Nasional

Viral Kasus Rasisme, Sekjen PBNU Nilai Amerika Gagap Hadapi Pandemi

Ahad, 7 Juni 2020 | 20:00 WIB

Jakarta, NU Online

Meninggalnya George Floyd seorang pria berusia 46 tahun keturunan Afrika-Amerika di Minneapolis disebabkan rasisme seorang polisi. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jendral (Sekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), HA Helmy Faishal Zaini pada Halal bi Halal Virtual yang diselenggarakan PP IPNU, Ahad (7/6).

 

Menurut Sekjen Helmy, meninggalnya George Floyd menimbulkan gerakan simpatik seluruh dunia terutama warga Amerika Serikat dengan melakukan gerakan demonstrasi. Kekuatan besar dan pengalaman demokrasi yang dimiliki Amerika Serikat pun dalam menghadapi rasisme dan pandemi ini seolah menjadikan mereka gagap. 

 

Sekjen menyayangkan kekerasan dijadikan suatu solusi. "Akibatnya sekarang terjadi aksi gelombang masa yang luar biasa yaitu  gerakan menuju Washington (DC) atau Gedung Putih di mana mulai marak terjadi di Amerika Serikat," ungkapnya.

 

Pihaknya menjelaskan melihat kondisi Amerika Serikat dibanding Indonesia terpaut jauh dari segi pengalaman demokrasi dan persiapan pencegahan pandemi Covid-19. Meski penyelesain persoalan Covid-19 di Indonesia juga dihadapkan pada beberapa persoalan, dengan sikap tenang yang ditunjukkan warga Indonesia baik dalam bertoleransi dan menyikapi pandemi membuat situasi tetap kondusif, aman, tenteram,dan harmoni. 

 

Amerika, lanjut Sekjen, yang dikenal sebagai negara yang memiliki pengalaman demokrasi luar bias ternyata juga gagap ketika mengelola perselisihan di tengah-tengah pandemi ini. Bahkan, dalam dunia kedokteran angka-angka statistik di Amerika Serikat memperlihatkan sesuatu yang sangat mengejutkan.

 

"Amerika yang kita kenal sebagai negara unggul di dalam dunia kedokteran dan dunia kesehatan, bahkan memiliki tenaga medis yang unggul, ternyata jika kita lihat angka-angka statsitiknya dari korban Covid-19 sangat memprihatinkan karena ada 1,82 juta masyarakat terpapar dan 106.000 lebih warga yang meninggal akibat Covid-19," jelasnya.

 

Sekjen Helmy menyebutkan, di tengah pandemi, sikap panikan merupakan bagian setengah dari penyakit. Sementara ketenangan merupakan setengah dari obat, dan kesabaran merupakan permulaaan dari penyembuhan. "Dengan mengajak semua orang untuk bersyukur meski di situasi pandemi, akan membuat masyarakat tenang dan tidak panik," kata Sekjen Helmy.

 

Ia pun kembali mengingatkan masyarakat agar tetap menjalankan protokol kesehatan dan kesiapan menjalankan new normal.

 

Acara Halal bi Halal Virtual tersebut diikuti secara daring oleh pengurus IPPNU se-Indonesia.

 

Kontributor: Mochamad Ronji

Editor: Kendi Setiawan