Nasional

Tips Dampingi Anak Terhindari dari Jaringan Terorisme  

Sel, 18 Mei 2021 | 01:00 WIB

Jakarta, NU Online 
Dalam acara Talkshow Muslimah Indonesia yang disiarkan langsung TVRI, Senin (17/5) bertajuk Terorisme Bukan Jihad, Direktur AMAN Indonesia, Ruby Kholifah berbagi tips mendampingi anak atau kelompok dari jaringan terorisme. 


Pertama, pahami sejauh mana keterlibatan anak dalam jaringan tersebut. Caranya, kata Ruby, gampang. "Kalau (dia) masih mengarah (belum) pada keinginan berjihad maka bisa ditarik kembali dan orangtua maupun kelompok (yang) merupakan orang-orang berpotensi dapat membantu mengawali keluar dari lingkaran radikalisme," ujarnya.

 

Kedua, pastikan kapasitas orang tua. Jika tidak memilki kapasitas bisa menghubungi orang lain yang dianggap mampu untuk membantu dalam proses tersebut. Karena jika sudah masuk dalam keyakinan yang lebih (dalam) maka bukan (dia) yang berubah, tapi (orang tua) juga berubah cara berpikirnya.

 

Ketiga, kalau dia belum (jauh) keterlibatanya dengan jaringan terorisme penting mendekatkan dia kepada keluarganya. Selain itu, penting mengakui (dia) dalam kelompoknya serta diberikan peran lebih sehingga membuat dia menyadari betapa dibutuhkan di komunitas dan tidak akan disingkirkan oleh komunitasnya.

 

"Banyak orang yang tidak diperhatikan sehingga ia masuk kelompok yang konservatif. Padahal orang-orang ekslusif ini memiliki karakter yang sangat manis perhatian dan apapun bisa saja diberikan, misalnya, kurang baju, jilbab. Maka untuk menjawab semua itu kita harus sangat responsif," ajak pemilik nama lengkap Dwi Rubiyanti Kholifah itu. 

 

Jika sudah jauh, apa bisa berubah? Kata Ruby, "Bisa. Caranya, dengan meminta pertolongan orang yang paham terutama kalau latar belakang psikolog lebih baik maka (dia) akan masuk dalam proses pembersihan ideologinya."
 

Ruby menyebut pembersihan ideologi tersebut namanya teknika tarsis, yakni orang di dalamnya di bawa untuk membersihkan diri lalu masuk pada hal-hal yang lebih positif. Misalnya, menghargai bahwa Indonesia negara yang sudah baik, (dia) bisa hidup dan berperan di masyarakat.

 

Paling penting menurut Ruby, jangan berdebat agama dahulu, tapi dikuatkan kemanusiaannya jadi hubungan antara orang yang mendampingi dan didampingi itu pastikan punya hubungan manusiawi yang benar-benar melihat si korban yang memiliki masa depan.

 

"Ini sangat penting dan sudah diuji di banyak tempat termasuk di lapas perempuan bahwa hasil penelitian mengatakan perempuan memiliki karakter telaten, detil dan fokus pada memanusiakan manusia, tidak harus cepat tapi membangun relasi yang nyaman terlebih dahulu sehingga secara tahapan bisa diarahkan pada pelepan secara maksimal," jelasnya.

 

Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan