Waketum PBNU Paparkan Kronologi Munculnya ISIS
NU Online · Senin, 23 Februari 2015 | 23:01 WIB
Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Umum PBNU H As’ad Said Ali mengulas secara kronologis sejarah lahirnya organisasi garis keras pendukung Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) dalam kesempatan bedah buku karyanya, Al Qaeda: Kajian Sosial Politik, Ideologi dan Sepak Terjangnya, di kampus UI, Salemba, Jakarta.
<>
Ia menjelaskan, ISIS bermula dari kelompok radikal yang berusaha menggulingkan pemerintahan Yordania. Mereka tergabung dalam Jamaah Tauhid wal Jihad (JTW) pimpinan Abu Mus’ab Al-Zarqawi yang pada Juli 2001 memindahkan markasnya dari Yordania ke Afganistan.
Saat Presiden Irak Saddam Husein jatuh pada Oktober 2003, JTW pindah ke Irak dan menjadikan Amerika Serikat yang dianggap sedang menjajah negara tersebut sebagai target.
“Tahun berikutnya JTW memproklamasikan diri sebagai bagian dari Al Qaeda dan mengubah nama menjadi Al Qaeda Irak (AQI) dengan tujuan mengusir militer AS, mendirikan khilafah, memperluas konflik ke Palestina, dan memperluas operasi ke negara tetangga,” kata As’ad, Senin (23/2) itu.
Al Zarqawi meninggal dunia pada Juni 2005 dan digantikan Abu Ayub Al Masri. Sebelumnya, AQI membentuk Mujahidin Shura Council (MSC) yang bertujuan mempersatukan kelompok perlawanan Sunni. Hingga sang pemimpin baru, Abu Ayub, mendeklarasikan Negara Islam di Irak (ISI/Daulah Islamiyah fi Iraq) pada Oktober 2006.
Mantan wakil kepala Badan Intelijen Negara ini menambahkan, sebagian besar kekuatan militer AQI berasal dari luar negeri, antara lain Syiria, Chechnya, Yordania, Arab Saudi, dan Mesir. Namun pada 2009, AQI berhasil merekrut sebagian pasukan dari Irak sendiri.
AQI pada April 2007 juga sukses membentuk pemerintahan sementara dengan menunjuk Abu Umar Al Baghdadi sebagai pemimpinnya. Kepemimpinan Abu Ayub Al Masri dan Abu Umar Al Baghdadi akhirnya digantikan Abu Bakar al-Baghdadi setelah keduanya terbunuh pada tahun 2010.
Di bawah komando Abu Bakr inilah kelompok ekstrem ini pada 2013 kemarin mengumumkan berdirinya ISIL (Islamic State of Iraq and Levant), nama lain dari ISIS, dan mendeklarasikan penggabungan AQI dengan Jabhah Al Nusroh (JN).
Meski demikian, As’ad menggarisbawahi bahwa akar politik dari kemunculan ISIS selain akibat krisis politik di negara-negara Timur Tengah dan ideologi radikal dari negara-negara Arab, juga terdapat dukungan rahasia dari Barat yang berjalin kelindan dengan isu energi, konflik Sunni-Syiah, demokratisasi, dan perdagangan senjata. “Apa mungkin ISIS kuat tanpa senjata. Tidak mungkin,” tuturnya.
Acara bedah buku diadakan Pusat Studi Kajian Timur Tengah dan Islam (PSKTTI) Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan Ikatan Alumni PSKTTI. Hadir sebagai pembedah Ketua PSKTTI Dr Luthfi Zuhdi, Dubes RI untuk Republik Sudan dan Eritrea Dr Sujatmiko, dan Komioner Komnas HAM Imdadun Rahmat. (Mahbib)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
3
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
4
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
5
Ekologi vs Ekstraksi: Beberapa Putusan Munas NU untuk Lindungi Alam
6
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
Terkini
Lihat Semua