Nasional

Unusia dan BNPT Gelar Bedah Buku Mantan Napi Teroris

Sel, 8 Desember 2020 | 10:15 WIB

Unusia dan BNPT Gelar Bedah Buku Mantan Napi Teroris

Bedah buku Bayang-bayang Terorisme: Potret Genealogi dan Ideologi Terorisme di Indonesia oleh Unusia dan BNPT di Auditorium Perpustakaan Nasional RI Jakarta, Selasa (8/12). (Foto: dok. Unusia)

Jakarta, NU Online

Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar bedah buku Bayang-bayang Terorisme: Potret Genealogi dan Ideologi Terorisme di Indonesia di Auditorium Perpustakaan Nasional RI Jakarta, Selasa (8/12).


Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber Brigjen Pol R. Ahmad Nurwahid (Direktur Pencegahan BNPT RI), Taufan Bakri (Ketua FKPT DKI Jakarta), Muhammad Najih Arromadloni (Sekjen Alumni Syam Indonesia), Muhammad Nurul Huda (Kepala LPPM Unusia), dan penulis buku Yudi Zulfahri yang juga mantan salah seorang napi teroris (napiter).


Taufan Bakri dalam sambutannya memberi ungkapan bahwa teroris adalah kejahatan luar biasa yang berbahaya bagi iklim kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara. Namun dalam pandangannya, tindakan teroris, khususnya di Indoensia akibat dari komunikasi politik yang terputus dari nilai-nilai Pancasila.


"Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila perlu dikembangkan agar menjadi literasi, sehingga siapa pun yang beraktivitas di bawah (kampung-kampung), FKPT selalu merangkul emak-emak karena emak-emak dipercaya cerewet dan bisa membantu pencegahan teroris," ujar Taufan.


Sementara itu, Warek III Unusia Jakarta M. Mujib Qulyubi mengatakan, soal pencegahan ideologi radikal sudah menjadi salah satu konsen NU sejak sebelum organisasi yang didirikan para kiai itu dideklarasikan pada tahun 1926.


“Saat itu kiai-kiai dikumpulkan, mereka sudah rembuk dan berdoa hingga mendapat ilham untuk terus mensyiarkan ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin,” terang kiai yang juga Katib Syuriyah PBNU itu.


Menurutnya, Unusia dan BNPT tepat sekali membantu pemerintah mencegah tindakan teroris melalui program studi karena prodi yang ada di Unusia harus mencintai agama dan negara, sehingga mahasiswa yang menimba ilmu di Unusia dapat mencegah virus-virus terorisme.


Kemudian, Brigjen Pol Ahmad Nurwahid yang sebelumnya di Densus 88 dan saat ini dipercaya menjabat Direktur Pencegahan agar bisa mencegah tindakan teroris dari hulu kerap menggunakan ilmu kriminologi karena setiap manusia memiliki potensi kejahatan setelah bertemu dengan kesempatan sehingga terjadi kejahatan.


“Akar terorisme adalah ideologi radikal karena tiap manusia memiliki potensi radikal ketika dipicu oleh politisasi, kemiskinan, kebodohan, serta sistem politik yang lemah,” jelas Ahmad Nurwahid.


Menurutnya, untuk mencegah tindakan terorisme perlu adanya ketegasan baik TNI maupun Polri, karena ketegasan itu penting menghadapi masyarakat yang heterogen yang kerap muncul konflik terbesar di dunia.


Ia mengungkapkan contoh bahwa bangsa Eropa bisa pecah menjadi banyak negara. Namun, ia mengungkapkan rasa syukur bahwa Indonesia yang memilki ratusan suku dan bahasa dapat disatukan dengan Pancasila sebagai konsensus kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah disepakati bersama.


“Menanggulangi terorisme dengan pemahaman agama yang kaffah, vaksinnya akhlakul karimah hingga menjadi Islam rahmatan lil 'alamin,” tandasnya.

 

Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon