Jakarta, NU Online
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung KH Ahmad Ishomuddin mengatakan, tujuan orang bekerja menyebarkan kebohongan atau hoaks dan ujaran kebencian (hate speech) punya alasan bermacam-macam.
Menurut Kiai Ishom, yang paling umum ialah faktor politik dan mungkin mencari keuntungan materi. Karena, sambungnya, saat ini berpolitik bukan untuk kepentingan bersama, tetapi mencari kekuasaan dengan cara apapun.
“Tujuannya bisa jadi untuk memberikan citra negatif kepada pemerintah yang sedang berkuasa. Karena pencitraan tersebut adalah salah satu faktor setelah keterpilihan, maka dirusaklah citranya dengan penebaran hoaks,” jelasnya kepada NU Online, Selasa (6/3) lalu di Jakarta.
Pria kelahiran Lampung ini mengatakan, media sosial hanya alat untuk menebar kebaikan, bisa untuk menyebar kebenaran maupun kesesatan.
“Jadi penggunaan media sosial itu boleh sepanjang tidak digunakan untuk hal-hal negatif dan tidak untuk menebar keresahan kepada masyarakat luas,” ucap Kiai Ishom.
Ia menerangkan, sebuah keburukan bisa beranak pinak sebagaimana kebaikan. Mungkin selain kelompok tertentu yang saat ini telah tertangkap, ada cabang-cabangnya yang kalau terbukti harus diusut tuntas oleh kepolisian.
“Kalau dilihat dari berita bohong sering muncul menjelang pilkada maupun pemilihan presiden, biasanya motif pilitik yang paling besar mempengaruhi. Namun, saya kira pihak berwajib dan pemerintah harus bersikap adil dalam menindak kasus ini,” katanya.
Bersikap adil artinya, lanjut Kiai Ishom, menindak para pelaku penyebar kebohongan dan ujaran kebcnian, baik yang pro terhadap pemerintah maupun yang kontra dengan pemerintah.
“Harus disikapi sama, karena kedua kelompok itu sama-sama meresahkan masyarakat. Karena pada prinsipnya, masyarakat memiliki kebebasan menentukan pilihan-pilihan politik,” tandasnya. (Fathoni)