Gerak Nurani & Kebijaksanaan; Refleksi Tadabbur Bukti Adanya Allah
NU Online · Kamis, 13 September 2012 | 06:02 WIB
Oleh Mahrus Sholeh
Hal pertama yang akan dilakukan oleh seseorang yang mau mendengar nuraninya adalah mencari jawaban dan menjelajahi hal-hal yang terlihat di sekelilingnya. Seseorang yang telah mengembangkan kepekaan berpikirnya, akan dengan mudah melihat bahwa dia tinggal di sebuah dunia yang tercipta tanpa cacat, yang ada di tengah-tengah alam semesta yang sempurna.<>
Mari kita renungkan sejenak lingkungan dan kondisi-kondisi di mana kita tinggal. Kita tinggal di sebuah dunia yang dirancang dan didesain dengan halus dengan segala rincian yang mungkin. Bahkan sistem-sistem di dalam tubuh manusia saja begitu amat banyak kesempurnaannya. Sambil membaca tulisan ini, jantung kita berdetak secara konstan tanpa henti, Kulit kita melakukan peremajaan sendiri, paru-paru kita membersihkan udara yang kita hirup, hati kita mengalirkan darah kita, dan jutaan protein disintesakan (dipadukan) ke dalam sel-sel kita setiap detik dalam rangka menjamin keberlangsungan hidup. Manusia tidak menyadari adanya ribuan aktivitas yang berlangsung di dalam dirinya, bahkan tidak menyadari bagaimana sebagian aktivitas-aktivitas tersebut terjadi.
Dan jauh di atas sana ada matahari, jutaan kilometer jaraknya dari planet kita, yang memberi cahaya, panas, dan energi yang kita butuhkan. Jarak antara matahari dan bumi dibuat sedemikian rupa sehingga sumber energi ini tidak menghanguskan bumi ataupun membekukannya hingga mati. Tatkala kita melihat ke langit, kita mempelajari bahwa lepas dari daya tarik estetisnya, massa udara yang menyelubungi bumi juga melindungi manusia dan semua makhluk lainnya dari kemungkinan ancaman-ancaman dari luar. Tatkala dia mencari tahu tentang hal ini, akan muncullah dua alternatif penjelasan. Salah satu penjelasan ini mengatakan kepada kita bahwa seluruh alam semesta, planet-planet, bintang-bintang, dan semua makhluk hidup terjadi dengan sendirinya sebagai suatu hasil dari serangkaian peristiwa-peristiwa yang bersifat kebetulan.
Alternatif kedua mengatakan kepada kita bahwa segala hal yang kita lihat diciptakan oleh seorang pencipta yang memiliki kebijaksanaan dan kekuatan yang ulung di atas segala-galanya bahwa tak ada sesuatu pun yang mungkin terjadi hanya secara kebetulan dan bahwa semua sistem yang ada di sekeliling kita dirancang dan didesain oleh seorang pencipta. Sang pencipta ini adalah Allah. Kita harus kembali pada nurani untuk memutuskan.
Siapapun yang berpulang ke hati nuraninya dapat menangkap bahwa segala sesuatu di alam semesta ini memiliki seorang pencipta, dan sang pencipta ini sangat terpuji kebijaksanaannya dan berkuasa atas segala hal. Keseimbangan dan keselarasan yang sempurna dari alam semesta ini dan makhluk-makhluk hidup di dalamnya, adalah indikasi yang paling kuat dari adanya suatu pengetahuan tertinggi. Bukti ini terang-benderang, sederhana, dan tak terbantahkan. Nurani kita tidak punya pilihan kecuali mengakui bahwa semua ini adalah hasil karya Allah, satu-satunya Pencipta.
Akan tetapi, seseorang yang tidak kembali kepada nuraninya sendiri tidak dapat mencapai kesadaran yang sama. Kesadaran ini dicapai melalui kebijaksanaan, dan kebijaksanaan adalah sebuah sifat ruhaniah yang hanya muncul manakala seseorang mau mendengar nuraninya. Perilaku apa pun yang ditampilkan sesuai dengan nurani membantu membangun dan mengembangkan kebijaksanaan.
Bagi seseorang yang memiliki kebijaksanaan dan nurani, merasakan adanya aspek-aspek yang menakjubkan dan kesempurnaan dari detail sebuah sel, dan mengakui adanya tangan seorang pencipta, seorang desainer dengan kebijaksanaan yang ulung. Jika seseorang berpikir dengan menggunakan nuraninya dia akan sampai pada kesimpulan ini: kekuasaan yang menciptakan sebuah sel dengan kesempurnaan yang sedemikian itu tentulah pencipta dari semua makhluk hidup dan makhluk tak hidup lainnya.
Setiap orang yang berpikir dengan tulus, tanpa melibatkan hawa nafsunya, dan hanya menerapkan nuraninya saja, dapat memahami keberadaan dan keagungan Allah. Jika seseorang tidak mau melihat fakta-fakta yang gamblang di depan matanya ini, dan bertingkah seakan-akan fakta-fakta tadi tidak ada, maka orang ini akan menjadi hina meskipun dia cerdas. Alasan mengapa seseorang yang mengetahui kebenaran dengan nuraninya namun tidak mau menerimanya adalah karena fakta ini bertentangan dengan kepentingan-kepentingan pribadinya. Pengakuan seseorang atas adanya Allah berarti pengakuannya bahwa dirinya berada jauh di bawah keunggulan yang kepada-Nya dia harus berserah diri, yang kepada-Nya dia sangat membutuhkan, dan yang kepada-Nya dia kelak akan ditanyai.
Adanya Allah sangat jelas dan tampak bagi siapa saja yang mau melihatnya. Ini adalah sebuah bukti kebenaran bahwa Pencipta dari desain yang berlaku di seluruh alam semesta ini adalah Allah. Sebagian orang yang menolak adanya Allah berbuat demikian bukan karena mereka sungguh-sungguh tidak mempercayai-Nya namun karena mereka ingin menghindar dari aturan moral yang harus mereka taati sebagai orang-orang yang beriman. Setiap orang dengan nuraninya mengetahui eksistensi dan kekuasaan abadi Allah. Kendati demikian, seseorang yang mengakui adanya Allah dan merasakan kekuasaan-Nya, juga tahu bahwa dirinya kelak akan ditanyai oleh-Nya, dan bahwa dia harus mematuhi hukum-hukum-Nya dan hidup untuk-Nya. Sedangkan orang yang berkeras untuk menolak sekalipun dia sudah mengetahui fakta-fakta ini, berbuat demikian karena bila dia menerima fakta yang sangat besar ini tidak sesuai dengan kepentingan-kepentingannya dan perasaan superioritas yang ada di dalam dirinya. Di dalam al-Qur’an orang-orang ini digambarkan di dalam Surat an-Naml:
وَجَØÙŽØ¯Ùوا بÙهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا Ø£ÙŽÙ†ÙÙØ³ÙÙ‡Ùمْ ظÙلْمًا وَعÙÙ„Ùوًّا Ûš ÙÙŽØ§Ù†Ø¸ÙØ±Ù’ كَيْÙÙŽ كَانَ Ø¹ÙŽØ§Ù‚ÙØ¨ÙŽØ©Ù الْمÙÙÙ’Ø³ÙØ¯Ùينَ
Artinya : "Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) pada-hal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan." (QS. An-Naml : 14)
Semoga kita bisa menggunakan sikap bijaksana dalam segala hal yang tentunya disinergikan dengan hati nurani yang bersih dalam menggapai perenungan akan ciptaan tuhan yang nantinya akan menambah keimanan kita. Amin.
* Pengurus UKM-Pengembangan Tahfidzul Qur’an & Mahasiswa Semester III Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
3
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
4
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
5
Khutbah Jumat: Sesuatu yang Berlebihan itu Tidak Baik, Termasuk Polusi Suara
6
Sejumlah SD Negeri Sepi Pendaftar, Ini Respons Mendikdasmen
Terkini
Lihat Semua