Obituari

Wafat Usia 49 Tahun, KH Abdul Ghaffar Bangkalan Dikenal Alim dan Wara

Jum, 2 Juli 2021 | 09:15 WIB

Wafat Usia 49 Tahun, KH Abdul Ghaffar Bangkalan Dikenal Alim dan Wara

Pengasuh Pesantren Al-Hikmah Darussalam yang juga Ketua MWCNU Kokop, Bangkalan, KH Abdul Ghaffar bin KH Abdurrahman (Foto: dok istimewa)

Bangkalan, NU Online
Innalillahi wainna  ilaihi rajiun.
 

Kabar duka kembali menyelimuti masyarakat Madura, khususnya warga Bangkalan. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam, KH Abdul Ghaffar bin KH Abdurrahman meninggal dunia pada hari Jumat, 2 Juli 2021 pukul 08.00 WIB. Kiai yang juga Ketua Tanfidziyah MWCNU Kokop itu meninggal dunia pada usia 49 tahun.

 

Sebelum wafat, almarhum sempat sakit dan dirawat sekitar satu hari satu malam di Puskesmas Kecamatan Konang Bangkalan.

 

Kiai Abdul Ghaffar merupakan sosok ulama kharismatik yang sangat disegani masyarakat. Betapa banyak masyarakat yang menampakkan tangis sedihnya menjelang pemakaman almarhum. Bahkan, tidak sedikit kesan masyarakat yang belum bisa menerima kabar wafatnya. Tangisan haru dengan penuh kesedihan juga dirasakan oleh santri-santrinya. Setelah pemakamannya, masih banyak santri yang diselimuti dengan kesedihan dan tangisan.

 

Kesan yang sama ternyata juga dirasakan KH Ach Ramli Fakhri, yang merupakan salah satu jajaran Tanfidziyah MWCNU Kokop. Saat sambutan terakhir sebelum almarhum dimakamkan, Kiai Ramli mengatakan, "Saya menjadi saksi, bahwa KH Abdul Ghaffar merupakan Kiai yang sangat Alim, wara', semangat dan penuh tanggung jawab."

 

Menurut Kiai Ramli, almarhum merupakan salah satu ujung tombak yang diandalkan Nahdlatul Ulama di Kecamatan Kokop.

 

"Bahkan, perjuangannya di NU begitu luar biasa, ia merupakan sosok yang sangat ikhlas dalam menjalankan amanah dan tidak pernah mengenal lelah. Sikap semangat dan ikhlas ini harus diteruskan oleh semua keturunan, keluarga dan santri-santrinya," pesannya.

 

Sebagaimana kebanyakan ulama Madura lainya, Kiai Abdul Ghaffar juga sangat aktif dalam menyebarkan ilmu. Semua itu sangat tampak dari kegiatannya sehari-hari. Di pesantren yang ia asuh, ia mengajar beberapa kitab. Di antaranya, kitab Ihya’ Ulumuddin karya Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali dan kitab Tafsir Mirah Labidz, karangan Syekh Nawawi al-Jawi.

 

Tidak hanya fokus pada santrinya di pesantren, Kiai Abdul Ghaffar juga tidak lupa akan kondisi masyarakat yang sedang krisis akan pengetahuan. Itu terbukti dengan keaktifannya mendirikan kajian rutin yang diselenggarakan setiap Ahad Manis, yang lebih dikenal dengan kegiatan Ahad Manisan. Dalam kegiatan itu, almarhum mengajak masyarakat setempat untuk belajar tentang ilmu pengetahuan. Tidak hanya fokus dengan keilmuan, melalui kegiatan itu ia  menyelingi dengan bacaan wirid, seperti istighotsah dan lainnya.

 

Almarhum juga menjadi salah satu dai yang aktif menyebarkan ilmu kepada masyarakat luas, khususya di Madura. Oleh karenanya, sangat wajar jika masyarakat Madura sangat merasa kehilangan dengan sosoknya yang sangat semangat dalam menyebarkan kebaikan.

 

Jenazah almarhum dimakamkan di kompleks Masjid Baiturrahman, Durjan, Kokop, Bangkalan, bersampingan dengan ibundanya, Nyai Hj Nadzifah, dan kakeknya KH Musthafa.
 

Kontributor: Sunnatullah
Editor: Kendi Setiawan