Opini

Catatan seminar PCI NU UK "Khazanah Islam Klasik dan Peradaban Islam"

NU Online  ·  Kamis, 22 Desember 2005 | 15:41 WIB

Berikut laporan seminar yang diadakan pengurus NU UK yang berlangsung selama  sehari di  Central Mosque Regent Park, London. Seminar sehari ini  mendapat sambutan dari masyarakat Muslim  Indonesia sekitar 100 peserta yang datang dari berbagai daerah seperti Birmingham, Newcastle, London, Bradford. dalam kesempatan ini, tampil sebagai pembicara tamu  yaitu Prof Dr Muhammad Zainy Uthman (Kader NU Malaysia) yang  tengah menimbah ilmu di Oxford University sebagai visiting fellow, Oxford  Centre for Islamic.

Sebagai pembicara tamu dalam seminar ini, Prof Zainy Uthman, membahas tentang islam dan pembentukan peradaban dunia. Bahwa islam dan pembentukan peradaban dunia bermula dengan  adanya gerakan rohaniah yang meresap pandangan hidup Islam dalam jiwa yang  bermula dari zuhur Islam itu sendiri sebagai sebuah agama rahmat keseluruh alam. Tidak ada lagi zaman yang lain selepas kemunculan Islam, dengan bersumber ke Al  Quran dan Sunnah Rasul SAW, Islam jadi satu kekuatan besar yang  melimpahkan  rahmatnya dari tanah Arab yang kering dan berdebu menjadi hijau dan subur. Bahkan terus merambat ke berbagai penjuru dunia, dari Bumi Farsi yang  sekarang dikenal dengan Iran melintasi Bilad al-Sham menjakup Jordania,  Syria dan Irak yang pernah dijajah imperium Romawi  sampai ke Mesir dan  Bilad al-Sudan atau Afrika dan terus menyeberang ke Mawara al-Nahr negara  yang kini bernama Turkmenistan, Uzbekistan dan Georgia ke Al-Hind  yang kini  dikenal dengan India tempat para  ahli ilmu alam Islam.

<>

Peradaban Islam ini akhirnya menginjak  Tanah Besar China dan seterusnya ke Bilad al-Jawi yang lebih dikenal dengan Tanah Melayu yang  mencakup semenanjung Malaysia, Borneo, Indonesia, Philipina, dan sebagian  dari Thailand dan Kamboja. Merambahnya Islam kesemua tempat sekaligus membawa perubahan alamia kepada  keilmuan, peta dunia, ekonomi, politik dan sosial dan budaya dunia ketika  itu. Jalan-jalan perdagangan menjadi garis penentu yang memisahkan  bandar-bandar utama di dunia, sekaligus memperkaya  peradaban dan juga bahasa.

Berkembangnya Islam di benua Parsi telah menukar agama dan bahasa ibunda  masyarakat Parsi yang dahulunya menyembah api. Sejak saat itu digunakan  bahasa dan Istilah dari Al Quran dan hadist begitupun di negara lainnya.  Para auliyak, ulama dan ahli fikir Islam terdahulu menguasai berbagai bidang ilmu sekaligus menguasai berbagai bahasa.

Sementara itu Ketua Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya  (KIBAR) Bernardi Pranggono secara singkat membahas sejarah peradaban Islam  di Eropa , sumbangsihnya kepada peradaban Eropa, hukum-hukum dan budaya  Barat, potensi umat di negara Barat . Sejarah  peradaban Islam di Eropa bermula pada zaman kekhalifahan Ottoman ketika  Muhammad Al Faith berhasil merebut Konstantinopel yang dipercaya sebagai  pintu masuk ke Eropa tahun 1453. Dalam pembahasannya tentang Membangun Peradaban Islam di Barat  mengatakan kontribusi peradaban Islam hingga saat ini masih dirasakan dalam peradaban moderen dalam berbagai dimensi kehidupan. Richard  Derveux, seorang ahli philologist menemukan sekitar 600 kata bahasa Inggris  berasal dari Bhs Arab.  Pengaruh islam dalam civil society juga dijelaskan oleh C G  Weeramantry dan M Hidayatullah dalam bukunya Islamic Jurisprudence, An  International Perspective, menurutnya John Looke dan Rousseau tentang teori  kedaulatan mendapat pengaruh dari pemikiran Islam. Secara Fenomologi, Roger Garaudy, seorang pemikir Perancis menyimpulkan bahwa peradaban Islam adalah warisan peradaban modern yang  ketiga yang diwarisi oleh Barat setelah Yunani dan peradaban  Yudeo-Kristiani.  Namun sayangnya Barat tidak secara lengkap mewarisi  peradaban Islam, hanya sebagian saja yang diambil oleh Barat.Penguasaan dan penghayatan yang tepat akan ilmu pengetahuan alam dan social menjadi pondasi kebangkitan setiap peradaban mulia, dimana di dalam Islam  ilmu pengetahuan tersebut menjadi bagian yang utuh dalam perjalanan menuju  jalan keyakinan akan kekuasaan Dzat Yang Maha Pencipta. "Memahami, mendalami dan merenunginya identik dengan penghayatan akan ke-Esa  an Allah SAW. Transendensi ilmu pengetahuan ini hilang ketika Barat  memisahkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai suci ketuhanan, implikasinya  dapat disaksikan dimana adanya sikap eksploitasi dan sikap penindasan  manusia atas manusia lainnya," demikian Bernardi.

Kesegaran Baru
 Pada kesempatan itu juga tampil pembicara dari Ketua Perhimpunan Pelajar UK  periode 2004-2005, PhD student in Construction Management, University  Northumbria, Newcastle Upon Tyne, Suyanto Mahadiputra yang membahas Islam  dan Harapan Untuk Indonesia.
 Suyanto mengarisi bahwa Islam dimasa datang harus bisa lebih "fluid" dan  "adaptable" terhadap zaman. Islam dapat berperan besar dalam membentuk  zaman. Selagi para tokoh muslim bisa mengemas Islam sesuai dengan tuntutan  zaman. Skenario optimis akan menempatkan Islam menjadi salah satu agama  alternatif yang paling cocok di era virtual.

Menurut pandangan pribadi Suyanto, ia melihat bahwa dunia Islam secara  kualitas akan menjadi lebih maju dan bisa menawarkan  kesegaran baru bagi masyarakat yang mulai menemukan kehampaan dunia. Sebelumnya Suyanto menjelaskan wajah dunia di era globalisasi dimana dunia  menjadi semakin kecil.Thomas Friedman dalam bukunya "The World is