan aku mohon maaf. Sebenarnya aku tidak ada masalah apa-apa dengan orang tuaku. Cuma saja aku ingin bertamu dan bermalam dirumahmu karena aku ingin tahu apa rahasia amalmu sehingga Rasulullah meramalkanmu sebagi ahli sorga" demikian Abdullah berterus terang menguraikan tujuannya.

 "Yah... Kamu sudah tahu sendiri wahai Bin 'Amr!. Aku tidak punya kelebihan apa-apa" Si Baduwi menguraikan apa adanya "Maaf bila aku mengecewakanmu".

"Oh !. Tidak apa-apa wahai sobat. Justru aku yang mohon maaf. Aku telah merepotkanmu" demikian Abdullah. "Aku mohon pamit w