Obituari

Nyai Hj Basyiroh, Sejarawan Perempuan yang Mewarnai IPPNU 

Rab, 20 Januari 2021 | 16:45 WIB

Nyai Hj Basyiroh, Sejarawan Perempuan yang Mewarnai IPPNU 

Menurut Rossa, begitu jelasnya Nyai Basyiroh mengingat semua perjalanan. Mulai dari pendirian IPPNU, perjalanan menjadi Ketua Umum IPPNU, bersama berjuang dengan rekan dan rekanita IPPNU pada masa sepuluh tahun setelah merdeka. (Foto: NU Onlinr/Ajie Najmuddin)

Jakarta, NU Online 
Ketua Majelis Alumni IPPNU Safira Machrusah, mengenang sosok Nyai Basyiroh ketika menjadi salah satu narasumber acara Haul Pendiri IPPNU Nyai Umroh Mahfudzoh, Juli 2020. Kenangan itu disampaikan Safira, dalam acara Tahlil Mengenang Wafatnya Nyai Hj Basyiroh Shoimuri yang digelar secara virtual, Rabu (20/1) malam.


"Saat memberikan kesannya tentang Nyai Umroh Mahfudzoh, di situ saya melihat dan mendengar Nyai Basyiroh adalah seseorang yang hingga usia lanjut daya ingat masih sangat tajam dan terlihat pula intonasinya. Ini menunjukkan beliau aktivis perempuan sejarah," kata perempuan yang akrab disapa Rossa itu.

 

Hal yang menarik, lanjut Rossa, adalah begitu jelasnya Nyai Basyiroh mengingat semua perjalanan. Mulai dari pendirian IPPNU, perjalanan menjadi Ketua Umum IPPNU, bersama berjuang dengan rekan dan rekanita IPPNU pada masa sepuluh tahun setelah merdeka.

 

"Ada informasi mengenai hal yang belum pernah saya dengar karena kebetulan salah satu tesis saya mengenai tokoh Muslimat Ibu Umroh Mahfudzoh. Di situ Nyai Basyiroh menyampaikan beberapa hal informasi tentang semua kegiatan Muslimat, kegiatan dia, pendiri IPPNU dan ketua umum. Ternyata ibu nyai menyampaikan hal yang sangat bagus dan fundamental untuk perubahan beberapa sejarah IPPNU.

 

Rossa mengatakan jika bertemu lagi dengan Nyai Basyiroh akan melanjutkan sisa-sisa sejarah yang belum terungkap. Sehingga, sejarah IPPNU akan semakin kaya dengan living sosial dengan narasumber yang tahu sejarah, tentang berdirinya IPPNU hingga sekarang. "Tapi Allah menghendaki yang lain," kata Rossa.

 

Sementara itu, Ketua Umum PP IPPNU, Nurul Hidayatul Ummah, mengatakan banyak pesan dan pengalaman yang diberikan almarhumah untuk generasi IPPNU.
 

"Ini merupakan tugas kita semua untuk meneruskan perjuangan beliau dari mulai berdiri sampai usia senjanya beliau masih berkiprah di Nahdlatul Ulama (NU). NU Besar karena di dalamnya ada kader militan khususnya kita semua sebagai anak muda yang meneruskan tonggak NU. Tugas kita meneruskan perjuangan untuk membesarkan IPPNU," harap Nurul. 

 

Nyai Hj Basyiroh Zawawi wafat pada Selasa (19/1) pukul 20.50 WIB, di RSNU Tuban, Jawa Timur pada usia 83 tahun. Semasa hidupnya, Hj Basyiroh ikut berjuang di NU sejak usia remaja, mengikuti jejak ayah dan kakeknya. Ayahnya, KH Shoimuri, merupakan Rais PCNU Boyolali. Sedangkan kakeknya, KH Ahmad Siradj merupakan salah satu pendiri NU di Kota Surakarta, Jawa Tengah.

 

Di tahun 1955, Basyiroh muda yang tengah bersekolah di Kota Solo, ikut mendirikan IPNU Putri (kini disebut IPPNU) bersama dengan kawan belajarnya di Solo, seperti Umroh Mahfudhoh, dan lain-lain. Ia bahkan sempat menjadi Ketua PP IPNU Puteri, menggantikan Umroh.  

 

Setelah menikah dengan KH Zawawi, namanya lebih dikenal dengan sebutan Basyiroh Zawawi. Ia pun pindah ke Jenu Tuban dan tinggal di sana hingga akhir hayatnya.
 

Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan