Nasional

Ulil Abshar: Koreksi Pemerintah Tidak Dilarang

Kam, 25 Juli 2019 | 00:00 WIB

Ulil Abshar: Koreksi Pemerintah Tidak Dilarang

Diskusi publik bersama Ulil Abshar di Lombok Barat, NTB

Lombok Barat, NU Online
Tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) Ulil Abshar Abdalla menyatakan, orang NU menerima Negara Kesatuan Republik Indonsia (NKRI) bukan barang baru dan mengritik, mengoreksi, dan memberikan masukan kepada pemerintah boleh tapi melawan pemerintah pada pemerintah yang sah itu tidak boleh.
 
"Negara yang diciptakan sendiri tidak akan memberontak oleh NU. Karena kelompok pemberontak dari dulu itu ada memang dan itu yang namanya Khawarij. Dan mereka yang mengesahkan pembunuhan dengan yang tidak sepaham denganya," ujarnya. 
 
Hal itu disampaikan pada acara diskusi publik bareng Warga NU Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan tema Islam Nusantara di era digital di kedai ini Rangger Jln Baypass Bandara Internasional Lombok Gerung Kabupeten Lombok Barat, Rabu (24/7) malam.
 
Dikatakan, Islam yang diperkenalkan islamis bukan yang dipraktikkan oleh Kanjeng Nabi. Dulu Islam kayak gini (sok Islamis) sudah ada dengan nama berbeda tentunya dan minoritas. "Mereka sedikit tapi suaranya mengalahkan jumlahnya dari dulu ada," jelasnya
 
Namun dia menegaskan bahwa sejak zaman Rasulullah, masalah politik selalu ada tapi Sahabat tidak mau ikut dalam politik. "Artinya tidak mau membawa agama ke dalam politik alias menjadikan agama sebagai alat untuk membenarkan kepentingan politik, itu yang di ajarkan oleh Islam. Beberapa Sahabat mencintai Rasulullah adalah bagian dari tradisi kita, tapi bukan politiknya," terangnya.
 
Lebih jauh menantu Gus Mus itu menjelaskan tentang Islam yang di anut oleh NU mampu beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah. Menjadi orang muslim tidak hanya satu cara dan banyak pilihannya. Misalnya Islam ala NU, ala Muhammadiyah, ala Nahdlatul Wathan (NW), ala PKS, dan lainnya.  
 
"Dengan itu berislam ada banyak pilihan menjadi seorang muslim. Tetapi pilihan-pilihan tersebut lebih cendrung banyak dipilih berislam ala NU.  Karena Cara berislam NU lebih lentur Islam yang dianut oleh Islam zaman dulu," tandasnya.
 
"Saya curiga Islam zaman Nabi ya begini. Ala NU yang lentur walapun  tidak namanya NU. Artinya di zaman Nabi, Sahabat, dan Tabiit Taabiin itu Islamnya ya kayak NU ini," imbuhnya. 
 
Namun Islam zaman dulu dan ala NU adalah islam tradisi yang kuat tapi adaptasif, praktik amalannya sama dan model pengajaran. "Saya berani sampaikan bahwa Islam yang diikuti oleh NU saat ini yang dianut sama dengan zaman Nabi," tegasnya.
 
Diskusi publik diikuti oleh ratusan warga dan aktivis NU serta Aktivis NW, PMII dan banom serta Lembaga NU setempat dengan antusias mengikuti acara tersebut yang di pandu Ketua PC LTNNU Lombok Barat Rohani Intadewi. (Hadi/Muiz)