Oleh: Al-Faqir Muhammad Alim Kahfi*
Rasulullah Saw. Berdiri diatas mimbar dan bersabda, “Disanalah daerah berbagai fitnah,” seraya beliau menunjuk ke timur Madinah (Najd), “dari sana timbul pongkol setan,” atau nabi bersabda, “tanduk setan”. (HR. Bukhari, Ahmad, dan Tirmidzi, dengan lafal darinya, dia mengatakan hadis ini Hasan Shahih).<>
Belakangan ini banyak bermunculan gerakan yang mengatasnamakan Islam. Salah satunya gerakan yang mempunyai misi memurnikan ajaran tauhid. Mereka mulai gencar melakukan ekspansi gerakannya dari berbagai lini dan berbagai macam strategi, baik melalui organisasi di sekolah, organisasi kampus, sampai pada organisasi masyarakat (Ormas) Islam di Indonesia. Gerakan mereka juga tidak luput dari pertarungan politik pemerintah, ekonomi, sosial dan kebudayaan masyarakat Indonesia. Mereka juga melakukan dakwah dari musholla ke musholla, dari masjid ke masjid, dan dari rumah ke rumah.
Kondisi umat Islam di Indonesia sekarang ini semakin kompleks, seiring dengan kompleksnya pemahaman-pemahaman yang di ajarkan oleh berbagai macam golongan dengan kepentingan masing-masing. Peran media saat ini menjadi sentral penanaman pengetahuan dan informasi yang begitu cepat; baik media tulis, cetak, maupun gambar. Menanggapi munculnya gerakan Salafi yang kian hari semakin marak diperbincangkan dan dibahas, seseorang yang mengaku dirinya bernama “Syaikh Idahram” menulis tiga buku yang berisi sejarah, gugatan, penyimpangan, kekejaman, dan sebagainya yang dilakukan oleh kelompok Salafi-Wahabi. Buku trilogi yang dibuat oleh Syaikh Idahram ini berjudul: Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, Mereka Memalsukan Kitab-KItab Karya Ulama Klasik, dan Ulama Sejagat Menggugat Salafi Wahabi. Buku trilogi Syaikh Idahram ini menjadi buku-buku “Best Seller” yang laku keras dijual dipasaran.
Banyak kemungkinan yang terjadi mengapa buku-buku ini menjadi best seller dan sangat ramai diperbincangkan. Pertama, selama ini umat Islam di Indonesia sangat dibingungkan dengan gerakan-gerakan yang mengatasnamakan dirinya sebagai kelompok salafi, sehingga seolah-olah buku trilogi ini menjadi obat bagi umat yang merasa bingung dan merasa perlu kejelasan tentang kelompok salafi. Kedua, mereka umat Islam dari kelompok salafi sendiri penasaran dengan kelompok yang diikutinya sehingga mereka penasaran pula dengan buku trilogi ini. Ketiga, banyak orang yang merasa tertarik untuk membacanya dengan melihat ketiga judul buku trilogi ini yang memang menggunakan kata-kata yang sangat menarik, atraktif dan bombastis.
Siapa Kelompok Salafi Wahabi
Kelompok wahabi ini membawa misi memurnikan ajaran tauhid dari kemusyrikan, khurafat, bid’ah, menyembah makam-makam (kuburan), dan lain sebagainya. Kelompok ini muncul pertama kali di daerah Najd, Saudi Arabia yang dibawa oleh seseorang yang bernama Muhammad ibnu Abdul Wahab dari keluarga yang bermadzhab hambali. Ayahnya yang bernama Abdul Wahab ibnu Sulaiman ini adalah seorang Qadhi (hakim) yang terkemuka pada masa itu. Kemudian seiring dengan tumbuh dewasanya Muhammad ibnu Abdul Wahab, muncul ajaran baru yang sama sekali bertentangan dan tidak sesuai dengan paham yang diajarkan baik oleh ayahnya maupun oleh masyayikh sekitar Najd saat itu yang notabene bermadzhab hambali. Bahkan kakaknya sendiri yang bernama Sulaiman ibnu Abdul Wahab menganggap ajaran yang dibawa oleh adiknya tersebut adalah ajaran yang nyeleneh. Kakaknya Sulaiman juga menulis dua buku berisi keritikan yang sangat pedas kepada ajaran yang dibawakan oleh adiknya Muhammad ibnu abdul Wahab. Ini merupakan bukti bahwa ajaran yang dibawa oleh Muhammad ibnu Abdul Wahab memang penuh dengan kontroversi dari mulai munculnya hingga sekarang ini.
Mereka merubah nama kelompoknya menjadi kelompok Salafi dalam rangka strategi dakwah agar mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Salafi disini berbeda dengan istilah penamaan golongan tiga massa setelah Nabi Muhammad, yang sering kita kenal dengan golongan as-Salafu as-Sholih (ulama-ulama salaf) yaitu mereka kelompok para sahabat, tabi’in, dan tabi’at-tabi’in, karena jelas massa kemunculan golongan salafi ini jauh dari ketiga massa Salafuna as-Sholih. Pada dasarnya baik salafi maupun wahabi adalah sama, mereka sama-sama mengikuti ajaran yang dibawa oleh Muhammad ibnu Abdul Wahab ibnu Sulaiman an-Najdi yang membawa misi memurnikan tauhid. Alhasil, kita akan menyebut golongan mereka dengan sebutan kelompok Salafi-Wahabi.
Bahkan Prof. Dr. Said Ramadhan al-Buthi dalam bukunya As-salafiyah Marhalah Zamaniyah Mubarakah La Madzhab Islami yang penulis kutip dari salah satu bukunya Syaikh Idahram, mengatakan bahwa wahabi mengubah strategi dakwahnya dengan berganti nama menjadi “salafi” karena mengalami banyak kegagalan dan merasa tersudut dengan panggilan nama Wahabi yang dinisbatkan kepada pendirinya, yakni Muhammad ibnu abdul Wahab. Maka dari itu ada sebagian kaum yang menyebut mereka dengan sebutan Salafi Palsu atau Mutamaslif.
Ajaran mereka sebagian besarnya merujuk pada tokoh-tokoh yang memang kontroversial, seperti: Ibnu Taimiyah, Ibnu Abdul Wahab, Nashirudin al-Albani, Ibnu Utsaimin, Ibnu Baz, dan lain-lain baik dalam pendapat masalah akidah, manhaj, perilaku, maupun sikap. Sehingga dampaknya sering terjadi perpecahan, permusuhan, kedengkian, saling mengkafirkan, menjatuhkan, bahkan saling membunuh diantara umat Islam sendiri yang tidak sepaham dengan mereka. Dalam bukunya Syaikh idahram dengan jelas digambarkan betapa kejinya perlakuan mereka terhadap umat Islam sendiri, mereka membantai, membunuh ribuan umat Islam di Karbala, Thaif, Makkah, Madinah, Kuwait, bahkan mereka membakar kitab orang-orang Sunni yang tidak sepaham dengan mereka, menghancurkan makam-makam sahabat, dan kekejaman-kekejaman lain dengan dalih mengatasnamakan jihad.
Counter dan Kritikan Buku Trilogi
Pertarungan ideologi wahabi semakin menarik ketika terbitnya buku yang ditulis oleh AM. Waskito yang berjudul “Bersikap Adil Kepada Wahabi”. Buku ini sengaja ditulis dalam rangka meng counter buku trilogi yang ditulis oleh Syaikh Idahram. Buku ini pula yang menganggap bahwa buku trilogi yang ditulis oleh Syaikh Idahram merupakan buku propaganda yang berisi fitnah-fitnah besar untuk mengadu domba dan melemahkan umat Islam.
Dituliskan dalam buku ini bahwa buku trilogi nya Syaikh Idahram termasuk karya yang banyak ditemukan modus kecurangan, diantaranya adalah terdapat kecurangan dalam referensi karena ada beberapa catatan kaki yang ditulis namun tidak dicantumkan dalam daftar pustaka, kemudian kecurangan dalam memaknai teks, kecurangan dalam menggunakan sistematika ilmiah, dan lain sebagainya. Karena buku trilogi Syaikh Idahram ini dianggap sebagai buku yang sengaja ditulis diatas kepentingan suatu kelompok.
Bagaimana Sikap Kita
Dalam buku trilogi yang ditulis oleh Syaikh Idahram pada dasarnya sudah sangat jelas dan gamblang siapa sebenarnya gerakan Salafi-Wahabi itu. Bahkan referensi yang digunakan juga sangat lengkap dan sangat objektif. Idahram tidak saja menggunakan referensi dari buku-buku yang Kontra dengan Wahabi, bahkan dia juga menggunakan buku-buku yang Pro dengan Wahabi. Bahkan ada beberapa pendapat dari orang-orang mantan pengikut Wahabi.
Berbeda jika kita membaca buku yang ditulis oleh AM. Waskito, karena justru kita akan merasakan sebuah kedengkian dan sebuah karya yang justru sangat subyektif. Hal itu tertbukti sebagian besar tulisannya hanya berisi kritikan terhadap buku trilogi yang ditulis oleh Syaikh Idahram. Tingkat akurasinya juga kurang, karena referensi yang digunakan justru hanya diambil dari buku-buku yang memang ditulis oleh orang-orang Wahabi sendiri. Penjelasan tentang kebenaran Wahabi berdasarkan dalil maupun hujjah yang digunakan untuk menguatkan golongan mereka justru tidak kita temukan disana, bahkan hampir tidak ada samasekali.
Menanggapi aliran Salafi-Wahabi dan gerakannya di Indonesia, kaum Nahdliyin harus lebih hati-hati dan lebih membentengi keyakinan kita masing-masing dengan tidak mudah terpengaruh oleh rayuan dan ajakan yang terlihat dari luar mungkin menarik. Karena gerakan mereka terlihat sangat halus melalui penampilan mereka yang terlihat sangat meyakinkan. Hal itu mereka lakukan karena memang gerakan Wahabi di luar Indonesia dikenal sangat keras, dan sangat kejam. Untuk mengelabui dan agar mudah diterima akhirnya mereka merubah strategi gerakannya dengan gerakan yang sangat halus, bahkan merubah namanya menjadi kelompok Salafi yang pada dasarnya keyakinan dan ajaran mereka sama dengan ajaran Wahabi.
Adanya perbedaan pendapat dalam tubuh umat Islam itu adalah wajar, karena perbedaan pada dasarnya adalah sebuah karunia dan rahmat dari Allah SWT. Artinya masih ada umat Islam yang mau berfikir dan mau mengajak kebaikan kepada orang lain. Namun perlu kita ingat pula bahwa perbedaan pendapat disini bukan berarti kita harus melakukan tindakan kekerasan apalagi saling membunuh sesama umat Islam karena beda keyakinan, madzhab, manhaj, maupun beda dalam imam yang diikutinya (taqlid).
* Penulis adalah santri Ponpes Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta
Terpopuler
1
Arus Komunikasi di Indonesia Terdampak Badai Magnet Kuat yang Terjang Bumi
2
PBNU Nonaktifkan Pengurus di Semua Tingkatan yang Jadi Peserta Aktif Pilkada 2024
3
Pergunu: Literasi di Medsos Perlu Diimbangi Narasi Positif tentang Pesantren
4
Kopdarnas 7 AIS Nusantara Berdayakan Peran Santri di Era Digital
5
Cerita Muhammad, Santri Programmer yang Raih Beasiswa Global dari Oracle
6
BWI Kelola Wakaf untuk Bantu Realisasi Program Pemerintah
Terkini
Lihat Semua