Obituari

Ibnu Hazen, Inisiator Mudik Bareng NU dan Bersih-bersih Masjid

Sel, 12 Januari 2021 | 10:00 WIB

Ibnu Hazen, Inisiator Mudik Bareng NU dan Bersih-bersih Masjid

Almarhum Ibnu Hazen. (Foto: dok. LTM PBNU)

Jakarta, NU Online

Sekretaris Lembaga Ta’mir Masjid (LTM) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Ibnu Hazen, baru saja dikabarkan wafat, pada Selasa (12/1) siang tadi, sekitar pukul 12.00 WIB di sebuah rumah sakit di Mojokerto, Jawa Timur. Sosok kelahiran Situbondo, 21 Juni 1951 itu meninggalkan satu istri dan tiga orang anak.


Bendahara LTM PBNU H Mujahidin mengungkapkan, almarhum yang merupakan muharrik (penggerak) asal Situbondo itu adalah inisiator Program Mudik Bareng NU, Bersih-Bersih Masjid (BBM), serta Gerakan Infaq Shadaqah Membangun Masjid dan Masyarakat (Gismas).


Sebelumnya, almarhum aktif di Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Cipayung, Jakarta Timur, pada sekitar tahun 2008 menjelang Muktamar NU di Makassar pada 2010 silam. Dari hasil Muktamar itu, Ibnu Hazen dipercaya menjadi Sekretaris LTM PBNU yang diketuai KH Abdul Manan Abdul Ghani hingga 2015.


“Beliau itu inisiator Mudik Bareng, BBM, dan Gimas. Nah Gismas itu sebelum ada Gerakan Koin NU. Kita bersama Pak Ibnu menggerakkan Gismas. Targetnya sejuta masjid waktu itu. Alhamdulillah (gerakan itu) sekarang sudah diadopsi oleh seluruh masjid se-Indonesia,” kata H Mujahidin, saat ditemui di Kantor LTM PBNU, lantai 4 Gedung PBNU Jakarta Pusat, sesaat setelah almarhum dikabarkan wafat.


Oleh sebab peran dan kontribusinya terhadap berbagai inisiasi gerakan LTM yang luar biasa, Ibnu Hazen kembali dipercaya untuk menjadi Sekretaris LTM PBNU berdasarkan hasil Muktamar Jombang pada 2015.


“Sampai hari ini beliau Sekretaris LTM PBNU. Latar belakang Pak Ibnu itu adalah seorang wartawan, guru, sekaligus penulis yang telaten. Beliau menggagas buku Benteng Pertahanan NKRI: Masjid adalah Benteng Terakhir. Buku itu digagas beliau bersama Kiai Manan,” ungkap Mujahidin.


Pada gelaran Muktamar NU di Jombang (2015), buku itu dicetak hampir lima ribu eksemplar dan dibagikan ke seluruh muktamirin. Buku yang ditulis almarhum bersama Kiai Manan dan Kru LTM PBNU itu menjadi inspirasi gerakan LTM di Indonesia.


“Awalnya kan masjid sebagai tempat biasa-biasa saja, tapi begitu dibongkar oleh kegigihan Pak Ibnu (di dalam buku itu) akhirnya kita menjadi tahu bahwa di masjidlah pergerakan kita,” jelas Mujahidin.


“Beliau muharrik luar biasa sehingga branding mudik itu sudah dikenal masyarakat. Mudik bareng diawali tahun 2012. Dua tahun setelah Muktamar NU di Makassar itu kita mulai mudik bareng karena keprihatinan kepada ratusan warga NU di Jakarta yang saat mudik sangat menderita,” sambungnya.


Mudik Bareng NU itu diawali dengan 15 bus. Peserta mudik itu bukan hanya berasal dari warga Nahdliyin tetapi juga masyarakat Indonesia secara umum. Bahkan, ada juga warga non-muslim yang ikut mudik melalui program itu.


“Mudik Bareng NU itu terakhir pada tahun 2019, karena 2020 ada pandemi,” jelasnya.


Mujahidin menjelaskan bahwa almarhum senantiasa memberikan berbagai langkah alternatif. Ia bahkan berani bersaksi, Ibnu Hazen adalah sosok teladan yang baik karena selalu berhasil melahirkan ide yang sangat bagus.


Dulu, kata Mujahidin, saat LTM belum terlihat wajah dan bahkan perannya, almarhum memakai pola rapat pimpinan nasional. Didatangkan dan dikumpulkan para muharrik masjid se-Indonesia. Berkat itu, LTM hingga kini menjadi salah satu lembaga yang diperhitungkan.


“Jadi semua harus ke masjid. Karena itulah sawah terakhir kita. Gerakan BBM itu sampai hari ini masih berputar. Karena itu salah satu ikhtiar kita mengawal masjid,” katanya.


“BBM itu wujud kita hadir di masjid. Itu luar biasa dengan simbol NU yang dahsyat sekali. Adanya kita di sana itu luar biasa dan itu cukup efektif. Itu kegiatan yang sederhana tapi maknanya besar sekali,” terang Mujahidin, menjelaskan gerakan BBM yang diinisiasi almarhum Ibnu Hazen itu.


Sebelumnya telah dikabarkan NU Online, Ketua PBNU KH Abdul Manan Abdul Ghani menyampaikan kabar duka atas wafatnya almarhum siang tadi.

 

“Bapak Ibnu Hazen Sekretaris LTM PBNU telah kembali ke rahmatullah. Kita kehilangan seorang muharrik yang baik yang selama ini menggerakkan dan menghidupkan LTM PBNU,” katanya.


Kiai Manan memohonkan doa agar almarhum mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah. Ia bersaksi pula bahwa Ibnu Hazen adalah orang baik dan semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah.


“Saya bersaksi beliau orang baik. Min ahli khair. Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah,” harap Kiai Manan.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad