Opini

Cita-cita Jamaah Masjid

NU Online  ·  Ahad, 24 September 2017 | 07:31 WIB

Cita-cita Jamaah Masjid

Ilustrasi (Antara)

Oleh Darul Qutni 

Cita-cita dapat dikatakan sebuah harapan dan keinginan dari seseorang. Lalu apakah cita-cita dari orang yang selalu ke Masjid. Doa yang mereka panjatkan kepada Allah SWT baik sebelum, ketika, dan sesudah shalat dapat dikatakan sebagai cita-cita dan keinginan mereka yang diharapkan dikabul oleh Allah SWT.

Dalam nomenklatur keilmuan Islam, doa didefinisikan sebagai tholabul fi'li minal adna ilal a'la. Harapan dari seorang hamba kepada Tuhannya. Dari sekian banyak doa yang dipanjatkan oleh jamaah Masjid adalah do'a keselamatan berikut ini: allahumma inna nas'aluka salamatan fiddiin wa afiyatan fil jasadi wa ziyadatan fil ilmi wa barakatan firrizqi wa taubatan qablal maut wa rahmatan indal maut wa maghfiratan ba'dal maut wannajata minnannar wal afwa indal hisab

Artinya: "Ya Allah, kami memohon kepada engkau keselamatan dalam (akidah) agama, kesehatan dalam jasmani, bertambahnya ilmu, keberkahan rizki, taubat sebelum wafat, rahmat ketika wafat, ampunan sesudah wafat, keselamatan dari api neraka, dan maaf ketika dihisab".

Ada sembilan cita-cita seorang jamaah Masjid. Pertama, keselamatan dalam (akidah) agama. Maksudnya, adalah beragama dengan selamat. Yaitu tidak sesat dalam beragama. Bagaimanakah caranya agar selamat dan tidak sesat dalam beragama. Syekh Nawawi, di dalam kitab Tafsirnya, Marah Labid Fi Tafsiril Qur'anil Majid memberikan cara untuk membedakan haq dan yang bathil adalah dengan cara mempelajari ilmu syariat Islam. Dengan syariat yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, insya Allah, seorang muslim akan selamat dari kesamaran antara yang haq dan yang bathil. Ia dapat membedakan mana ajakan syetan dan mana yang bukan. 

Tentu saja, memahami syariat ini harus dibimbing oleh seorang guru. Sebagaimana para sahabat memahami Al-Qur’an dan sunnah langsung dari baginda Rasulullah SAW. Di zaman sekarang, memahami Al-Qur’an dan Sunnah harus dibimbing oleh para ulama' yang bersanad dan bersambung ilmunya dengan Baginda Rasulullah SAW sehingga keilmuannya dapat dipertanggungjawabkan. Pengurus Masjid oleh karena itu, harus membimbing jamaahnya dengan mengadakan majelis ilmu di bawah bimbingan para ulama' dengan kategori di atas.

Cita-cita kedua, adalah afiyatan fil jasad. Kesejahteraan jasmani. Cita-cita jamaah masjid ini juga harus difasilitasi oleh pengurus Masjid dengan program-program yang dapat memakmurkan masyarakat/jamaah masjid. Tidak hanya Masjid yang dimakmurkan. Tapi juga, para jamaahnya pun harus dimakmurkan kesejahteraannya. Dengan program-program ekonomi tentunya. Islam telah mempunyai konsep Zakat sebagai sarana pemakmuran dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Zakat jika dikelola dengan baik insya Allah dapat memakmurkan jamaah masjid. 

Cita-cita ketiga, adalah ziyadatan fil ilmi. Ilmu yang bertambah. Pengurus Masjid harus memperhatikan harapan jamaah masjid seperti ini. Bertanggung jawab untuk meningkatkan wawasan keilmuan para jamaah. Apalagi, amal ibadah yang tidak disertai dengan proses belajar ilmu, sulit diharapkan akan diterima Allah SWT, kalau tidak ingin dikatakan tidak akan diterima sama sekali. Syekh Ibnu Ruslan dalam kitabnya Matan Zubad, mengatakan, wa kullu man bighoiri ilmin ya'malu, a'maluhu marduudatun la tuqbalu. "Setiap orang yang beramal tanpa ilmu, maka amaliyahnya ditolak tidak diterima". Pengurus Masjid selain membuka pengajian umum melalui Majelis Ta'lim, kiranya juga dapat membuka Madrasah Diniyah dan institusi pendidikan lainnya untuk memenuhi kebutuhan jamaahnya terhadap ilmu.

Cita-cita keempat, adalah barakatan firrizki. Keberkahan rizki. Cita-cita ini dapat diwujudkan Masjid dalam bentuk motivasi untuk selalu mencari rizki yang berkah dan maupun penyediaan sarana-sarana usaha perekonomian yang halal untuk menampung kebutuhan jamaah. Bisa dalam bentuk mengadakan koperasi jamaah Masjid maupun sarana-sarana lainnya. 

Cita-cita kelima, sampai dengan kesembilan berhubungan dengan urusan kematian dan sesudah kematian. Taubat sebelum wafat, rahmat ketika wafat, ampunan setelah wafat, selamat dari api neraka dan dimaafkan Allah SWT di yaumul hisab (hari perhitungan/hari kiamat) nanti. Intinya, bagaimana jamaah dapat husnul khotimah (merasakan akhir yang baik) dalam kehidupannya. Yaitu dengan istiqomah (konsisten) dalam ajaran Islam dan kehidupan yang baik. Fasilitas untuk hal ini, masjid dapat membentuk kelompok dzikir masjid yang membimbing jamaah untuk selalu istiqamah mengingat Allah SWT di setiap saat dan pengelolaan jenazah yang tepat dan sesuai dengan ajaran Islam.

Semoga semua cita-cita dan doa jamaah ini dikabulkan dan di-ijabah oleh Allah SWT melalui sebab-sebab yang diusahakan oleh para pengurus (ta'mir) Masjid. Amiin. 


Penulis adalah pengurus Lembaga Ta’mir Masjid (LTM) PCNU Kota Depok